🔰 HUKUM MENCIUM AL QURAN ADALAH SUNNAH
Oleh Ustadz : Aisyatul Mabrurah Al Hamaamuh.
Bantahan terhadap: Wahhabiyyah.
Polemik: Hukum Mencium Al Quran.
Versi: Tuntas.
Menurut kelompok wahhabiyyah bahwa mencium Al Quran itu tidak disunnahkan dan tidak dianjurkan untuk menciumnya. Sebab, tidak ada contohnya dari Rasulullah Sallahu Alaihi Wasallam dan para sahabatnya.
Ada tiga pendapat wahhabi yang terangkum dalam vidio dibawah sebagaimana berikut;
1. Menurut Dr Maza bahwa mencium Al Quran tidak ada kesunnahan nya tapi mencium tidak apa apa sebab sebagai bentuk penghormatan saja.
2. Menurut Ustadz Yazid Jawwas Al Wahhabi mencium Al Quran tidak ada gunanya sebab tidak ada contohnya dari Rasulullah dan para sahabatnya.
3. Dan menurut ustadz Dzurqarnain Sanusi Al Wahhabi mencium Al Quran adalah sesuatu hal yang tidak dianjurkan.
NB: Bantahan ini kami buat sebagai perbandingan kepada masyarakat awam agar amalan Ahli Sunnah Wal Jamaah tidak mudah di salah salahkan oleh kelompok wahhabiyyah dan tidak mudah terhasut dengan embel embel bid'ah, Sunnah dan sebagainya.
A. PENJABARAN SINGKAT.
Tidak ada contohnya dari Rasulullah mengenai mencium Al Quran adalah betul. Sebab, pembukuan Al Quran terjadi setelah Rasulullah wafat tepatnya pada masa Khalifah sayyidina Utsman (cek Al Musahif Liabi Dawud: 77]. Jadi, Rasulullah tak mungkin mencium Al Quran sebab Al Quran masih belum dibukukan.
B. DALIL KEBOLEHAN MENCIUM AL QURAN.
Pegangan ahli Sunnah Wal Jamaah mengenai hukum mencium Al Quran adalah Sunnah. Sebab dua alasan berikut;
1. IKRIMAH BIN ABI JAHAL.
Al Imam Addarimi (W 255 H) meriwayatkan:
٣٣٥٠ - أخبرنا سليمان بن حرب، ثنا حماد بن زيد عن أيوب، عن ابن أبي مليكة، أن عكرمة بن أبي جهل كان يضع المصحف على وجهه، ويقول : كتاب ربي، كتاب ربي.
Artinya: 3350 : dari Sulaiman bin Harbi, dari Hammad bin Zaid, dari Ayyub, dari Ibnu Abi Malikah, bahwasanya Ikrimah bin Abi Jahal pernah meletakkan mushaf diwajahnya dan ia berkata: Kitabu Rabbi, Kitabu Rabbi; Kitab rabku, Kitab rabku.
[Sunan Addarimi: 2/326 - Nomor: 3350, Tarikh Madinah Dimasyqa: 41/68, Al Muntadzam Libni Jauzi: 4/157, Syuabul Iman Lilbaihaqi: 2/410]
Sanad dalam periwayatan diatas terputus yakni antara Ibnu Abi Malikah dengan Ikrimah sehingga Atsar diatas doif dan para periwayatnya semuanya tsiqah (dapat dipercaya). Meskipun demikian, ada ulama yang menganggap nya sahih dan Atsar diatas dijadikan hujjah oleh Imam Ahmad sebagai dalil atas kebolehan dan kesunnahan mencium Al Quran dan pegangan madzhab Hanbali juga sedemikian (Sunnah).
Al Imam Annawawi (W 676 H) menyatakan sanad diatas sahih:
وروينا في مسند الدرامي بإسناد صحيح عن ابن أبي مليكة: «أن عكرمة بن أبي جهل الله كان يضع المصحف على وجهه ويقول: «كتاب ربي، كتاب ربي.
Artinya: Kami telah meriwayatkan dalam musnad Addarimi dengan sanad sahih dari Ibnu Abi Malikah: bahwasanya Ikrimah bin Abi Jahal pernah meletakkan mushaf diwajahnya dan ia berkata: Kitabu Rabbi, Kitabu Rabbi; Kitab rabku, Kitab rabku.
[Attibyan Fii Adab Hamalah Al Quran: 104-105]
Al Imam Ibnu Katsir (W 774 H) mengatakan:
احتج بهذا الإمام أحمد على جواز تقبيل المصحف ومشروعيته.
Artinya: Al Imam berhujjah dengan ini (Atsar Ikrimah) atas kebolehannya mencium mushaf dan mensyariatkan nya.
[Al Bidayah Wa Annihayah: 7/34 dan dalam Jami' Al Masanid Wa Assunan: 7/277]
Oleh karena itu mayoritas ulama madzhab Hanbali menghukumi Sunnah mencium Al Quran atau mushaf berdasarkan hadist Ikrimah diatas.
Al Imam Zainuddin Al Amidi Al Hanbali (W 712 H) mengatakan
س : هل يستحب تقبيل المصحف أم لا ؟
ج : يستحب تقبيله لأن عكرمة رضي الله عنه كان يقبله
Artinya: Pertanyaan: Apakah mencium mushaf itu disunnahkan atau tidak?
Jawab: Disunnahkan menciumnya. Karena sesungguhnya Ikrimah Radiyallahu Anhu pernah menciumnya.
[Fatawa Al Amidiyyah: 1/18]
Al Imam Ibnu Muflih Al Hanbali (W 763 H) mengatakan:
ويجوز تقبيل المصحف، قدمه في الرعاية وغيرها. وعنه : يُستحب.
Artinya: Dan boleh mencium mushaf, memberikan perhatian lebih dalam menjaganya dan selainnya. Dan Imam Ahmad menyunahkannya.
[Adabus Syar'iyyah: 2/273]
Al Imam Al Qadhi Taqiyuddin Abi Bakar Zaid Al Jara'i Al Hanbali (W 883 H) mengatakan:
ويجوز تقبيل المصحف وعنه يُستحب، وعنه التوقف فيه.
Artinya: Dan boleh mencium mushaf. Ada riwayat imam Ahmad menyunahkannya dan riwayat lainnya ia tawaqquf (tidak memberikan komentar) terhadapnya.
[Ghayatul Mathlub: 442]
Al Imam Al Buhuti Al Hanbali (W 1051 H) mengatakan:
ويباح تقبيله
Artinya: Diperbolehkan menciumnya (Mushaf).
[Kassyaful Qina': 1/161]
Al Imam Ahmad Assafarini Al Hanbali (W 1188 H) mengatakan:
وجاز تقبيل المصحف، قدمه في الرعاية. وعنه يستحب لأن عكرمة بن أبي جهل رضي الله عنه كان يفعل ذلك
Artinya: Dan boleh saja mencium mushaf serta memberikan perhatian lebih dalam menjaganya. Imam Ahmad menganjurkan nya. Dikarenakan sesungguhnya Ikrimah bin Abi Jahal Radiyallahu Anhu pernah melakukan hal tersebut (mencium Al Quran).
[Ghida'ul Al Albab Syarah Madzumah Al Adab: 1/316]
Jadi, jelas ya bahwa dalam madzhab Hanbali mereka menyunnahkan mencium Al Quran. Tapi, anehnya mereka para wahhabi meninggal pendapat ini.
2. DIQIYASKAN DENGAN MENCIUM HAJAR ASWAD.
Selain ulama berdalil dengan hadits Ikrimah diatas. Ulama juga berpendapat Sunnah mencium mushaf dengan Qiyas mencium hajar Aswad.
Al Imam Taajuddin Assubki Assyafii (W 771 H) mengatakan:
سمعت الوالد رحمه الله ، في درس الغزالية ، يقول، وقد سئل عن الدليل على تقبيل المصحف : دليله القياس على تقبيل الحَجَرِ الأسود ، ويد العالم والوالد والصالح ، ومن المعلوم أن المصحف أفضل منهم .
Artinya: Aku mendengar Al Walid Rahimahallahu dalam kitab Dars Al Ghazaliyyah beliau mengatakan: Sungguh ia pernah ditanya mengenai dalil mencium mushaf: Dalilnya adalah Qiyas (kebolehan) mencium hajar Aswad, tangan orang alim, orang tua dan orang soleh. Dan sudah maklum bahwasanya mushaf lebih afdhol ketimbang mereka.
[Tabaqat Assyafiiyyah Al Kubra: 10/270]
Al Imam Azzarkasyi Assyafii (W 794 H) mengatakan:
ويستحب تقبيل المصحف؛ لأن عكرمة بن أبي جهل كان يقبله، وبالقياس على تقبيل الحجر الأسود ولأنه هدية لعباده، فشرع تقبيله كما يستحب تقبيل الولد الصغير . وعن أحمد ثلاث روايات الجواز، والاستحباب، والتوقف.
Artinya: Disunnahkan mencium mushaf. Karena Ikrimah bin Abi Jahal pernah mencium nya dan sebab Qiyas (kebolehan) mencium hajar Aswad karena ia merupakan hidayah pada hambanya. Jadi, disyariatkan menciumnya sebagimana disunnahkan mencium anak kecil. Dan pendapat dari imam Ahmad ada tiga riwayat: Boleh, Sunnah dan Tawaqquf.
[Al Burhan Fii Ulum Al Quran: 253]
Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalani Assyafii (W 852 H) mengatakan:
ونقل عن ابن أبي الصيف اليماني أحد علماء مكة من الشافعية جواز تقبيل المصحف
Artinya: Dikutip dari Al Imam Ibnu Abi Shaif Al Yamani (W 609 H) merupakan salah satu ulama Makkah dari kalangan Syafi'iyyah; boleh mencium mushaf.
[Fathul Bari Syarah Sahih Al Bukhari: 3/475]
Al Imam Assuyuti Assyafii (W 911 H) mengatakan:
فرع : يُسْتَحَبُّ تقبيل المصحف ؛ لأنَّ عكرمة بن أبي جهل كان يفعله، وبالقياس على تقبيل الحجر الأسود، ذكره بعضهم، ولأنه هدية من الله فشرع تقبيله كما يُسْتَحَب تقبيل الولد الصغير.
Artinya: Disunnahkan mencium mushaf. Karena Ikrimah bin Abi Jahal pernah mencium nya dan sebab Qiyas (kebolehan) mencium hajar Aswad, sebagian ulama menyebutkan nya dan karena ia merupakan hidayah dari Allah. Jadi, disyariatkan menciumnya sebagimana disunnahkan mencium anak kecil.
[Al Itqan Fii Ulum Al Quran: 6/2255]
Al Imam Muhammad bin Alawi Al Maliki mengatakan:
فوائد: يُستَحَبُّ تقبيل المصحف، لأن عكرمة بن أبي جهل رضي الله عنه كان يفعله.
Artinya: Faidah: Disunnahkan mencium mushaf. Karena Ikrimah bin Abi Jahal Radiyallahu Anhu pernah melakukannya.
[Zubdatul Itqan Fii Ulum Al Quran: 171]
Al Imam Badruddin Al Aini Al Hanafi (W 855 H) mengatakan:
وَيُمْكِنُ أَنْ يُسْتَنْبَطَ مِنْ تَقْبِيلِ الْحَجَرِ وَاسْتِلامِ الْأَرْكَانِ جَوَازُ تَقْبِيل مَا فِي تَقْبِيلِهِ تَعْظِيمُ اللهِ تَعَالَى فَإِنَّهُ إِنْ لَمْ يَرِدْ فِيْهِ خَبَرٌ بِالنَّدْبِ لَمْ يَرِدْ بِالكَرَاهَةِ ، قَالَ : وَقَدْ رَأَيْتُ فِي بَعْضِ تَعَالِيْقِ جَدِّي مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ عَنْ الإِمَامِ أَبِي عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي الصَّيْفِ أَنَّ بَعْضَهُمْ كَانَ إِذَا رَأَى الْمَصَاحِفَ قَبَّلَهَا وَإِذَا رَأَى أَجْزَاءَ الْحَدِيْثِ قَبَّلَهَا وَإِذَا رَأَى قُبُورَ الصَّالِحِيْنَ قَبَّلَهَا ، قَالَ : وَلَا يَبْعُدُ هَذَا وَاللَّهُ أَعْلَمُ فِي كُلِّ مَا فِيْهِ تَعْظِيمُ اللَّهِ تَعَالَى.
