𝗜𝗟𝗠𝗨 𝗔𝗞𝗨 𝗧𝗜𝗗𝗔𝗞 𝗧𝗔𝗛𝗨
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Diantara buruknya adab penanya di zaman ini adalah ketika ia bertanya kepada seorang ahli ilmu seperti memaksa untuk pasti mendapatkan jawabannya. Bahkan ketika sekedar telat dari mendapatkan jawaban, ia seperti tidak terima, tanyanya sekarang ya jangan sampai dijawabnya bulan depan.
Mungkin orang seperti ini mengira bahwa seorang ulama atau mufti itu harus secanggih google, secerdas ChatGPT, yang selalu sigap menjawab meskipun jawabannya harus ngasal dan sedikit ngawur.
Apa ia tidak tahu bahwa ulama-ulama besar dahulu saja, sudah biasa membuat orang yang jauh-jauh datang untuk meminta fatwa ke rumahnya dibuat pulang dengan tangan hampa ? Entah itu karena tidak ketemu, atau memang dengan si ulama tidak dibukakan pintu, atau karena memang diberi jawaban dengan : “aku tidak tahu.”
Diriwayatkan bahwa Imam Asy Sya’bi rahimahullah berkata :
لا أدري نصف العلم
“Ucapan aku tidak tahu adalah separuh ilmu.”[1]
Dalam sebuah riwayat Imam Malik rahimahullah pernah didatangi oleh beberapa orang dari negeri yang sangat jauh untuk menanyakan beberapa fatwa agama.
Dan semua jawaban dari beliau adalah : Aku tidak tahu. Sehingga sebagian mereka mengatakan : “Apa yang harus kami sampaikan kepada penduduk negeri kami sedangkan yang kami tanyai adalah orang seperti engkau dan jawabannya : Aku tidak tahu ?”
Imam Malik dengan tegas mengatakan : “ Ya katakan saja, bahwa Malik tidak mengetahui jawabannya.”
Dalam satu kesempatan yang lain beliau Imam Malik ditanya tentang satu permasalahan dan kala itu beliau menjawab ‘saya tidak tahu’. Kemudian si penanya berkata, “ini kan hanya masalah sepele ?”
Mendengar ucapan ini sang imam marah seraya berkata :
مسألة خفيفة سهلة؟ ليس في العلم شيء خفيف
“Apa katamu ? Tidak ada hal sepele dalam masalah ilmu !”[2]
Diriwayatkan pula dari imam asy Syafi’i rahimahullah bahwasanya beliau ditanya tentang suatu masalah, lalu beliau terdiam dalam waktu yang sangat lama. Hingga ada yang berkata : “Semoga Allah merahmati anda, sebenarnya anda mau jawab atau tidak ?”
Imam Syafi'i menjawab:
حتى أدري الفضل في سكوتي أو في الجواب
"Saya harus memastikan dulu apakah lebih baik pertanyaan ini saya diamkan atau saya jawab."[3]
Al imam Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr as Siddiq pernah ditanya tentang suatu masalah, dan beliau hanya menjawab, "Saya tidak menguasai masalah ini.”
Orang yang bertanya tersebut berkata, "Saya datang kepadamu karena saya tidak tahu tempat bertanya lainnya.” Mendengat itu al imam Qasim menjawab,
لا تنظر إلى طول لحيتي، وكثرة الناس حولي، والله ما أحسنه لأن يقطع لساني أحب إلي من أن أتكلم بما لا علم لي
"Engkau jangan tertipu oleh penampilanku atau karena banyaknya orang yang ada di sekitarku. Demi Allah saya tidak bisa menjawabnya, dan lebih baik lidahku dipotong daripada aku harus memberi jawaban atas masalah yang aku tidak menguasainya !”[4]
Imam Sya’bi rahimahullah pernah ditanya tentang suatu masalah dan beliau menjawab, "Aku tidak tahu." Maka ada yang berkata kepadanya, "Tidakkah anda merasa malu mengatakan 'tidak tahu', padahal anda dikenal sebagai ahli fiqihnya penduduk Iraq ?"
Mendemgar itu sang imam hanya menjawab, “Mengapa harus malu ? sedangkan para malaikat tidak malu ketika mereka mengatakan, 'Tidak ada ilmu bagi kami kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami.'"[5]
Semoga bermanfaat
___________
[1] Musnad ad Darimi (1/276)
[2] Tartib al Madarik (1/184)
[3] Fatawa Ibnu Shalah (1/13)
[4] Adabul Mufti hal. 38
[5] Jami’ Bayanul Ilmi no. 1558
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq