Siapa Abu Syuja’ ?
Tidak ada pelajar Syafi’iyyah yang tak kenal nama Abu Syuja’. Matan Ghayah al-Ikhtishar yang dikarangnya menjadi kitab pokok dalam mazhab Syafi’iyyah. Matan yang ringkas tapi padat ini menjadi perhatian utama para ulama Syafi’iyyah sepanjang zaman. Ada yang memberi syarah, hasyiyah, tadlil dan sebagainya.
Nama lengkapnya Ahmad bin Hasan bin Ahmad bin Hasan bin Ahmad al-Ashbahani al-‘Abbadani. Lebih dikenal dengan Abu Syuja’. Lahir tahun 434 H.
Lebih empat puluh tahun ia mengajarkan Fiqih Syafi’iy di Bashrah. Tak heran kalau fiqih baginya sudah seperti besi bagi Nabi Daud AS; lunak dan jinak.
Bukti kefaqihan dan kealiman seseorang akan tampak pada murid-murid yang ia didik. Murid-murid Abu Syuja’ adalah pakar di bidangnya masing-masing. Diantara muridnya yang terkenal adalah Imam Abu Thahir as-Silafi pakar dan rujukan dalam bidang hadits, Abu al-Ma’ali Muhammad bin Abdul Wahid al-Muqri pakar dan rujukan dalam bidang qiraah. Abu al-‘Abbas Muhammad bin al-Qasim al-Hariri pengarang al-Maqamat yang tersohor; pakar dan rujukan dalam bidang adab.
Abu Thahir as-Silafi berkomentar tentang Abu Syuja’:
من أفراد الدهر
“Ia tidak ada tandingannya.”
Disamping Matan wa Taqrib yang dikarangnya, ia juga menulis Syarah untuk kitab al-Iqna’ yang dikarang Imam al-Mawardi. Sayangnya kitab ini tidak sampai ke tangan kita.
Kitab Matan wa Taqrib sendiri disyarah banyak ulama, diantaranya:
1. Imam Ibnu Daqiq al-‘Ied dalam Tuhfah al-Labib fi Syarh at-Taqrib
2. Imam Taqiyyuddin al-Hishni dalam Kifayatul Akhyar fi Hall Ghayah al-Ikhtishar
3. Imam Ibnu al-Qasim al-Ghazzi dalam Fathul Qarib al-Mujib
Syarah dari Ibnu Qasim ini banyak diberikan hasyiyah oleh para ulama setelahnya seperti Hasyiyah al-Qalyubi, Hasyiyah al-Birmawi, Hasyiyah al-Bulaqi, Hasyiyah ad-Dayrabi dan Hasyiyah al-Bajuri.
Diantara Syarah yang juga terkenal untuk Matan Abi Syuja’ adalah Syarah Imam al-Khatib asy-Syarbini yang berjudul al-Iqna’ fi Hall Alfazh Abi Syuja’. Syarah ini juga banyak diberikan Hasyiyah oleh para ulama, diantaranya yang paling masyhur adalah Hasyiyah al-Bujairami.
Banyaknya syarah dan hasyiyah terhadap matan yang ditulis Imam Abu Syuja’ ini disamping menjadi bukti kedalaman ilmunya dalam bidang fiqih secara khusus dan ilmu-ilmu syariat secara umum, juga menjadi bukti keshalehan dan ketaqwaan sang penulis sehingga karyanya diterima para ulama dan umat sepanjang sejarah dan memberikan faidah dan manfaat bagi siapapun yang mempelajarinya.
Jadi, kalau ingin membandingkan alim sekarang -apalagi yang spesialisasinya bukan fiqih- dengan Imam Abu Syuja’ ya mbok pikir-pikir dulu…
(Tulisan ini untuk menjawab rasa penasaran kawan-kawan terhadap status sebelumnya)
Pedang akan kehilangan 'wibawa' jika dikatakan bahwa ia lebih tajam dari kayu.
ألم تر أن السيف ينقص قدره إذا قيل إن السيف أمضى من العصا
Bagaimana kalau ada yang mengatakan bahwa kayu lebih tajam dari pedang?
Disini kita tidak lagi membicarakan 'wibawa' pedang, tapi mempertanyakan kewarasan orang yang mengatakan itu? Apakah ia tahu mana pedang dan mana kayu? Apakah ia paham arti kata 'lebih'?
Sumber FB Ustadz : Yendri Junaidi