Mengenal Salaf Sesungguhnya dan Membongkar Kepalsuan Kelompok Yang Mengaku "Salafi" by Ustadz Alnofiandri Dinar
Salaf Makna Bahasanya adalah Terdahulu
سلف سلوفا وسلفا : تقدم وسبق او مضى وانقضى
Salaf sendiri merupakan Jamal Dari mufraf salifin سالف yang maknanya adalah segala sesuatu yang telah mendahului. Selain Jamal salaf, kata salifin juga bisa dijamak dengan kata sullaf سلاف
Salaf sebagaimana yang sering disebutkan oleh para ulama, maksudnya adalah orang Islam generasi awal. Dimanakah salaf karena mereka adalah generasi yang datang lebih dahulu. Sementara generasi Umat Islam saat ini, atau di masa belakangan disebut dengan khalaf.
Terkait pembatasan salaf sendiri, terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ulama. Pertama mereka yang melihat salaf dari qurun waktu tertentu. Umumnya, mereka membatasi generasi salaf pada tiga generasi pertama, yaitu sahabat, tabiin dan tabiittabiin. Hal ini, didasarkan pada hadis nabi Muhammad saw
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada jamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka. Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya” (HR. Bukhaari dan Muslim).
Jadi salaf berkisar antara zaman Rasulullah saw sampai sekitar 300 hijriyah. Jika kita melihat rentang waktu ini, maka kita akan melihat banyak sekali firqah kalam yang muncul. Di antara firqah kalam generasi awal di masa generasi salaf adalah khawarij, syiah dan murjiah. Kemudian muncul muktazilah, Hasywiyah dan ahlul hadis, setelahnya baru Asyari dan Maturidi.
Dalam fikih pun, pada generasi salaf banyak terdapat corak madzhab fikih. Syaih Ali Jumah menyebut ada sekitar 80 madzhab fikih. Ini artinya ada 80 model cara ijtihad atau ada 80-an model ushul fikih. Di antara madzhab fikih itu juga ada fikih dari kalangan ahli sunnah, syiah, khawarij, dan lain sebagainya. Artinya, generasi salaf telah menghasilkan banyak kelompok kalam dan juga kelompok fikih. Tentu dengan metode ijtihad masing-masing. Imam Ahmad adalah salah satu ulama salaf dari kalangan ahli sunah. Beliau lebih sering disebut sebagai ahlul hadis. Sebelum muncul imam Asy’ari, istilah ahli sunnah memang belum terlalu popular. Mereka lebih dikenal dengan sebutan kelompok ahlul hadis.
Imam Asyari dalam kitab al-Ibanah mengikrarkan dirinya sebagai pengikut generasi salaf. Dalam hal ini, beliau menyatakan sebagai berikut:
Pendapat kami dan juga ajaran agama yang kami ikuti, adalah berpegang teguh kepada kitab Allah dan sunnah nabi Muhammad saw, serta apa yang diriwayatkan dari generasi sahabat, tabiin dan para imam ahli hadis. Kami akan berpegang teguh terhadap pendapat mereka ini. Kami juga akan mengikuti pendapat Abdullah bin Ahmad bin hambal-semoga Allah selalu menolong dan mengangkat derajat beliau, serta memberikan pahala bagi para pengikutnya-. Karena beliau adalah imam yang utama dan pemimpin yang sempurna. Beliau yang menjelaskan tentang kebenaran, dan membongkar kesesatan, menerangkan tentang manhaj, dan membungkam para ahli bid’ah.
Di sisi lain, beliau juga menuliskan manhaj dan cetak biru generasi salaf yang kemudian beliau namakan dengan istilah ahlul haq wassunnah seperti yang beliau tulis dalam kitab al-Ibanah, atau ahlu sunnah wal jamaah, seperti yang beliau sebutkan dalam kitab beliau yang berjudul ushulu ahli as-Sunnah wal Jamaah. Dengan buku Imam Asyari ini, maka Istilah ahli Sunnah wal jamaah menjadi sangat popular dan identik sebagai kelompok Asyariyah. Selain Imam Asyari, ulama pengikut beliau yang menuliskan buku dengan menggunakan istilah ahli sunnah wal jamaah adalah Imam Haramain. Beliau menulis buku berjudul Lawami’ul Adillah Fi Qawaidi Aqaidi Ahli Sunnah wal jamaah.
