Belajar dari Kisah Sulthan Muhammad al-Fatih
Berita dari Nabi Muhammad Saw berkata: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang membebaskannya sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan” (H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335)
Pernahkah kita mendengar atau membaca tentang salah satu sejarah Islam terbesar dahulu tentang adanya pemimpin terbaik di zamannya?. Beliau adalah Muhammad Al-Fatih sang penakluk Konstantinopel yang merupakan pemimpin terbaik karena mampu memasuki Konstatinopel dengan perjuangan dan niat yang mulia. Di saat semua pemimpin di zamannya mencoba menaklukkan, tapi kandas dalam perjuangan tak mampu menembus dinding pertahanan dan perjalanan untuk merebutnya.
Dalam kisahnya sebelum kejadian terjadi Nabi Muhammad Saw dalam haditsnya sebagaimana riwayat Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335 berkata: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang membebaskannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan”. Tentu untuk menjawab hadits tersebut tidak mudah sebab dalam perjalanan sejarah bahwa tercatat terdapat 11 kali percobaan yang dilakukan oleh para tokoh pemimpin Islam untuk bisa memasuki kota Konstantinopel yang merupakan Kota paling kuat di dunia pada masanya yang dikuasai oleh Romawi Timur dan dibangun pada Tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium tak mampu dilewatinya bahkan termasuk yang paling semangat memimpin adalah Abu Ayyub Al-Anshari. Di mana kuburannya ditemukan di dekat Benteng Konstantinopel menjadi bukti atas semangatnya tersebut.
Medan yang ditempuh untuk melewatinya adalah medan yang sulit dikarenakan laut yang merupakan jalan menuju benteng tentara romawi dilengkapi pagar rantai yang membentang dan ditambah jalur darat yang curam dan terdapat banyak pepohonan yang besar dan lebat. Dalam perjalanan ini Muhammad Al-Fatih selaku pemimpin tak mudah memasukinya di mana pada awalnya ia pun tak mampu memasukinya. Namun berkat kegigihan kecerdikan dan taatnya dalam beribadah tak menjadikannya pudar dalam merebut Kota Konstantinopel yang sudah berkuasa 11 Abad.
Beliau terus berfikir dan meminta petunjuk sehingga pada akhirnya beliau mempunyai stategi dengan melapisi 70 Kapal dengan minyak dan Mengandenginya yang mana pengepungan dilakukan berhari-hari mampu menembus pertahanan dan juga mampu mengalahkan orang-orang Bizantium Romawi. Uniknya dalam catatan sejarah bahwa dalam peperangan ini terdapat suatu fenomena unik yakni terjadinya shalat jumat terbesar dalam sejarah Islam yang dilakukan menuju Konstantinopel saat hendak berperang yang mana jamaahnya membentang sepanjang 4 km dari pantai Marmara hingga selat Golden Hom di utara.
Rahasia kesuksesan beliau dan seluruh pasukannya dalam menaklukan kota Konstantinopel sebagaimana kisah singkat di atas tentu tak akan luput dari beberapa hal yang patut untuk kita teladani. Dan kunci atau rahasia dari sejarah dan hadits Rasullulah di atas bukan semata-mata hanya terletak pada strategi berperang, tetapi juga terletak pada sisi ibadah dan keimanan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dengan adanya beberapa informasi dari berbagai sumber bahwa Muhammad Al-Fatih dan seluruh pasukannya yang mengikuti perang tak pernah lepas dari dua sisi yakni Ibadah kepada Allah dan kepada sesama manusia.
Dalam Ibadah kepada Allah, selain Muhammad Al-Fatih adalah seorang tahfidz yang mampu menghafal 30 Juz Al-Qur’an dan juga menguasai berbagai ilmu agama dan umum di usianya yang 14 Tahun beliau ternyata juga orang yang suka shalat wajib tepat waktu dan tidak pernah meninggalkan shalat sunnah termasuk shalat sunnah sebelum atau sesudah shalat wajib (sunnah rawatib). Begitupula dengan seluruh pasukannya sebagaimana kutipan dalam buku Sejarah Muhammad Al Fatih yang dibuat dalam dialog komunikasi bahwa Muhammad Al-Fatih pernah bertanya kepada pasukannya setelah menguasai Kota Konstantinopel dengan perkataan “adakah dari kalian yang meninggalkan shalat wajib?” dan dijawab oleh pasukannya secara serentak “tidak ada, kami selalu salat wajib tepat waktu’.
Kemudian Al-Fatih bertanya kembali “adakah dari kalian yang meninggalkan shalat sunnah rawatib setiap shalat wajib”. Maka seluruh pasukannya kembali menjawab “tidak ada, kami mengerjakan shalat sunnah termasuk Rawatib setiap kali kami shalat wajib”. Dan pertanyaan terakhir dari Al-Fatih “dalam sesempit apapun kalian masih melakukannya?” maka pasukannya kembali menjawab “ya”. Sehingga dengan rasa sedih bercampur bahagia beliau berterima kasih kepada Allah dengan melakukan sujud syukur disertai sujud taubat dikarenakan beliau merasa pasukannya lebih baik daripada beliau dalam hal ibadah walaupun dalam perjalanannya beliaupun juga tak pernah meninggalkan shalat wajib dan sunnnahya.
Selain hal itu dalam urusan ibadah terhadap sesama manusia juga ditunjukkan oleh Muhammad Al-Fatih dan pasukannya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana Muhammad Al-Fatih selesai mengalahkan dan mendapatkan Kota Konstantinopel yang menjadikannya negara Islam beliau terhadap penduduk yang beragama non Islam terutama anak-anak, wanita, orangtua yang tidak berkeinginan perang dilindungi. Bahkan saking lembutnya hati beliau terhadap manusia dimana disaat beliau memasuki salah satu tempat Ibadah umat non Muslim banyak dari mereka ketakutan karena Romawi Konstantinopel sudah dikalahkan.
Dengan cara yang sopan beliau mendatangi salah satu ibu yang mempunyai anak lalu beliau menanyakan kepada ibu tersebut tentang keadaannya, nama dan lainnya. dengan hal tersebut orang mulai tersenyum dan pada akhirnya beliau mengatakan “aku tak akan menyakiti kalian selama kalian tidak menyakiti atau berkeinginan untuk menghalangi kami dalam berdakwah. Kalian tetap dizinkan mengikuti agama yang diyakini asalkan tak ingin melakukan perang. dengan cara tersebut maka wajah ketakutan dari mereka akhirnya reda dan bahkan setelah beberapa lama kejadian tersebut banyak dari mereka memeluk Islam.
Bukan hanya itu dalam Ibadah yang ditunjukkan kepada sesama manusia juga beliau lakukan dengan cara mengunjungi sanak saudara dan bahkan gurunya yang saat itu berada jauh dengannya yang bernama Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq (Guru yang menjadikan beliau (Al-Fatih) menjadi seorang yang cerdas dan taat agama dengan cara mendidiknya yang lembut dan tegas). Beliau datang bukan sekedar berterima kasih namun beliau ingin terus belajar dan menuntut Ilmu Agama serta berkeinginan menetap bersama gurunya belajar untuk menghindari kedunian yang berlebih. Tetapi keinginan terakhir ini beliau gurunya menolak dikarenakan banyak rakyat yang membutuhkannya sehingga dipersilahkan tetap memimpin sampai akhir. Sungguh hal ini merupakan karakter dan pribadi yang baik yang patut dicontoh oleh setiap pemimpin dan juga seluruh orang muslim.
Begitupula para prajurit yang mana dalam hal ibadah terhadap sesama manusia beliau tunjukkan dengan cinta damai dan toleransi untuk tak melakukan kekerasan kepada siapapun yang berniat memusuhi dirinya atau Islam. Dan bahkan dalam hal Ibadah ini setelah perang ini selesai dan kembali perang menaklukkan kota lain para prajurit ini tetap tangguh dalam Ibadah baik kepada Allah dan sesama manusia tetap ditunjukkan. Salat wajib dijaga dan shalat sunnah dikerjakan, quran tetap menjadi pedoman serta berbuat baik kepada sesama manusia itu yang menjadi inti dari pendirian dan keistiqamahan para prajurit dan juga Muhammad Al-Fatih.
Sehingga dengan adanya tersebut keridhaan Allah pun meridhai disetiap usahanya. Dan hal inilah yang menjadi landasan hadits Rasulullah yang menjelaskan bahwa Muhammada Al-Fatih dan pasukannya adalah pemimpim dan para prajurit terbaik. Oleh karena itu dapat kita simpulkan dalam petikan cerita dan rahasia diatas bahwa Ibadah menjadi pedoman utama dalam hal apapun.
Semakin kita meningkatkan Ibadah kita dan semakin Istiqomah maka Allah akan meridhai setiap langkah dan perbuatan baik kita termasuk mengabulkan seluruh hajat yang dinginkannya. Itulah rahasia dari kesuksesan Muhammad Al-Fatih dan Pasukannya yang patut kita contoh dan diteladani dalam kehidupan kita saat ini. Cintai dan bacalah quran. Laksanakan dan jangan tinggalkan salat wajib dan sunnah. Banyak berbuat baiklah kepada sesama manusia
Wallahu A'lam
Sumber FB Ustadz : Pardi Syahri