BERMADZHAB SOTO BANJAR DALIL USHUL FIQH & FIQH
Oleh Ustadz: Noor Medani
Sudah sama-sama kita ketahui Soto Banjar adalah soto khas suku Banjar Kalimantan Selatan dengan bahan utama daging ayam serta memiliki aroma harum rempah-rempah seperti kayu manis, biji pala, dan cengkih. Soto ini berisi daging ayam yang sudah disuwir-suwir, perkedel kentang, rebusan telur, dan disajikan dengan potongan ketupat.Seperti halnya soto ayam, bumbu soto Banjar yang dominan digunakan adalah bawang merah, bawang putih dan merica.
Adapun dalil berupa al quran & al hadist yg keduanya merupakan sumber dari penggalian hukum yg diibaratkan bahan memasak Soto Banjar di mulai dari ayam,bawang merah, bawang putih, merica, kayu manis, pala, cengkih dsb.Bahan-bahan tsb dipilih mana yg bagus & layak konsumsi disinilah al quran digali dari dzhonniyul wurud(kalau qothiyyul wurud ya ga perlu diolah).
Sedangkan al hadist diteliti mana shohih & hasan,adapun bahan dhoif masih dipilah apa ada penguat layak dipakai atau tidak dari hadist lainnya yg berakibat naik menjadi hasan ligoirih.Beda lagi kalau mawdhu maka bahan tsb tidak layak pakai akhirnya dibuang begitu saja layaknya bahan olahan yg sudah berbau bahkan busuk tidak layak konsumsi.
Kemampuan dalam memilah bahan ini ada pada diri koki pembuat Soto Banjar meliputi bumbu apa saja yg dicampur,kapan memasak ayam & mencampur bumbunya.Begitupun ahli hadist & ditambahkan kemampuan ushul fiqh berupa cara memasak dari al amr(perintah) bermakna wajib juga syarat wajib & syarat sah, an nahy(larangan) larangan bermakna haram juga pembatal & mani dsb.
Setelah kesemuanya dimasak dengan keahlian memilih & memilah bahan, digabung dengan keahlian masak mumpuni & penyicip rasa yg handal. Jadilah hal tsb Soto Banjar yg sangat ledzat dicicipi disuguhkan dengan suwiran ayam ,perkedel kentang & taburan bawang goreng.Kata Upin Ipin Sedapnyeeeeeeee & kata alm Pak Bondan Maknyuuuuuus.Beginilah yg dinamakan Soto Banjar alias fiqh produk dari berbagai bahan terbaik berupa dalil & keahlian mumpuni diatas berupa ahli ushul hadits juga ahli ushul fiqh.
Bukan setahun dua tahun mereka menjadi ahli dibidang tsb, bahkan berpuluh-puluh tahun.Hal tsb dengan tingkatan mujtahid mutlak,mujtahid mustaqil,mujtahid tarjih,mujtahid fatwa.Selayaknya Imam Syafi'i, Imam Haramain, Imam Ghazali,Imam Nawawi, Imam Ramli,Imam Abu Syuja' al-Ashfihani & sampai kepada Datuk kita Kelampayan Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Apakah orang awam & puber hijrah bisa memilih memilah juga mengolah seperti ini?
Atau oleh Ustadz karbitan yg teriak "Tidak Boleh Bermadzhab & Itu Bid'ah" secara serampangan.
Silahkan tanya kepada diri kalian sendiri & hati kecil kalian sendiri!
Sumber FB Ustadz : Noor Medani