Mengakui Kenabian Ruhani

MENGAKUI KENABIAN RUHANI

MENGAKUI KENABIAN RUHANI

Bulan Rabi'ul Awwal adalah bulan kelahiran sebaik-baiknya makhluk yang pernah ada di kolong jagat raya. Yaitu Nabi Muhammad Saw. Pada umumnya orang Muslim hanya mengenal Nabi Muhammad Saw sebagai sosok nabi agung yang hidup pada abad ke-6/7, lahir di kota Mekkah, dan wafat di kota Madinah. Karena memang itulah fakta sejarah yang sangat mudah untuk kita sepakati bersama. 

Tapi kadang sebagian dari mereka lupa dengan satu fakta lain, bahwa sebelum diangkat menjadi nabi pada usia 40 tahun, kenabian Nabi Muhammad Saw itu sudah ada bahkan sebelum nabi Adam diciptakan. Di sini saya tidak sedang membawa akidah yang asing dari ajaran Islam. Tapi keimanan ini dikonfirmasi oleh hadits, dan juga perkataan ulama yang memang ahli dalam bidang itu.

Dalam sebuah hadits yang sahih, Rasulullah Saw bersabda: 

كنت نبيا وآدم بين الروح والجسد

"ِAku sudah menjadi nabi ketika Adam berada di antara ruh dan jasad." 

Hadits ini disebutkan oleh Maulana al-Ghumari, seorang pakar hadits terkemuka dari Maghrib, dalam kitab al-Ma'arif ad-Dzauqiyyah, yang dijadikan wiridan dalam tarekat tasawufnya. Disebutkan juga oleh al-Bukhari dalam at-Tarikh, at-Tirmidzi dalam al-'IIal, at-Thahawi, Ibn Sa'ad, ad-Daruquthni, as-Suyuthi dan lain-lain. Dan ahli hadits menghukuminya sebagai hadits yang sahih. Selain hadits di atas, ada juga hadits-hadits lain, dengan redaksi berbeda, yang mendukung kesahihan maknanya.  

Abdurrauf al-Munawi, seorang pakar hadits terkemuka dalam mazhab Sunni, mengomentari hadits itu sebagai berikut:

كنت نبيا) لم يقل كنت إنسانا ولا كنت موجودا إشارة إلى أن نبوته كانت موجودة في أول خلق الزمان في عالم الغيب دون عالم الشهادة

“Ia tidak mengatakan aku adalah manusia, juga tidak mengatakan (aku) ada, sebagai isyarat bahwa kenabiannya sudah ada sejak pertama kali waktu diciptakan di alam ghaib, bukan alam syahadah (alam yang tampak). (Faidh al-Qadir, 5/53).

Jauh sebelum itu, Imam as-Suyuthi juga sudah memaparkan dalam kitabnya, al-Khashaish al-Kubra, bahwa hadits itu adalah isyarat akan tetapnya kenabian Nabi Muhammad Saw di alam ruhani. Kenabian yang disebutkan dalam hadits itu, tegas as-Suyuthi, bukan hanya kenabian dalam pengetahuan Allah. Sebab, tuturnya lebih jauh, kalau kita bicara pengetahuan Allah, maka semua nabi memang sudah ada dalam pengetahuan Allah. Dan dengan begitu tidak perlu ada lagi pengkhususan semacam itu.

Berikut saya sertakan teksnya:

وَوصف النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم بِالنُّبُوَّةِ فِي ذَلِك الْوَقْت يَنْبَغِي ان يفهم مِنْهُ أَنه امْر ثَابت لَهُ فِي ذَلِك الْوَقْت وَلِهَذَا رأى آدم اسْمه مَكْتُوبًا على الْعَرْش مُحَمَّد رَسُول الله فَلَا بُد أَن يكون ذَلِك معنى ثَابتا فِي ذَلِك الْوَقْت وَلَو كَانَ المُرَاد بذلك مُجَرّد الْعلم بِمَا سيصير فِي الْمُسْتَقْبل لم يكن لَهُ خُصُوصِيَّة بِأَنَّهُ نَبِي وآدَم بَين الرّوح والجسد لِأَن جَمِيع الْأَنْبِيَاء يعلم الله نبوتهم فِي ذَلِك الْوَقْت وَقَبله فَلَا بُد من خُصُوصِيَّة للنَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم لأَجلهَا أخبر بِهَذَا الْخَبَر إعلاما لأمته ليعرفوا قدره عِنْد الله تَعَالَى فَيحصل لَهُم الْخَيْر بذلك

قَالَ فَإِن قلت أُرِيد ان افهم ذَلِك الْقدر الزَّائِد فَإِن النُّبُوَّة وصف لَا بُد ان يكون الْمَوْصُوف بِهِ مَوْجُودا وَإِنَّمَا يكون بعد بُلُوغ أَرْبَعِينَ سنة أَيْضا فَكيف يُوصف بِهِ قبل وجوده وَقبل إرْسَاله وَإِن صَحَّ ذَلِك فَغَيره كَذَلِك

