Dua Jenis Munafik
by Ustadz :Ahmad Sarwat
Kita sering mendapatkan penjelasan tentang tiga golongan manusia, yaitu muslim, kafir dan munafik.
Muslim itu baik lisan, hati dan perbuatan sejalan dan seirama, yaitu beriman. Sedangkan kafir juga sejalan antara lisan, hati dan perbuatan, secara tegas menyatakan tidak beriman.
Lalu munafik itu posisinya di tengah-tengah. Biasanya sering dikatakan bahwa munafik itu lisannya mengaku beriman tapi perbuatannya mengingkari.
* * *
Disini letak fatalnya, karena sebagai golongan yang berada di posisi antara muslim dan kafir, ternyata golongan munafik itu masih terbagi dua lagi. Ada munafik yang muslim dan ada pula munafik yang kafir.
Munafik yang muslim itu beriman dengan lisan dan hati. Maksudnya baik lisan maupun hatinya tetap mengakui keislaman. Cuma seringkali dalam perbuatannya ada kurang terpuji. Tapi statusnya dipastikan muslim.
Munafik yang kafir itu lisannya pura-pura mengaku sebagai muslim, tapi hatinya ingkar, menolak dan tidak mengakui keislaman dan menolak iman. Munafik jenis inilah yang kafir dan nanti posisinya di neraka berada pada keraknya.
* * *
Pembagian dua jenis munafik yaitu ada yang muslim dan ada yang kafir, terus terang kurang dapat perhatian. Dalam banyak kajian keislaman, biasanya disampaikan bahwa munafik itu hanya ada satu macam saja, yaitu munafik yang kafir.
Misalnya di awal surat Al-Baqarah mulai ayat 8 sampai 20 juga menjelaskan jenis munafik yang kafir. Demikian juga surat ke-63 yang dinamakan Al-Munafiqun juga menjelaskan orang munafik yang berjenis kafir.
Ada pun orang munafik yang muslim nampaknya lebih banyak kita temukan kisahnya dalam hadits.
Salah satunya yang disebutkan oleh Handhalah salah seorang shahabat mulia. Beliau pernah menyatakan diri sebagai orang yang melakukan perbuatan nifaq. Dan ternyata sekelas Abu Bakar pun menyatakan hal yang sama.
Tentu saja para shahabat itu tetap muslim, bukan kafir. Sebab kemunafikan yang mereka sebut-sebut itu ternyata bukan penolakan iman di lisan apalagi di dalam hati.
Lisan dan hati mereka 100% aman, hanya saja dalam perbuatan, mereka merasa agak mendua. Kadang merasa dekat sekali kepada Allah, tapi kadang cinta sekali kepada dunia.
Hanzhalah berkata :
"Jika kami berada di sisi Rasulullah SAW, kami teringat neraka dan surga sampai-sampai kami seperti melihatnya di hadapan kami. Namun ketika kami keluar dari majelis Rasul SAW dan bergaul dengan istri dan anak-anak kami, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi banyak lupa.” Abu Bakr pun menjawab, “Kami pun begitu.”
Maka Nabi SAW pun menjelaskan bahwa mereka para shahabat pastinya bukan termasuk orang munafik. Bahwa sesaat merasa dekat kepada Allah, namun sesaat menikmati keduniaan itu sah, boleh dan wajar. Tidak lantas jadi munafik.
Maka di akhir hadits, Nabi SAW tegaskan dengan statemen penutup :
"Namun Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim)
* * *
Kemunafikan yang banyak disebut-sebut dalam Al-Quran memang jenis kemunafikan yang parah, karena pada dasarnya mereka itu orang kafir tulen, tapi berpura-pura masuk Islam.
Sedangkan kita-kita ini yang asli muslim tulen, kadang suka merasa diri munafik. Itu wajar saja, toh para shahabat pun suka merasa seperti itu.
Namun yang jelas kita semua muslim, sebab antara lisan, hati dan perbuatan kita tegas dan jelas muslim 100%.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat