Beda Antara "Tuhan Yang Di Langit" dan "Tuhan Yang Tinggal Di Langit"
Kedua frasa dalam judul ini mungkin terlihat sama bagi orang yang tidak teliti. Yang pertama adalah "Tuhan yang di langit" dan yang kedua adalah "Tuhan yang tinggal di langit". Frasa pertama meniru salah satu ayat al-Qur'an (nash) sehingga itu benar, tetapi frasa kedua mempunyai tambahan kata "tinggal" yang menunjukkan adanya tempat bagi Tuhan dan bahwa Tuhan bertempat tinggal di tempat tersebut.
Frasa kedua ini adalah keyakinan yang sesat. Sebab itulah Imam Nawawi menjelaskan perbedaan kedua frasa tersebut ketika diucapkan sebagai kalimat syahadat bagi orang yang baru masuk Islam. Ia berkata:
وَأَنَّهُ لَوْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْمَلِكُ الَّذِي فِي السَّمَاءِ، أَوْ إِلَّا مَلِكُ السَّمَاءِ، كَانَ مُؤْمِنًا، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ.
وَلَوْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا سَاكِنُ السَّمَاءِ، لَمْ يَكُنْ مُؤْمِنًا، وَكَذَا لَوْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ سَاكِنُ السَّمَاءِ ; لِأَنَّ السُّكُونَ مُحَالٌ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى
"Non-muslim apabila berkata: "Tidak ada Tuhan kecuali Allah Sang Raja yang di langit" atau "kecuali pemilik langit", maka dia beriman. Allah berfirman: "Apakah kalian tidak beriman pada yang di langit?".
Andai dia berkata: "Tidak ada Tuhan kecuali yang tinggal di langit", maka dia belum beriman. Demikian pula [tidak beriman] bila dia berkata: "Tidak ada Tuhan kecuali Allah yang tinggal di langit" sebab bertempat tinggal adalah mustahil bagi Allah". (an-Nawawi, Radlatu ath-Thalibin, X, 85)
Jadi, mengatakan Allah di langit adalah boleh menurut Ahlussunnah wal Jamaah dan itu merupakan tanda membenarkan firman Allah dan menunjukkan sifat Kemahatinggian Allah yang azali dan kekal. Akan tetapi mengatakan atau meyakini bahwa Allah bebrtempat tinggal di langit adalah akidah sesat dan tidak dapat membuat seseorang menjadi beriman.
Adapun teks dalam kitab Ibanah karya Imam al-Asy'ari yang beredar saat ini yang memuat kata "yang tinggal di langit", maka itu tidak dapat dipercaya begitu saja sebab bertentangan dengan kaidah mazhab yang dinyatakan sendiri oleh Imam al-Asy'ari, apalagi menurut sejarawan semisal ash-Shafadi, Ibanah merupakan kitab yang menjadi mainan pemalsuan mujassim. Tetapi andai itu sahih dari beliau, maka itu merupakan pendapat yang lemah. Bahkan banyak penulis Wahabi-Taymiy yang juga tidak sepakat dengan frasa ini sebab tidak bersumber dari Rasulullah. Yang lebih sesuai dengan kaidah adalah apa yang dinyatakan oleh Imam Nawawi di atas. Wallahu a'lam.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad