Wahhabi Itu Fanatik
Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai
Mengutip pendapat Ibnu Taimiyah bagi Aswaja bukan sebagai pembenaran pemahaman imam Ibnu Taimiyah tetapi lebih kepada perbandingan dan bantahan untuk mereka yang menggadang gadangkan Ibnu Taimiyah.
Dikalangan salafi dengan berbagai varian telah sepakat menjadikan ajaran Ibnu Taimiyah sebagai standar kebenaran, sehingga pemahaman ulama salaf dan khalaf diukur dengan ajaran Ibnu Taimiyah, jika sesuai dengan konsep Ibnu Taimiyah maka itu diakui bagian dari pada salaf, dan sebaliknya walaupun ulama salaf yang mengatakannya, apabila tidak sesuai dengan ajaran Ibnu Taimiyah maka tidak akan diakui bagian dari pemahaman salaf.
Menggiring kepada pemahaman satu tokoh dan menjadikan pemahaman tokoh tersebut sebagai standar kebenaran merupakan bentuk dari pada fanatik buta. Kemudian membatasi pengikutnya hanya mengambil dari kalangan mereka saja juga merupakan bentuk fanatik tingkat tinggi.
Menuduh orang lain fanatik karena berpegang kepada pemahaman mayoritas ulama, lalu mengajak keluar dari pemahaman mayoritas kepada kelompok minoritas dengan satu tokoh tertentu merupakan fanatik yang sesungguhnya, sedangkan mengikuti mayoritas ulama yang berkumpul di dalamnya lintas ulama dengan bermacam keahlian yang berbeda bukan termasuk fanatik, karena yang diikuti bukan satu tokoh.
Tanda fanatik salafi wahhabi hanya mengambil pendapat ulama aswaja yang sesuai dengan ajaran mereka, dengan tujuan untuk menguatkan pendapat mereka, sedangkan yang tidak sesuai, mereka salahkan, bidahkan dan syirikkan.
Ulama aswaja ketika mengambil pendapat Ibnu Taimiyah untuk membantah pemahaman wahhabi, yang dengan sengaja meninggalkan pendapat Ibnu Taimiyah yang sejalan dengan mayoritas ulama, sebagai contoh Ibnu Taimiyah membolehkan mewiritkan satu amalan terus menerus yang tidak ada contoh dari nabi.
Dan ulama aswaja mengambil pendapat dari kalangan ulama salafi wahhabi sebagai perbandingan bahwa dikalangan ulama mereka sendiri terjadi perbedaan, yang dengan sengaja mereka pura - pura tidak tau, dan seolah - olah di atas manhaj mereka tidak ada perbedaan, sebagai contoh dalam hal menggunakan tasbih sebagai alat berzikir, Bin Baz mengatakan bidah menggunakan tasbih, sedangkan Utsaimin mengatakan tidak bidah.
Kemudian tujuan ulama aswaja mengambil pendapat Ibnu Taimiyah dan ulama salafi wahhabi yang lain, agar mereka tidak fanatik dengan kelompok mereka, dan tidak mudah menyalahkan, membidahkan dan mensyirikkan amalan mayoritas ulama karena sebagian pemahaman ulama mereka sejalan dengan pemahaman mayoritas ulama aswaja. Ketika ada yang sejalan dan ada yang tidak, maka tidak pantas mereka merasa paling benar, karena berbeda dalam hal cabang furuiyah itu biasa di kalangan mayoritas ulama.
Cara menyadarkan pelaku fanatik dengan membandingkan dan membenturkan pendapat diantara ulama mereka, agar mereka sadar bahwa dikalangan ulama salafi wahhabi juga terjadi perbedaan, tak susuai dengan jargon mereka yang mengatakan tidak ada perbedaan, jika mengikuti manhaj salaf ala wahhabi.
Tetapi biasanya, ketika disodorkan pendapat ulama mereka yang berbeda antara satu dengan yang lain, yang mana salah satu dari pendapat mereka sejalan dengan ulama aswaja, spontan dapat mereka maklumi, berbeda dengan sikap mereka dengan pendapat ulama aswaja yang berbeda dengan paham yang mereka anut, langsung disalahkan, padahal diantara ulama mereka juga ada yang berpendapat sama dengan ulama aswaja yang mereka bidahkan.
Orang yang hanya mampu memaklumi kekurangan kelompoknya, tetapi tidak mau mengakui kelebihan orang lain, pertanda fanatik yang kronis.
Dalu - dalu, Rabu 17 Januari 2024
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa