Apakah Takwil Telah Ada Sejak Masa Salaf?
Ibn Taimiyyah dan Wahabi selalu mengatakan bahwa takwil adalah metode bid'ah yang tidak diajarkan oleh seorangpun dari generasi salaf, dan bahwa orang yang mentakwil adalah seorang mu'attil jahmi (pengingkar sifat-sifat Allah), sungguh aneh orang-orang ini yang mengaku ahli ilmu tetapi menolak tindakan dan kesepakatan generasi salaf.
Dan yang dijadikan hujjah di kalangan Wahabi adalah ucapan Ibn Taimiyah dengan teks sebagai berikut:
[وأما الَّذي أقوله الآن وأكتبه وإن كنت لم أكتبه فيما تقدم من أجوبتي، وَإِنَّما أقوله في كثير من المجالس، إِن جَمِيعِ مَا فِي الْقُرْآنِ من آيات الصِّفَاتِ فَلَيْسَ عَنِ الصَّحَابَةِ اخْتِلاف فِي تَأْوِيلها، وقد طالعت التفاسير المنقولة عَن الصَّحَابَةِ، وَمَا رَوَوْهُ من الحَدِيث، ووقفت من ذلك على مَا شَاءَ الله تَعَالَى من الكتب الكبار والصغار أكثر من مئة تفسير، فلم أجد إلى سَاعَتِي هَذِهِ عَن أحد من الصَّحَابَة أنه أول شَيْئًا من آيات الصفات أو أَحَادِيث الصفات بخلاف مقتضاها المفهومِ الْمَعْرُوف]
دقائق التفسير لابن تيمية (٤٨١/٢)، بتحقيق د/ محمد السيد الجليد الناشر: مؤسسة علوم القرآن، دمشق، الطبعة الثانية، ١٤٠٤هـ .
"Adapun apa yang saya katakan sekarang ini dan saya tulis meskipun saya belum menulisnya dalam jawaban-jawaban saya sebelumnya, dan apa yang saya katakan dalam banyak majelis, bahwa semua yang ada dalam Al-Qur'an dari ayat-ayat sifat tidak ada perbedaan di kalangan sahabat dalam takwilnya. Saya telah menelaah tafsir yang dinukil dari sahabat, dan apa yang mereka riwayatkan dari hadits, dan aku juga telah meneliti yang demikian itu - masyaAllah Ta’ala - dari buku-buku besar dan kecil lebih dari seratus tafsir, tetapi saya tidak menemukan hingga saat ku ini dari salah satu sahabat bahwa dia menakwilkan sesuatu dari ayat-ayat sifat atau hadits-hadits sifat dengan menyelisihi makna yang dipahami dan diketahui". Selesai.
Dan tidak diragukan lagi bahwa itu bukan hasil penelitian Ibn Taimiyyah, dan itu merupakan salah satu dari sekian banyak spekulasinya yang tidak memiliki dasar ilmiah, kemudian pengikutnya mengulangi pernyataannya, dan menganggapnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak bisa dihindari.
Ibnu Baz berkata:
[ولا يجوز تأويل الصفات، ولا صرفها عن ظاهرها اللائق بالله، ولا تفويضها، بل هذا كله من اعتقاد أهل البدع]
مجموع فتاوی این بازه (۲) ١٠٦).
"Dan tidak boleh menakwilkan sifat-sifat Allah, atau menyimpangkannya dari makna zahir yang sesuai dengan Allah, atau mentafwidhnnya, karena semua ini adalah keyakinan ahli bid'ah." Selesai.
Dan berkata Ibn Utsaimin:
[إذن فمن نفى شيئًا من صفات الله تعالى بتكذيب، أو تأويل فليس من أهل السنة والجماعة من أي طائفة كان، وإلى أي شخص ينتسب]
مجموع فتاوى و رسائل ابن عثيمين (۲۳۱/۱).
"Jadi, siapapun yang menolak salah satu sifat Allah Ta'ala dengan cara takdzib (mendustakan) atau takwil, maka dia bukan termasuk Ahlus Sunnah wal Jamaah meski dari golongan mana pun ia berada, dan kepada siapa pun dia berafiliasi" selesai.
Ini adalah klaim yang salah dari Ibn Taymiyyah dan pengikut-pengikutnya dari dua sisi:
Pertama: Tidak pernah terbukti bahwa salah satu sahabat mengatakan: "terapkanlah nash-nash sifaf berdasarkan makna hakikat bahasa", maka pernyataan Ibn Taimiyyah dan pengikutnya tentang hal ini adalah bid'ah yang jelas.
Apakah Ibn Taimiyyah dan semua Wahabi setelahnya dapat membuktikan kepada kita satu teks saja dari salah satu sahabat yang mengatakan: "Allah bersemayam di atas arsy secara hakiki" atau mengatakan: "Allah memiliki tangan yang hakiki"?!
Maka Ibnu Taimiyah maupun yang lainnya tidak dapat membuktikan ini, dan tantangan ini akan tetap ada hingga hari kiamat.
Maka tidak pernah terbukti bahwa salah satu sahabat berkata: "Sesungguhnya Allah duduk di atas 'arsy dengan cara bertempat menetap" atau bahwa 'arsy adalah tempat-Nya, dan tidak pernah terbukti bahwa salah satu sahabat berkata: "Sesungguhnya Allah turun dengan Dzat-Nya," dan tidak pernah terbukti bahwa salah satu sahabat berkata: "Dia memiliki tangan yang hakiki, dan mata yang hakiki."
Kedua: Tuduhan bahwa takwil tidak pernah ada dari salah satu sahabat adalah kebohongan besar yang diyakini oleh Ibnu Taimiyah, dan diulang oleh Wahabi setelahnya. Antara kita dan mereka terdapat apa yang telah valid dengan sanad yang sahih dari para ulama dari kalangan sahabat yang mulia hingga para imam mujtahid, dan yang datang setelahnya hingga sebelum masa Ibnu Taimiyah.
Dan kami akan memberikan beberapa contoh yang jelas dalam beberapa topik untuk menunjukkan kebatilan apa yang mereka klaim dan nyatakan, serta menunjukkan bahwa Ibnu Taimiyah tidak jujur dalam klaimnya ketika dia mengaku telah membaca lebih dari seratus tafsir tetapi tidak menemukan satu pun takwil dari salah satu sahabat, ini adalah fitnah yang besar.
Kita ambil sebagai contoh tentang ulama besar umat dan tarjuman Al-Qur'an (Juru bicara al-Qur'an), Sayyidina Abdullah bin Abbas, yang menjelaskan kepada kita tentang adanya takwil dari salaf dan persetujuan mereka terhadapnya:
1 - Takwil "as-Saq" dari Sayyidina Ibn Abbas.
Diriwayatkan dari Ibn Abbas Radhiallahu anhu ketika ditanya tentang "as-Saq", beliau berkata:
[إذا خفي عليكم شيء من القرآن فابتغوه من الشعر، فإنه ديوان العرب، أما سمعتم قول الشاعر: * قد سن قومك ضرب الأعناق * وقامت الحرب بنا على ساق * قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: هَذَا يَوْمُ كَرْبٍ وَشِدَّةٍ]
المستدرك على الصحيحين للحاكم (٥٤٢/٢) برقم (٣٨٤٥)، وقال: هذا حديث صحيح الإسناد وهو أولى من حديث روي عن ابن مسعود بإسناد صحيح لم أستجز روايته في هذا الموضع، ووافقه الذهبي.
"Jika ada sesuatu dari Al-Qur'an yang tidak jelas bagi kalian, maka carilah dalam syair, karena itu adalah ensiklopedia sastra Arab. Apakah kalian tidak mendengar perkataan penyair:
Sahabat-sahabatmu telah melakukan pukulan-pukulan di atas tengkuk para musuh, dengan adanya kami peperangan terjadi dengan sangat dahsyat. Ibnu Abbas berkata: "Ini adalah hari perkara yang sulit dan urusan yang dahsyat." Selesai.
Ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan disahihkan olehnya, serta disetujui oleh Al-Dzahabi melalui jalur Ikrimah. Hadis ini juga diriwayatkan melalui jalur Ali bin Abi Talhah Al-Hashimi dari Ibn Abbas oleh Al-Baihaqi dan lainnya. Jalur Ali bin Abi Talhah adalah salah satu jalur terbaik dari Ibn Abbas. Imam Ahmad, Ibn Hajar, Al-Suyuti, Al-Syaukani, dan lainnya berpendapat demikian.
راجع: الإتقان للحافظ السيوطي (۱۸۸/۲)، مناهل العرفان للزرقاني (۱۸/۲)، نيل الأوطار للشوكاني (٣٥٨/٧).
Maka Sayyidina Ibn Abbas tidak mengatakan bahwa Allah Memiliki as-Saq (Betis) hakiki seperti yang dikatakan oleh Wahabi, tetapi Sayyidina Ibn Abbas berkata: Dibukakan segala perkara dan urusan yang sulit dan dahsyat.
Dan para pengingkar takwil, seperti kebiasaan mereka, mengatakan tentang ayat ini: Ini bukan termasuk ayat-ayat sifat, dan as-Saq (betis) tidak disandarkan kepada Allah, penyandaran as-Saq (betis) pada Allah terdapat dalam hadits, dan ini adalah kebiasaan mereka dalam menolak riwayat yang valid, dan menurut mereka bahwa para salaf berbeda pendapat apakah ini adalah ayat sifat Allah atau tidak?
Berikut ini sebegai penjelasan bahwa Wahhabi berbohong tentang salaf dan klaim mereka bahwa perkataan Ibn Taymiyyah sebagai mazhab salaf!
Para ahli ilmu menganggap ayat ini sebagai ayat sifat, namun mereka menakwilkannya: Di antaranya adalah Abdul Razak dalam tafsirnya, Ibn Furak dalam Mushkil al-Hadith wa Bayan, al-Bayhaqi dalam al-Asma wa al-Sifat, al-Baghawi dalam Sharh al-Sunnah, al-Qurtubi dalam al-Jami' li Ahkam al-Quran, Ibn al-Jawzi dalam Zad al-Masir fi Ilm al-Tafsir, al-Razi dalam al-Tafsir al-Kabir, dan semuanya ini sebelum Ibn Taymiyyah.
Kemudian, datanglah Ibn Kathir dalam tafsirnya setelah menyebutkan Qs al-Qalam ayat 42 lalu menyebutkan takwil as-Saq, al-Hafiz Ibn Hajar dalam al-Fath, al-Allamah al-Badr al-Ayni dalam 'Umdat al-Qari, al-Qastalani dalam Irshad al-Sari, al-Suyuti dalam al-Durr al-Manthur, dalam Mu'tarak al-Aqran fi I'jaz al-Quran, Yusuf bin Mar'i al-Hanbali dalam Aqwal al-Tsiqat, Ibn al-Wazir dalam al-Awasim wa al-Qawasim fi al-Dzib 'an Sunnah Abi al-Qasim, dan lainnya.
راجع: تغير عبد الرزاق (۳) (۳۳۵)، ومشكل الحديث وبيانه (٤٤٢/١)، والأسماء والصفات (ص ٣٤٥)، وشرح السنة (١٤٢/١٥)، والجامع لأحكام القرآن (٢٤٩/١٨)، وزاد المسيرة (٤/٣٢٥)، والتفسير الكبيره (٣٠ /٦١٣)، وتفسير القرآن العظيم (١٥٧/٨)، وافتح الباري (٦٦٤/٨)، واعمدة القاري (٢٥٧/١٩)، وإرشاد الساري (۳۹۹/۷)، والدر المنشور» (۸/٢٥٥)، ومعترك الأقران (١١٥/١)، وأقاويل الثقات (ص١٧٤)، والعواصم والقواصم) (۸/٣٤٠)
Maka tidak benar apa yang mereka katakan: bahwa penetapan as-Saq (betis) pada sifat Allah terdapat dalam hadis yang mulia dan bukan dalam Qs al-Qalam ayat 42, karena ini adalah argumen yang lemah, tujuan mereka mengatakan demikian karena mereka mengetahui adanya takwil salafus shalih saleh terhadap Qs al-Qalam ayat 42, dan karena itu mereka merasa ragu untuk menyelisihi takwil para salafus shalih, maka mereka menetapkan as-Saq (betis) Allah Ta'ala melalui hadits yang mulia.
