Pengakuan Mawlana Al-Ghumar

PENGAKUAN MAWLANA AL-GHUMARI

PENGAKUAN MAWLANA AL-GHUMARI

Setiap hari jum'at guru kami selalu membaca ini bersama murid-muridnya. Penting untuk Anda ketahui bahwa dua halaman yang saya tampilkan ini ialah Syarah Mawlana Syekh Abdullah ibn as-Shiddiq al-Ghumari atas salawat Syekh Abdussalam ibn Basyisy/Masyisy, seorang wali besar dari belahan Maghrib. Siapa itu al-Ghumari? Bagaimana kepakarannya dalam bidang Ilmu Hadits? Saya tak perlu menjelaskan. Yang menekuni studi Ilmu Hadits pasti tahu kedudukan beliau. 

Guru kami, Syekh Yusri, adalah muridnya. Dan beliau, dalam banyak ceramahnya, selalu menjelaskan tentang pentingnya meyakini akidah Nur Muhammad itu. Sambil mengukuhkannya dengan merujuk pada sejumlah ayat al-Quran. Lalu bagaimana dengan hadits seputar Nur Muhammad yang konon tidak sampai derajat sahih itu? Di antara jawaban beliau yang masih saya ingat, ya tidak jadi masalah. Toh, kata beliau, keyakinan itu didukung oleh sejumlah ayat al-Quran. Juga ada isyarat dari hadits-hadits yang lain. Pendek kata, sandaran utama kita bukan hadits2 lemah! 

Para pengingkar itu tampaknya mengira, bahwa orang yang mengakui adanya Nur Muhammad itu hanya mendasarkan keyakinannya pada hadits saja. Sehingga, manakala hadits itu terbukti lemah, maka akidah itupun menjadi runtuh. Ya iya kalau sandarannya hadits lemah doang. Tapi kan faktanya nggak begitu. Seperti saya katakan sebelumnya, kaum sufi yang meyakini adanya Nur Muhammad itu bersandar pada sejumlah ayat al-Quran. Juga merujuk pada beberapa hadits sahih. 

Mawlana Syekh Yusri, yang mengakui ada Nur Muhammad itu, adalah ahli hadits. Semua isi kutub sab'ah sudah disyarah oleh beliau dari awal sampai akhir dalam ribuan majlis. Al-Ghumari, yang merupakan gurunya, juga ahli hadits. Mustahil ia tidak tahu hadits2 yang dirujuk oleh para pengingkar itu. Dan keduanya sama-sama mengakui adanya Nur Muhammad. Lihatlah bagaimana beliau menyebut ruh Nabi Muhammad itu sebagai quthb al-wujūd (poros inti dari wujud [makhluk]). 

Ia dinamai demikian karena, dalam keyakinan kaum sufi, ruh Nabi Muhammad itulah yang menjadi perantara bagi terwujudnya semua makhluk. Lihat juga bagaimana al-Ghumari mensyarah ungkapan Syekh Abdussalam, yang berbunyi "man minhu insyaqqat al-asrār" (sosok yang darinya berasal rahasia-rahasia spiritual), yang menunjuk pada Nabi Muhammad, dengan ungkapan: "al-mūda'atu fī rūhāniyyatih" (yang berada pada ruh/spiritnya).

Di situ jelas terlihat bahwa al-Ghumari mengakui apa yang disebut sebagai ruhaniyyah muhammadiyyah. Dan beliau ahli hadits. Lalu apakah Anda mengira bahwa al-Ghumari tidak mengetahui hadits-hadits yang konon dinilai lemah itu? Perhatikan juga bagaimana setelah itu al-Ghumari menguatkan pandangannya, seputar Nur Muhammad, dengan mengutip hadits:

كنت نبيا وآدم بين الروح والجسد

(Aku adalah nabi ketika Adam berada di antara ruh dan jasad).

