Wasiat Wali Abdal

Wasiat Wali Abdal

WASIAT WALI ABDAL

Syaikh Muhammad Ihsan bin Muhammad Dahlan Al-Jampasi Al-Kadiri Al-Jawi Asy-Syafi'i Al-Asy'ari atau Syekh Ihsan Jampes rahimahullah (wafat 16 September 1952 M Kediri Jawa Timur), dalam Kitab Sirajut Thalibin Syarah Minhajil Abidin, (Indonesia, Daru Ihya’il Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 259), mengatakan :

"Abdal adalah sekelompok wali Allah subhanahu wa ta'ala. Mereka adalah pengganti para nabi. Mereka berjumlah tujuh orang, tidak lebih dan tidak kurang, sebagaimana pendapat Abu Thayyib Abu Muhammad Shalih bin Abi Sharif Ar-Rundi Al-Andalusi atau Imam Abul Baqa’ rahimahullah (1204 - 1285 M di Ceuta Spanyol). Uwaimir bin Amir bin Malik bin Zaid bin Qais bin Umayyah bin Amir bin Adi bin Ka`ab bin Khazraj bin Al-Harits bin Khazraj atau Abu Darda' Al-Anshari Radhiyallahu Anhu (wafat 652 M di Damaskus Suriah), seorang sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, menerangkan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala, memiliki hamba yg disebut “AL-ABDAAL”, sepeninggal para nabi. 

Wali abdal adalah paku bumi. Setelah masa kenabian selesai, Allah subhanahu wa ta'ala menggantikan kedudukan para nabi dgn sekelompok orang dari umat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Mereka lebih utama dari kebanyakan orang lain bukan karena kebanyakan shalat, kebanyakan puasa, dan banyak perhiasan, tetapi karena kewara’an yg benar, niat yg tulus, kebersihan batin terhadap semua umat Islam, bimbingan terhadap mereka dgn mengharap ridha Allah, sabar tanpa kasar, rendah hati tanpa terhina. 

Wali abdal adalah sekelompok orang yg dipilih dan diseleksi oleh Allah. Mereka berjumlah 30 atau 40 orang. Wali abdal tidak pernah melaknat, menyakiti, merendahkan, dan melampaui batas terhadap apapun dan siapapun. Mereka tidak mendengki orang yg diberi anugerah sesuatu oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Mereka orang yg paling baik pengetahuan atas sebuah hakikat, paling lembut tabiat, dan paling murah hati. 

Tanda wali abdal adalah sifat kedermawanan dan murah senyum. Hidup mereka selamat. Tidak ada rumusnya hari ini mereka takut kepada Allah, lalu besok lalai. Mereka senantiasa dalam keta'atan lahiriah. Hubungan mereka dan Allah tidak terganggu oleh terpaan topan badai angin keras dan kawanan kuda yg berlari sekalipun. 

Hati para wali abdal berjalan mi’raj karena senang dan rindu kepada Allah. Mereka orang yg tidak menyukai dunia. Mereka selalu terdahulu saat berlomba² dalam kebaikan. Mereka adalah “tentara” Allah. Ketahuilah, mereka itulah orang yg beruntung.

Sebutan Wali Abdal disematkan, karena masing² dari mereka menempati sebuah wilayah di mana saat mereka pergi, mereka memilih penggantinya.

Al-Imam Fudhail bin Iyadh bin Mas’ud bin Basyar at-Tamimi atau Fudhail bin Iyadh rahimahullah (wafat 803 M, Mekkah) mengatakan : “Wali abdal mendapatkan kedudukannya bukan dgn banyak puasa dan shalat sunnah, tetapi dgn kemurahan hati, kesucian batin, dan nasihat yg tulus untuk umat”. (Kitab Sirajut Thalibin Syarah Minhajil Abidin, I/260). 

Menurut Imam Al-Ghazali

Al-Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Ath-Thusi Asy-Syafi'i atau Imam Al-Ghazali rahimahullah (wafat 19 Desember 1111 M di Thus, Iran) di Kitab Ihya Ulumiddin, menjelaskan bahwa WaIi abdal adalah selalu tertutup dari pandangan kebanyakan orang, karena mereka sendiri tidak mampu memandang ulama waktu; dan tidak mengenal Allah. Padahal, kebanyakan orang memandangan dirinya sebagai ulama.

