Haditsnya Palsu, Tapi Maknanya Boleh Jadi Benar

Haditsnya Palsu, Tapi Maknanya Boleh Jadi Benar

Ini fatwa Syekh Ali Jum'ah yang memandang hadits keberawalan Nur Muhammad Saw itu sebagai hadits palsu. Dan pandangan itu, tegas Syekh Ali, didukung oleh banyak ahli hadits. Sebagai orang yang bukan ahli hadits, saya tidak menuliskan catatan untuk mengomentari penilaian para ulama seputar hadits itu. 

Anggap kita terima bahwa itu hadits lemah atau palsu. Lalu apakah dengan begitu akidah tentang Nur Muhammad itu lantas menjadi batil? Ya belum tentu. Karena, saya ulangi berkali-kali, akidah itu sandarannya bukan cuma hadits. Tapi bisa al-Quran, bisa juga dalil rasional. 

Akidah tentang Nur Muhammad itu bisa terbukti batil kalau memang dia HANYA disandarkan pada hadits yang lemah/palsu. Atau dia bertentangan dengan teks qath'i dari al-Quran. Atau menyalahi hadits mutawatir. Tapi kan faktanya tidak. 

Kalau ada ulama melakukan istidlal terhadap sejumlah ayat, lalu dari istidlal itu dia sampai pada kesimpulan bahwa makhluk pertama itu adalah ruhnya Nabi Muhammad, ya itu sah-sah saja. Wong sandaran dia bukan hadits palsu itu kok. Hadits itu palsu, iya. Tapi sandaran kita bukan hadits itu. 

Lihatlah bagaimana Syekh Ali Jum'ah sendiri, di akhir fatwa mengutip perkataan Imam Dardir, ketika beliau mengakui keabsahan MAKNA hadits itu. Jadi yang ditolak itu penisbatan redaksinya kepada nabi. Bukan maknanya. 

وذكر العلامة الدردير المالكي إقراره لمعنى الحديث فقال : (ونوره) صلي الله عليه وسلم (أصل الأنوار) والأجسام كما قال صلي الله عليه وسلم لجابر رضي الله عنه : «أول ما خلق الله نور نبيك من نوره» الحديث  فهو الواسطة في جميع المخلوقات.

Lalu selanjutnya Syekh Ali menjelaskan:

فإن عوالم الله سبحانه وتعالى متعددة، فهناك عالم الملك وهو عالم الشهادة، وهناك عالم الملكوت وهو عالم الغيب، ومنه عالم الروح، وعالم الجن، وعالم الملائكة، وهناك أنوار خلقها الله سبحانه وتعالى، فليس هناك ما يمنع أن يكون النبي صلي الله عليه وسلم أول الأنوار التي خلقها الله سبحانه وتعالى وفاضت منه الأنوار إلى البشرية في عالم الروح.

Intinya, kata beliau, alam yang Allah ciptakan itu bermacam-macam. Dan di sana juga beliau menegaskan bahwa tidak ada halangan untuk menyatakan bahwa Nabi Saw adalah "asal dari semua cahaya (wujud) yang Allah ciptakan." Darinya terlahirlah cahaya-cahaya yang tertumpah kepada seluruh manusia di alam ruhani. 

Lihat, beliau mengakui kepalsuan hadits itu. Tapi tidak menyalahkan akidah yang menyebut Nur Muhammad sebagai makhluk pertama. Kenapa bisa begitu? Ya seperti tadi saya bilang, karena sandaran akidah itu nggak cuma hadits. Ulama lain ada yang berhasil merumuskan akidah nur muhammad itu dari ayat al-Quran. 

Syekh Ali juga menyatakan:

فالحديث موضوع ولا يصح نسبته إلى النبي صلي الله عليه وسلم ، ومعناه يمكن أن يكون صحيحًا كما بيناه، والله تعالى أعلى وأعلم.

"Hadits itu palsu dan penisbatannya kepada nabi itu tidak benar. Tapi makanya mungkin saja benar, seperti yang sudah kita jelaskan." 

Di sini terlihat bagaimana ketelitian seorang ulama dalam menelurkan sebuah pendapat. Nggak gegabah membatilkan sebuah akidah hanya karena adanya hadits palsu. Haditsnya palsu, oke, kata beliau. Tapi maknanya boleh jadi benar. Bahkan justru makna itu didukung oleh beberapa ayat al-Quran.

Walhasil, yang menjadi mahall niza itu bukan soal palsu atau tidaknya hadits. Tapi soal apakah akidah yang menyebut Nur Muhammad sebagai makhluk pertama itu batil atau nggak? Itu harus dibedakan. Bagi kami, akidah itu tidak batil. Karena ada dasar yang sahih. 

Bagi yang mau membatalkan akidah Nur Muhammad, ya jangan cuma merujuk hadits. Karena toh sandaran kita bukan hadits2 yang dikatakan palsu itu. Memahami mahall niza itu penting. Kritik saya tertuju pada pikiran yang membatilkan akidah itu. Bukan soal palsu atau tidaknya hadits.

Baca juga kajian tentang Nur Muhammad Berikut:

Yang Pro tentang Nur Muhammad :

Yang Kontra tentang Nur Muhammad : 

Sumber FB Ustadz : Muhammad Nuruddin

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Haditsnya Palsu, Tapi Maknanya Boleh Jadi Benar - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®