Dan inilah salah satu hadits yang dijadikan sandaran oleh kaum arifin bahwa ruhnya Nabi Muhammad adalah makhluk pertama yang diciptakan sebelum segala sesuatu tercipta. Beliau itu, berdasarkan hadits di atas, sudah menjadi nabi sebelum nabi Adam. Tapi apa yang dikatakan di sana itu? Jasadnya atau ruhnya? Yang jelas bukan jasadnya. Karena jasad beliau baru terlahir di abad ke-6. Kalau bukan jasad, ya berarti ruhnya dong. Dan ruh itulah yang diyakini sebagai makhluk pertama. 

Lihatlah juga bagaimana Syekh Abdussalam menyebut ruh Nabi Muhammad itu sebagai "wāsithah" (perantara), seperti yang sering dijelaskan oleh Syekh Yusri. Lalu al-Ghumari mengomentarinya dengan ungkapan: "fi wushūl al-imdād wa hushūl al-is'ād" (dalam menyampaikan pertolongan ilahi dan menghasilkan kebahagiaan bagi para makhluk). Jadi tidak keliru jika dikatakan bahwa ruh Nabi Muhammad itu adalah perantara, yang dengannya Allah Swt menciptakan segala sesuatu yang ada.

Walhasil, siapa bilang keyakinan akan ruh/nur Muhammad itu hanya didukung oleh hadits-hadits lemah? Yang mengakui itu para wali, ulama besar, bahkan ahli hadits. Hadits sendiri yang bilang bahwa ruhnya Nabi Muhammad itu sudah ada sebelum adanya nabi Adam. Dan penjelasan ini juga dikuatkan oleh sejumlah ayat al-Quran. Perhatikanlah bagaimana dalam ayat berikut Nabi Muhammad Saw disebut sebagai awwalu al-muslimin.

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِی وَنُسُكِی وَمَحۡیَایَ وَمَمَاتِی لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ لَا شَرِیكَ لَهُۥۖ وَبِذَ ٰ⁠لِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِینَ 

"Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam  ٰtidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (Q. 6: 162-163).

Silakan Anda telusuri al-Quran dari awal sampai akhir. Faktanya tidak ada sosok makhluk yang menyebut dirinya–atau diperintahkan untuk menyebutkan—sebagai awwalu al-muslimin (sosok Muslim pertama), selain Nabi Muhammad Saw. Padahal beliau kan nabi terakhir. Jasadnya muncul setelah nabi2 yang lain. Tapi kok bisa disebut sebagai sosok Muslim pertama? 

Ya itulah salah satu sandaran para ulama menetapkan adanya Nur Muhammad. Dialah yang disebut sebagai Muslim pertama itu. Dan ruh itu sudah ada sebelum adanya jasad. Hubungkan juga ayat di atas dengan ayat lain yang menyatakan bahwa "kepada-Nya lah berserah diri (aslama) apa yang ada di langit dan yang ada di bumi." (Q. 3: 83). 

Lalu ayat sebelumnya menyebutkan bahwa Nabi Muhammad adalah sosok yang pertama kali berserah (muslim)? Tidakkah itu mengisyaratkan bahwa ruh Nabi Muhammad itu adalah makhluk pertama, dan dia menjadi perantara bagi segala makhluk yang ada? Walhasil tidak benar jika dikatakan bahwa akidah tentang Nur Muhammad, Ruhaniyyah Muhammadiyyah, atau Haqiqah Muhammadiyyah itu bersandar pada hadits lemah belaka. 

Sekali lagi saya katakan, sandaran dalam berakidah itu bukan cuma hadits, tapi juga al-Quran dan dalil-dalil rasional. Dari sudut hukum rasional, keyakinan akan Nur Muhammad ini tak melanggar hukum logika apapun. Dan isyarat tentang keberadaannya juga dapat kita temukan dalam al-Quran. Anda boleh tidak setuju dengan penafsiran di atas. Tapi jangan menyalahkan. Ahli hadits sekelas al-Ghumari saja mengakui. Lalu siapa kita berani memandangnya sbg akidah yang batil? 

Baca juga kajian tentang Nur Muhammad Berikut:

Yang Pro tentang Nur Muhammad :

Yang Kontra tentang Nur Muhammad : 

Sumber FB Ustadz : Muhammad Nuruddin

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Pengakuan Mawlana Al-Ghumar - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®