Menurut Mbah Sholeh Darat

Al-'Alim Al-'Allamah Asy-Syaikh Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani al-Jawi asy-Syafi'i atau Mbah Kyai Saleh Darat rahimahullah (wafat 18 Desember 1903 M, Borgotta Semarang) dalam kitab yg berjudul Minhajul Atqiya' Fi Syarhi Ma'rifat Al-Adzkiya', memberikan pendapat tentang ciri² seseorang bisa tergolong wali abdal. Semua wali abdal, tidak sampai kepada maqam abdal, disebabkan puasa dan banyaknya shalat dgn khusyuk, akan tetapi mereka dapat sampai ke maqam abdal disebabkan karena :

1. Sikap wirai, niat yg baik, hati yg selamat;

2. Kasih sayang terhadap umat Islam, tidak menghujat, tidak pernah membenci;

3. Tidak pernah membuat sedih atau menyakiti sesama manusia;

4. Tidak menyusahkan orang yg di bawahnya;

5. Tidak iri terhadap orang yg di atasnya;

6. Baik kepada semua manusia;

7. Dermawan kepada semua manusia; dan

8. Rendah hati terhadap semua manusia.

Dengan demikian, menurut Beliau, seorang wali bukanlah mereka yg hanya sibuk dgn urusan ibadah saja dan tidak mau berinteraksi dgn masyarakat. Sebab, wali sbg penerus risalah kenabian, pasti paham bahwa dirinya memiliki tanggung jawab besar terhadap umat Islam.

Menurut Syaikh Abdullah Al-Ghumari

Wali Abdal, menurut Syekh Abu al-Fadhl Abdullah bin Muhammad bin Ash-Shiddiq Al-Ghumari Al-Maliki rahimahullah (1910 - 1993 M di Tangier, Maroko), dalam kitab Al I’lam bi Annat Tashawwuf min Syari’atil Islam, mereka adalah nama segolongan para wali. Banyak hadits dan atsar dari para sahabat yg menjelaskan penamaan, sifat, tanda dan tempat di mana mereka berada.

Keberadaan wali ini tidak bisa diingkari begitu saja. Seandainya pun tidak terdapat hadis dan atsar yg menjelaskannya alias hanya digunakan kalangan sufi, tetap saja tidak bisa dijadikan dalil ketiadaan mereka.

Sebagaimana diketahui, bahwa setiap kelompok ulama memiliki musthalahat (istilah²) tertentu yg dipahami di kalangan mereka sendiri. Seperti fuqaha (ulama ahli fiqih), ushuliyyin (ulama ushul), ulama nahwu, ulama mantiq, dan ulama ma’ani memiliki istilah tersendiri dalam tradisi keilmuan mereka, tercantum dalam kitab mereka, jadi bagian dari ilmu mereka dan tidak satu pun yg menentang mereka.

Wali Abdal memiliki derajat yg tinggi yg tidak bisa dicapai kecuali memenuhi syarat yg dijelaskan dalam hadits dan atsar. Syekh Abdullah bin Muhammad Shiddiq al Ghumari rahimahullah mengatakan bahwa salah satu syarat Wali Abdal ialah mereka memaafkan orang yg mendzaliminya dan berbuat baik kepada orang yg menyakitinya, juga saling meringankan atas apa yg Allah datangkan pada mereka.

Menurut sufi besar, Ma'ruf bin Faizan Abu Mahfudz Al-Ibid bin Firus Al-Karkhi atau Imam Ma’ruf Al-Karkhi rahimahullah (wafat 200 H / 815 M Baghdad Irak), karakter khas wali abdal adalah “welas" dengan umat serta masyarakat. Mereka sering berdoa, “Allahumarham ummata Muhammad”, Ya Allah kasihanilah umat baginda Nabi Muhammad.

Tujuh Wasiat Kepada Imam Ibrahim Bin Adham

Al-Imam Asy-Syaikh Al-Faqih Az-Zahid Al-Arif Billah Abu Ishaq Hazrat Sulthan Ibrahim bin Adham bin Sulaiman bin Manshur al-Balkhi Al-Ijili atau Ibrahim bin Adham rahimahullah (100 - 165 H / 718 -  782 M) dawuh :

“Suatu ketika datang kepadaku beberapa orang tamu, sedangkan aku tahu siapa mereka, mereka adalah para wali abdal, maka aku bilang kepada mereka :

“Berikan aku satu wasiat yg bisa menjadikanku takut kepada Allah Subhananahu wa ta'ala, seperti rasa takut yg kalian miliki terhadap Allah, maka kemudian mereka memberiku 7 (tujuh) wasiat sbg berikut :

1. Barang siapa yg banyak bicara yg tiada gunanya, maka jangan harap hatinya hidup.

2. Barang siapa yg banyak makannya, maka jangan harap bisa member hikmah pada yg lainnya.

3. Barang siapa yg banyak berkumpul dgn manusia yg tiada gunanya, maka jangan harap akan memperoleh kelezatan ibadah.

4. Barang siapa yg cinta dunia, maka jangan diharap dia akan husnul khatimah dalam kematiannya.

5. Barang siapa yg bodoh akan keilmuan (khususnya ilmu agama), maka jangan harap hatinya akan hidup.

6. Barang siapa yg memilih berteman dgn orang2 yg suka dzolim, maka dia tidak akan istiqomah dalam agamanya.

7. Barang siapa yg hanya mencari ridho manusia, maka jangan diharap memperoleh ridho Allah subhanahu wa ta'ala.

Wasiat diatas, termaktub dalam kitab Durratun Nasihin Fil Wa’zhi Wal Irsyad (halaman 123), karya Utsman ibn Hasan ibn Ahmad Asy-Syakir Al-Khaubawi rahimahullah (Al-Khubawi atau Al-Khubuwi atau al-Khaubawiyyi, 1764 - 1824 M).

Enam Wasiat Wali Abdal 

Dalam versi Kitab At-Tadzkirul Mustofa Li Auladil Musthafa (halaman 143) karya Syaikh Abubakar Al-Atthas rahimahullah (wafat 21 Desember 1995 M di Jannatul Ma'la Makkah ) terdapat 6 (enam) wasiat Wali Abdal. Mudah²an wasiat ini menjadi ibrah bagi kita semua, yaitu :

قال بعض الصالحين : نزل عندي أضياف وعلمت أنهم أبدال، فقلت لهم : أوصوني بوصية بالغة حتى أخاف الله مثل خوفكم . فقالوا ؛ نوصيك بستة أشياء

Berkata sebagian orang sholeh : "Singgah di rumahku beberapa tamu dan aku tahu mereka adalah golongan Wali Abdal, aku katakan kepada mereka, "Berilah aku wasiat sehingga aku takut kepada Allah seperti takutnya kalian kepadanya."

Mereka menjawab: "Kami menasehatimu dgn 6 perkara, yaitu :

١. من أكثر النوم فلا يطمع في رقة قلبه

1. Barangsiapa banyak tidur, maka tidak diharap hatinya lembut.

٢. من أكثر الأكل فلا يطمع في قيام الليل

2. Barangsiapa banyak makan, maka dapat dipastikan tidak akan bangun malam untuk ibadah.

٣. من أكثر صحبة جاهل أو ظالم فلا يطمع في استقامة دينه

3. Barangsiapa banyak/sering berteman dgn orang bodoh atau dzolim maka sangat kecil kemungkinannya dia akan istiqomah dalam agamanya.

٤. من كانت الغيبة والكذب عادته فلا يطمع أنه يخرج من الدنيا ومعه الإيمان

4. Barangsiapa menjadikan ghibah dan berbohong sbg kebiasaannya, maka sangat kecil kemungkinannya dia akan mati dgn membawa iman.

٥. من كثر اختلاطه بالناس فلا يطمع في حلاوة العبادة

5. Barangsiapa banyak bergaul dgn manusia, maka sangat kecil kemungkinannya dia merasakan manisnya ibadah.

٦. من طلب رضا الناس فلا يطمع في رضا الله عز وجل

6. Barangsiapa mencari ridha (pengakuan/disenangi/dihormati) manusia, maka sangat kecil kemungkinannya dia mendapatkan ridha Allah.