Imam Nawawi telah mentakwil hadits tersebut dalam kitab syarh shahih muslim, Al-Hafiz Ibn Hajar berkata:
[أخرجه من طريق حفص بن ميسرة عن زيد بن أسلم بلفظ: يكشف عن ساق قال الإسماعيلي: هذه أصح لموافقتها لفظ القرآن]
شرح النووي على مسلم (۳) (۲۸)، فتح الباري (٦٦٤/٨).
"Diriwayatkan melalui jalur Hafs bin Maysarah dari Zaid bin Aslam dengan lafaz: "يكشف عن ساق" Al-Isma'ili berkata: 'Ini lebih sahih karena sesuai dengan lafaz Al-Qur'an."
Kemudian setelah semua penjelasan ini, Al-Albani ditanya tentang takwil Sayyidina Ibn Abbas, dan dia tidak dapat mengingkarinya karena telah valid dari Ibn Abbas, tetapi al-Albani menilai salah pada Tarjumanu Al-Qur'an al-Karim Sayyidina Ibn Abbas; karena menurutnya bertentangan dengan hadis yang mulia, maka al-Albani berkata:
[ليس من العلم عند أحد من أهل العلم أن يعارض قول رسول الله ﷺ بقول غيره ممن ليس معصوما، ثم بالتالي ليس من العلم محاولة التوفيق بين الحديث المرفوع، والقول الموقوف، ليس هناك حاجة لإعمال الفكر في سبيل التوفيق بين الحديث المرفوع والحديث الموقوف فقول ابن عباس إن صح لا ينبغي أن يعارض قول الرسول ﷺ فتنتهي المشكلة ؟ لماذا؟ تفكرون أن تعالجوا قضية ليست هي في ذات نفسها مشكلة، تريدون تُوَفِّقُوا بين قوله عليه السلام وقول ابن عباس ! هذا ما ينبغي]
موسوعة الألباني في العقيدة (٣٠٨/٦)
"Tidaklah bijak disisi seseorang di kalangan para ulama untuk menentang perkataan Rasulullah ﷺ dengan perkataan orang lain yang tidak maksum (tidak terjaga dari kesalahan), kemudian oleh karena itu tidaklah bijak berusaha menyelaraskan antara hadits marfu' dan perkataan mauquf. Tidak ada kebutuhan untuk berpikir keras dalam upaya menyelaraskan antara hadits marfu' dan hadits mauquf. Maka perkataan Ibn Abbas, jika itu shahih, maka tidak seharusnya menentang perkataan Rasulullah ﷺ sehingga selesai masalahnya? Mengapa? kalian berpikir untuk mengatasi suatu masalah yang hal ini sendiri sebenarnya bukan masalah, kalian ingin menyelaraskan antara Sabda Nabi ﷺ dan ucapan Ibn Abbas! Ini tidak sepantasnya terjadi".
Perkataan Sayyidina Ibn Abbas dengan sangat mudah menurut Al-Albani adalah salah; karena bertentangan dengan ucapan Rasul, begitulah pemahaman mereka terhadap ucapan para sahabat?!
Dan sungguh mengherankan orang-orang yang meninggalkan perkataan para sahabat, tabi'in, dan para imam, serta mengutamakan pemahaman mereka sendiri di atas pemahaman salafus shalih, lalu mereka berkata: "Al-Qur'an dan Sunnah dengan pemahaman salaful umat."
Maka kami katakan: kalian tidak dengan pemahaman para salaf, akan tetapi pemahaman kalian sendiri, sama seperti yang dilakukan oleh Khawarij, Syi'ah, Mu'tazilah, Qadariyah, dan lainnya dari kalangan ahli bid'ah ketika mereka memahami Al-Qur'an dan meninggalkan perkataan para sahabat Rasulullah ﷺ dan para tabi'in.
Dan tidak berhenti pada penakwilan Sayyidina Ibn Abbas tentang " as-saq", tetapi penakwilan juga valid dalam masalah-masalah lain dalam pemabahasan sifat-sifat Allah, yang akan saya sebutkan beberapa di antaranya dalam pembahasan terpisah, insya Allah - agar Anda melihat besarnya penyesatan yang dilakukan oleh Wahhabi dalam perkataan mereka terhadap akidah para imam Sunni Asy'ariyyah.
Walahu a'lam
Sumber FB : Ahlussunnah Wal Jama'ah Riau : Aqidah Asy'ariyyah wal Maturidiyyah