قلت قد جَاءَ ان الله تَعَالَى خلق الْأَرْوَاح قبل الأجساد فقد تكون الْإِشَارَة بقوله كنت نَبيا إِلَى روحه الشَّرِيفَة اَوْ إِلَى حَقِيقَته والحقائق تقصر عقولنا عَن مَعْرفَتهَا وانما يعلمهَا خَالِقهَا وَمن امده بِنور الهي

Pandangan serupa juga diamini oleh as-Subki dalam kompilasi fatwa-fatwanya (1/39), Muhammad ibn Yusuf as-Syami, dalam kitab Subul al-Huda wa ar-Rasyad fi Hadyi Khair al-'Ibad (1/81), yang dikenal sebagai salah satu kitab sirah tertebal, Ibn Hajar al-Haitami dalam Asyraf al-Wasail (hlm. 34), dan lain-lain. Walhasil, hadits itu memberikan isyarat bahwa kenabian Nabi Muhammad Saw sudah ada sejak pertama kali penciptaan. Tapi itu terjadi di alam ghaib. Dan bukan alam syahadah. Yang disinggung di sana ialah kenabian ruhani. 

Dan pengakuan akan adanya kenabian di alam ruhani tentu tidak bertentangan kenabian jasadi yang baru muncul ketika beliau berusia 40 tahun. Jadi kenabian di usia 40 itu adalah kemunculannya di alam syahadah. Sementara kenabian yang disinggung dalam hadits tersebut ialah kenabian di alam ghaib. Tak ada kontradiksi dalam hal itu. Karena yang satu berkaitan dengan sisi ruhaniyyah, yang kedua berkaitan dengan jasadiyyah. Kita meyakini adanya kenabian di alam ruhani, sekaligus mengimani kenabian di alam jasadi. 

Ruhnya Nabi Muhammad, seperti sudah kita tegaskan, adalah ruh yang pertama kali diciptakan. Mufassir ternama, Syihabuddin al-Alusi, mengafirmasi hal itu dalam kitab tafsirnya yang terkenal, Ruh al-Ma'ani. Al-Qurthubi, mufassir lain yang tidak kalah kesohor, pun mengakui hal itu, seperti yang sudah saya kutip dalam tulisan sebelumnya. Para teolog besar Sunni seperti Imam ad-Dardir, as-Shawi, bahkan termasuk Imam al-Laqani, penulis kitab Jauharah, juga berkata demikian. Belum lagi dengan nama-nama lain yang belum kita sebutkan. 

Alhasil, keyakinan yang menyebut cahaya nabi sebagai makhluk pertama, dan yang menyebut kenabian nabi sudah ada jauh sebelumnya ketelahiran jasadnya, itu bukan hal yang asing dalam akidah kaum sunni. Untuk pengayaan dari perspektif hadits, di bawah ini ada sebuah risalah pendek yang penting untuk Anda baca (bisa di-download). Penulisnya mengajukan bantahan atas tuduhan sebagian pihak yang kerap membatalkan akidah Nur Muhammad dengan memandang palsu hadits Jabir itu. 

Ternyata, setelah ditelusuri, ada sekitar 36 nama ulama besar Sunni yang mengakui akidah Nur Muhammad sebagai makhluk pertama itu. Itu yang diketahui oleh penulisnya. Belum ulama-ulama besar lain yang tidak dia sebut. Hadits yang dikatakan lemah itu pun ternyata memiliki syawahid, atau bukti-bukti pendukung dari hadits-hadits lain, yang sebagiannya adalah hadits sahih. Dengan banyaknya hadits yang saling menguatkan itu, maka akidah terkait Nur Muhammad bersandar pada dalil-dalil yang sah. Bukan khayalan dan dongeng kaum terdahulu semata. 

Siapa bilang bahwa akidah Nur Muhammad itu tidak dikenal dalam tradisi salaf? "Tidak tahu" dengan "tidak ada" itu dua hal yang berbeda. Jangan jadikan ketidaktahuan Anda sebagai alasan untuk meniadakan. Fakta bahwa dia tidak tertulis dalam beberapa buku akidah tidak berarti bahwa akidah itu tidak ada. Karena sesuatu yang tidak tertulis bukan berarti tidak ada. Buktinya banyak ulama besar mengafirmasi akidah itu. Juga ada hadits-hadits yang bisa dijadikan untuk pendukungnya. Sebagai bukti bahwa akidah itu sudah ada sejak zaman dulu. 

Kendati demikian, mengimani kenabian ruhani ini tidak termasuk ushul al-'aqaid. Yang diwajibkan dari setiap Muslim adalah mengimani kenabiannya yang tampak, dengan bukti-bukti kemukjizatan yang dapat diuji dengan kaidah-kaidah universal. Tapi pada saat yang bersamaan saya ingin menyarankan Anda untuk tidak memandang batil akidah itu. Karena ini bukan keyakinan khas kaum sufi. Tapi juga para ulama besar yang ahli dalam bidang keilmuan yang lain. Demikian. Wallahu 'alam bisshawab. 

Baca juga kajian tentang Nur Muhammad Berikut:

Yang Pro tentang Nur Muhammad :

Yang Kontra tentang Nur Muhammad : 

Sumber FB Ustadz : Muhammad Nuruddin

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Mengakui Kenabian Ruhani - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®