Do'a Para Waliyullah  

اللهم اغفر لامة سيدنا محمد، اللهم ارحم امة سيدنا محمد، اللهم استر امة سيدنا محمد، اللهم اجبر امة سيدنا محمد، اللهم اصلح امة سيدنا محمد، اللهم عاف امة سيدنا محمد، اللهم احفظ امة سيدنا محمد، اللهم ارحم امة سيدنا محمد رحمة عامة يا رب العالمين، اللهم اغفر لامة سيدنا محمد مغفرة عامة يا رب العالمين، اللهم فرج عن امة سيدنا محمد فرجا عاجلا يا رب العالمين

Allaahummaghfirli ummati Sayyidinaa Muhammadin, Allaahummarham ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahummastur ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahummajbur ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahumma ashlih ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahumma ‘aafi ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahumma ahfadz ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahummarham ummata Sayyidinaa Muhammadin rahmatan ‘aammatan yaa robbal ‘aalamiin, Allaahummaghfirli ummati Sayyidinaa Muhammadin maghfirotan ‘aammatan yaa robbal ‘aalamiin, Allaahumma farrij ‘an ummati Sayyidinaa Muhammadin farajan ‘aajilan yaa robbal ‘aalamiina.

"Ya Allah, ampunilah dosa umat Sayyidina Muhammad saw., Ya Allah, rahmatilah umat Sayyidina Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Ya Allah, tutuplah kejelekan umat Sayyidina Muhammad saw., Ya Allah, sulamlah kekurangan umat Sayyidina Muhammad saw., Ya Allah, baguskanlah umat Sayyidina Muhammad saw., Ya Allah, sejahterakanlah umat Sayyidina Muhammad saw., Ya Allah, jagalah umat Sayyidina Muhammad saw., Ya Allah, rahmatilah umat Sayyidina Muhammad saw. dgn rahmat yang melimpah, wahai Tuhan semesta alam, Ya Allah, ampunilah dosa umat Sayyidina Muhammad saw. dgn ampunan yg melimpah, wahai Tuhan semesta alam, Ya Allah, lapangkanlah jalan umat Sayyidina Muhammad saw. dgn lelapangan yang meluas, wahai Tuhan semesta alam.

Al-Imam Ma’ruf Al-Karkhi rahimahullah berkata : “Barangsiapa membaca setiap hari

اللهم ارحم امة سيدنا محمد

niscaya Allah mencatat ia termasuk wali ‘abdal”.

Dalam riwayat yg lain :

اللهم اصلح امة سيدنا محمد، اللهم فرج عن امة سيدنا محمد

dibaca tiga kali, niscaya Allah mencatatnya termasuk wali ‘abdal.

Doa diatas, sudah termaktub dalam kitab Nashoihul ‘Ibad Fi Bayan Al-Alfadz Munabbihat Ala Al-Isti'dad Li Yaum Al-Ma'ad, karya Asy-Syaikh Nawawi Al-Bantani rahimahullah (1813, Tanara - 1897 M, Janatul Mualla Mekkah) dan Kitab Tanbihul Ghafilin Bi Ahaditsi Sayyidil Anbiya’ wal Mursalin karya Imamul Huda Al-Faqih Al-Muhaddits Abul Laits As-Samarqandi Al-Hanafi rahimahullah (944 M, Samarkand, Uzbekistan - 983 M), serta Kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali rahimahullah.

Jadi, dgn kita membaca doa tsb diatas setiap hari, maka insya Allah kita akan dicatat sama Allah orang yg banyak berbuat baik kepada umat Sayyidina Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan dicatat termasuk golongan para wali, khususnya wali ‘abdal.

Wallahu a'lam Bish-Shawab. Semoga bermanfaat !

Written from various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jamaah Sarinyala Kabupaten Gresik 

#sarinyala #ngajirutin #wali #sufi #majelisilmu #nu #santrinjoso #tebuireng #aswaja #fiqih #ngajionline #live #santri #ayongaji #pbnu #lembagadakwahnu #pwnujatim #pcnugresik #nugres #viral #pondokpesantren #kyai #nuonline #hadits #nuonlinejatim #nahdlatululama #santrionline #kontendakwah

Sumber FB : Sarinyala.id

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Wasiat Wali Abdal - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®