Saya pernah dicaci maki oleh beberapa youtuber di channel mereka, tapi saya cuekin semua dan sama sekali tidak sakit hati dan tidak ada niatan membalas. Demikian juga ketika konten youtube yang aneh dan sesat lewat di beranda, seringkali saya tidak tertarik membahasnya. Mengapa demikian? Sebab saya merasa mereka melakukan itu hanya demii mencari nafkah dari adsense. Yang ada hanya perasaan kasian, karena ingin tambahan pemasukan akhirnya bul ala zamzam fatu'raf (kencingi saja sumur zamzam agar engkau dikenal).
Tapi agak sulit melakukan hal serupa bila saya melihat akademisi yang membuat wacana nyeleneh bahkan sesat, padahal kebanyakan sama saja motifnya, yakni untuk mencari nafkah dari proyek penelitian. Apalagi dari lembaga luar, bayarannya biasanya gede. Pengen dicuekin, tapi kok keterlaluan rasanya. Wajar lah kalau orang awam bikin sensasi, tapi kalau akademisi kebangetan banget sebab itu melanggar kode etik. Efek dari tindakan akademisi juga lebih besar dibanding efek yang ditimbulkan youtuber/tiktoker antah berantah. Akhirnya, seringkali saya terpancing untuk menanggapi (bisa dibaca: membully) mereka.
Dulu, proyek bikin pernyataan nyeleneh ini marak sekali di kalangan akademisi. Ada yang garap soal dekonstruksi dan desakralisasi al-Qur'an, ada yang mendelegitimasi hadis, ada yang fokus pada kritik terhadap fikih, ada yang fokus ke isu gender dan membela lagibete dan macam-maca lainnya. Itu semua duitnya dege dari sponsor luar. Beberapa orang yang dulu nyari duit dengan cara seperti itu, sampai sekarang masih menekuni hobi kencing ke sumur zamzam tersebut meski secara umum proyek-proyek itu dianggap gagal. Dengan kemunculan mereka, justru simbol-simbol keislaman makin kuat, masjid makin ramai, wanita berjilbab makin banyak, dan santri-santri pada turun gunung menanggapi berbagai isu dan menjadi akademisi-santri.
baca juga :
- Makna Dharuri dan Tidak Dharuri
- Iman Dalam Ateisme
- Menanggapi Tulisan Prof Mun'im Sirry tentang Ilmu Kalam dan Filsafat
- Fakta Mahasiswa Teologi Di Indonesia
- Ilmu, Kewibawaan Dan Tuduhan Picik Pada al-Ghazali
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad