Dokter dan Corona
by. Ahmad Sarwat, Lc.,MA
Corona ini sebuah fenomena unik, dimana umat manusia dengan segala kemajuan ilmu kedokterannya, ternyata masih rada gelagapan juga menghadapinya.
Padahal sudah begitu banyak wabah yang bisa diatasi sepanjang sejarah, namun ketika ada jenis yang terbaru seperti corona ini, rupanya teknologi umat manusia masih diuji.
Ditemukannya vaksin dalam waktu yang relatif singkat sebenarnya merupakan revolusi besar. Di masa lalu mana ada vaksin bisa dengan cepat ditemukan. Dalam sejarahnya, umumnya vaksin itu biasanya baru ditemukan dan disuntikkan setelah melewati kurun waktu yang panjang.
Namun uniknya untuk corona ini, walau baru setahun kita mengalami pandemi, ternyata hari ini kita sudah banyak yang mendapatkan suntikan vaksin, meski belum rata seluruhnya. Tentu ini terobosan yang teramat fenomenal dalam sejarah vaksin.
Namun tetap saja yang namanya teknologi itu sifatnya berkembang secara manusiawi. Segala jenis penemuan teknologi itu juga mengalami perdebatan panjang dulu di kalangan para ahli, tidak terkecuali vaksin untuk corona ini.
Dalam wabah di abad ini, keberadaan corona pun juga sempat jadi perdebatan sebagian kalangan. Walaupun nantinya seiring dengan berjalannya waktu, pencapaiannya akan jauh lebih akurat.
Diberitakan di Kenya ada tokoh dokter yang tidak percaya bahwa vaksin itu bisa mengatasi wabah. Dia berteori cukup dengan masker saja sudah bisa kita menghindari wabah.
Namun sayangnya, belakangan dikabarkan bahwa sang dokter akhirnya meninggal dunia, karena terserang virus corona.
Saya jadi berpikir lagi. Ternyata meski seorang dokter dan sudah belajar ilmu kedoteran secara serius dan profesional, ternyata bisa juga keliru berijtihad. Bisa saja seorang dokter mikirnya rada-rada blank-spot gitu, sehingga salah ijtihad.
Apalagi cuma seorang ustadz yang sama sekali tidak pernah belajar ilmu kedokteran. Wajar sekali kalau seorang ustadz bisa salah besar dalam memahami apa itu corona.
Masalahnya, pengaruh seorang ustadz dalam ceramah itu lumayan banyak yang mengikuti. Setidaknya, jamaah masjid akan siap mengikuti arahan sang ustadz, walaupun dia bicara bukan pada bidangnya.
Soalnya seorang ustadz itu terlanjur dianggap representasi dari nabi SAW. Tiap ceramah pasti mengutip ayat Quran dan hadits nabawi. Sehingga terlanjur dianggap apapun yang keluar dari mulut seorang ustadz itu mutlak kebenaran 100% tanpa ada kemungkinan keliru.
Ustadz itu oleh beberapa kalangan di antara kita sudah naik derajat menjadi 'makshum', tidak mungkin keliru dan tidak mungkin salah. Padahal sangat keliru dan sangat salah.
Banyak banget ustadz yang mewajibkan kerapatan shaf, shalat tidak boleh pakai masker, sampai mengatakan bahwa corona ini bikinan yahudi dan seterusnya. Padahal sebenarnya si ustadz bicara di luar bidangnya.
Bolehlah dalam masalah keagamaan dia ahli, tapi urusan penyakit, virus, wabah dan pandemi, jelas-jelas tidak paham. Namun fatwa dan ceramahnya seringkali tidak tepat, yang mengakibatkan semakin banyak saja korban berjatuhan.
Semoga Allah SWT mengampuni semua dosa kita. Semoga Allah SWT memberikan hidayah, petunjuk dan ilmu-Nya kepada kita semua. Semoga kita semua selalu berada dalam lindungan-Nya. Amin
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
2 Mei 2021