Berhubung pada masa salaf juga banyak muncul kelompok ahli bid’ah seperti khawarij, syiah, murjiah dan lain sebagainya, maka biasanya para ulama memberikan ikatan kata salaf dengan istilah salaf as-salih. Dari sini, maka kelompok mubtadi’ah tadi, meski mereka hidup di masa generasi salaf, tidak masuk kepada istilah salaf salih. Mereka menjadi kelompok ahli bid’ah. Namun di kemudian hari, menyebut salaf salih kadang terlalu panjang sehingga kata salih dihilangkan. Dengan demikian, jika menyebutkan kata salaf, yang dimaksudkan adalah salaf salih.
Kedua, salaf dilihat dari sisi manhaj. Kelompok ini memandang bahwa salaf, bukan sekadar terkait dengan kurun waktu tertentu, namun juga terkait dengan ulama yang membawa manhaj tertentu. Manhaj inilah yang dijadikan sebagai patokan dan sarana dalam menentukan arah pemikiran, utamanya dalam persoalan ilmu kalam.
Jika menggunakan pendapat ini, maka siapapun yang menggunakan manhaj seperti yang dilakukan oleh ulama salaf, maka mereka dianggap sebagai salafi, atau generasi salaf.
Dalam ilmu kalam, kita bisa membaca pendapat Imam Asyari seperti yang tertuang di atas, nampak sekali bahwa pernyataan Imam Asyari, bukan saja terkait dengan generasi dan kurun tertentu, namun juga manhaj. Imam Asyari mengikuti manhaj generasi sahabat, tabiin dan tabiit-tabiin yang artinya generasi salaf. Madzhab ahlil haq wassunnah atau ahli sunnah wal jamaah, seperti yang beliau nyatakan dalam dua kitabnya, artinya adalah manhaj yang telah digariskan oleh generasi salaf.
Atau kalau dalam ilmu fikih dan ushulnya, ada Hanafi, Maliki, Syafii, Hambali, Laitsi, Thabari dan lains sebagainya. Para ulama madzhab ini meletakkan manhaj dalam sistem istidlal fikih (penggalian hukum fikih) yang disebut dengan ilmu ushul fikih. Jangan dikira, ushul fikih itu mudah. Ushul fikih terkait dengan teori istidlal yang sangat ilmiah. Hanya ulama yang mempunyai kejeniusan yang bisa meletakkan metodologi ini.
Saya sendiri melihat bahwa salaf, bisa dilihat dari dua sisi sekaligus. Salaf bisa merupakan sebuah generasi pertama hingga ke tiga Hijriyah, yaitu para sahabat, tabiin dan tabiit-tabiin, dan juga sebuah manhaj.
Terkait manhaj salaf dalam ranah akidah, Imam Asyari telah memberikan garis dan prinsip yang sangat jelas, bukan saja terkait dengan sikap terhadap ayat-ayat sifat, namun bahasan lebih menyeluruh terkait dengan pandangan seorang hamba kepada Tuhan, kenabian, perilaku hamba, interaksi seorang hamba dengan kelompok lain, persoalan alam raya, al-ghaibiyatdan, politik (imamah) dan lain sebagainya. Imam Asyari telah menuliskan “cetak biru” bagi para pengikut manhaj salaf dalam akidah, yang beliau namakan dengan istilah ahlul haq wassunnah atau ahli sunnah wal jamaah.
Mengapa Imam Asyari meletakkan sebuah manhaj salaf? Hal ini seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya bahwa salaf maknanya adalah yang lalu. Pada generasi ini, banyak sekali aliran Islam dan mempunyai manhaj sendiri.
Misalnya saja, dari sisi ilmu kalam, pada generasi salaf terdapat banyak manhaj, di antaranya adalah muktazilah, syiah, khawarij, murjiah dan lain sebagainya. Antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, mempunyai manhaj yang berbeda. Maka imam asyari hendak meluruskan dan memberikan garis manhaj akidah yang benar yang disebut dengan istilah ahlussunnah wal jamaah atau ahlul haq wassunnah.
Beliau menulis banyak buku terkait prinsip dari ahlul haq wassunnah atau ahli sunnah wal jamaah, di antaranya adalah kitab al-ibanah, alluma fi raddi ala ahli azzaighi wal bida, ushulu Ahlissunnah wal jamaah dan maqalatul Islamiyin. Imam Asyari juga memberikan anjuran kepada mereka yang mempunyai kapabilitas keilmuan untuk memperdalam ilmu kalam. Anjuran tersebut beliau tulis khusus dalam kitabnya, risalah al khaud fi ilmil kalam dan diterapan dalam karyanya alluma dan ushulu ahlissunnah wal jamaah. Dua buku tersebut ditulis dengan bahasan kalam yang sangat kental. Bahkan kitab al ibanah sendiri, masih kental dengan bahasan kalam.
Dari buku-buku beliau tersebut, lantas diikuti dan dikembangkan oleh para pengikut Imam Asyari dengan menuliskan manhaj salaf atau manhaj ahli sunnah wal jamaah atau ahli haq wassunnah secara komperhensif mengikuti alur bahasan sang Imam. Di antarnaya adalah imam baqilani yang menulis buku al inshaf fima yajibu i’tiqaduhu wala yajuzu al jahlu bihi, tamhiful awa’il wa talkhisu ad-dala’il, attaqrib wal irsyaf, al ibanah an ibthali mafzhabi ahlil kufri wadhalalah, arraddu alal muktazilah fima isytabaha alaihim min takwilil qur’an, arradu ala arrafidhah wal mu’tazilah wal khawarij wal jahmiyah, muqaddimat fi ushuli addiyanat dan lain sebagainya.
Imam Haramain menulis buku asy-Syamil fi Ushuliddin, al irsyad ila qawathi’il adillah fi ushul al i’tiqad, luma’ul adillah fi qawaidi ahli assunnah wal jamaah, aqidatunnizhamiyyah fi arkanil islamiyah dan lain sebagainya.
Imam Ghazali menulis buku qawaidul aqaid, al iqtishad fil i’tiqad, qanunul kulli fi atta’wil, kitabul arba’in fi ushuliddin, faishluttafriqah bainal Islam wa Azzindiqah dan lain sebagainya.
Memang apa yang disampaikan oleh imam Asyari dalam kitab-kitabnya tersebut bukanlah sesuatu yang baru. Pendapat Imam Asyari, merupakan pendapat para sahabat, para ulama tabiin dan tabiit tabiin seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, Imam hasan al-Basri, Imam Laits, Imam Thabari dan lain sebagainya. Hanya saja, Imam Asyari dianggap sebagai peletak dasar dari manhaj mereka tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika kemudian istilah Ahli Sunnah wal Jamaah selalu dinisbatkan kepada Imam Asyari.
Apa yang dilakukan Imam Asyari, barangkali mirip dengan apa yang dilakukan oleh Imam Syafii dalam ilmu ushul fikih. Imam Syafii bukanlah orang pertama yang mempunyai manhaj ushuli. Hanya saja, beliaulah ulama pertama yang menulis dan membukukan ushul fikih secara rapi dan sistematis. Jika Imam Syafii meletakkan metodologi ushul fikih, maka Imam Asyari adalah peletak dasar dari metodologi kalam ahli sunnah wal jamaah
Dari arrisalah imam syafii tersebut, lalu muncul banyak sekali karya ulama terkait dengan ilmu ushul fikih. Di madzhab syafii ada al Burhan karya Imam haramain, al mustasfa karya Imam Ghazali, Al-Mankhul karya imam Razi, Qawaidul Ahkam fi Masalihil Anam karya Iz Ibnu Abdussalam dan lain sebagainya. Di Madzhab Hanafi ada Ushul as-Sarkhasi, Mizanul Ushul, Ushul Al-Bazdawi, dll. Di madzhab Maliki ada Al-Muwafaqat, maraqi as-suud dll. Di Madzhab Hambali ada Rauzhatunnazhir, syarhul kaukab dll. Jika dikumpulkan ribuan judul buku tentang ushul fikih dari berbagai madzhab.
Jadi, para ulama salaf itu luar biasa. Mereka banyak yang menjadi peletak cabang keilmuan Islam. Mereka belajar tanpa mengenal lelah. Karya-karya mereka masih dapat kita baca hingga saat ini.
Sekarang, ada sekolongan umat akhir zaman, yang kadang bahasa arab saja tidak bisa, sudah sok-soan berijtihad. Kelompok ini sudah berani berfatwa dan menyalahkan kelompok lain yang berbeda hanya berbekal google dan perkataan syaihnya. Kelompok yang mengaku mengikuti sunnah nabi, melarang taklid, namun sesungguhnya mereka ini muqallid fanatik yang hanya mengikuti fatwa syaihnya. Sekelompok umat akhir zaman mengaku sebagai pengikut manhaj salaf, namun anehnya tidak tau siapa-siapa saja ulama salaf itu serta apa saja karya mereka dan bagaimana arah pemikiran mereka. Kelompok ini, sesungguhnya benalu bagi umat Islam dan menjadi salah satu sumber perpecahan umat karena selalu merasa paling benar dan paling shahih sementara kelompok lainnya salah. Semoga kita terhindar dari gerakan mereka ini.
Sumber FB Ustadz : Wahyudi Abdurrahim