Artinya: Dapat diambil dalil dari disyari'atkannya mencium hajar aswad dan melambaikan tangan terhadap sudut-sudut Ka'bah tentang kebolehan mencium setiap sesuatu yang jika dicium maka itu mengandung pengagungan kepada Allah. Karena meskipun tidak ada dalil yang menjadikannya sebagai sesuatu yang sunnah, tetapi juga tidak ada yang memakruhkan. Al-Muhibb ath-Thabari melanjutkan: Aku juga telah melihat dalam sebagian catatan kakek-ku; Muhammad ibn Abi Bakar dari al-Imam Abu 'Abdillah Muhammad ibn Abu ash-Shaif, bahwa sebagian ulama dan orang- orang saleh ketika melihat mushaf mereka menciumnya. Lalu ketika melihat buku-buku hadits mereka menciumnya, dan ketika melihat kuburan orang-orang saleh mereka juga menciumnya. ath-Thabari mengatakan: Ini bukan sesuatu yang aneh dan bukan sesuatu yang jauh dari dalilnya, bahwa termasuk di dalamnya segala sesuatu yang mengandung unsur Ta'zhim (pengagungan) kepada Allah taala.
[Umdatul Qari Syarah Sahih Al Bukhari: 9/241
Referensi lainnya yang bisa dijadikan pegangan adalah sebagaimana berikut:
1. Al Imam Assyaukani (W 1255 H) dalam Nailul Autar: 5/45.
2. Al Imam Al Bujairami Assyafii (W 1221 H) dalam Hasyiah Bujairami Ala Al Khatib: 3/207.
3. Al Imam Muhammad bin Abdul Qodir Al Fasi (W 1112 H) dalam Tuhfatul Mukhlasin: 1/253.
4. Al Imam Al Banna' (W 1118 H) dalam Ithafu Fudhala Al Basyar: 25.
5. Al Imam Ahmad Al Qasyasyi (W 1081 H) dalam Addurrah Atsamaniyyah: 253.
6. Al Imam Muhammad bin Yusuf Assyaami (W 952 H) dalam Subul Al Huda Wa Arrasyad: 12/399.
7. Al Imam Ibnu Hajar Al Haitsami (W 973 H) dalam Hawasyi Assyarwani: 1/165.
8. Al Imam Abil Abbas Ahmad bin Muhammad Attijani (W 1228 H) dalam Bughyatul Mustafid: 368.
9. Al Imam Dzafar Ahmad Attahanawi (W 1393 H) dalam I'laau Assunan: 10/75.
10. Al Imam Ibnu Al Mulaqqin Assyafii (W 804 H) dalam Al I'lam Bi Fawa'id Umdah Al Quran: 6/198.
11. Al Imam Al Qadhi Al Husein bin Muhammad Al Maghribi (W 1119 H) dalam Badruttaman Syarah Bulugh Al Maram: 2/372.
Kesimpulannya adalah:
1. Manhaj Ahli Sunnah Wal Jamaah Syafi'iyyah, Malikiyah, Hanafiyyah dan Hanabilah menyunnahkan dan menganjurkan mencium Al Quran atau mushaf dan hanya Madzhab wahhabiyah yang menghukuminya sebagai bid'ah.
2. Dalil atas hal tersebut berdasarkan dari Atsar Ikrimah dan dalil Qiyas yakni kesunnahan mencium batu hajar Aswad yang mana keduanya yaitu Al Quran dan hajar Aswad merupakan anugrah dan hidayah dari Allah taala.
Dibawah ini merupakan fatwa ulama Wahhabi mengenai hukum mencium Al Quran;
Syaikh Al Albani Al Wahhabi mengatakan:
لا يجوز تقبيل المصحف فتعظيم كلام الله باتباعه وليس بتقبيل أوراقه وبزخرفة صفحاته.
Artinya: Tidak boleh mencium Al-Qur’an. Hendaknya kita mengagungkan firman Allah dengan mengikutinya, bukan dengan mencium lembarannya dan menghiasi halamannya.
[Muftariqat Syariith: 244]
Syaikh Ali Ahmad Abdul Al Attahtawi Al Wahhabi;
س ٦٠ ما حكم تقبيل المصحف بعد قراءته؟
ج ٦٠ قال بعض أهل العلم: إنه لا بأس أن يقبل المصحف بعد قراءته؛ لأن هذا من تعظيم كلام الله، والصحيح أنه بدعة، وأنه ينهى عن ذلك؛ لأن التقبيل بغير ماورد به النص على وجه التعبد بدعة ينهى عنها. وقد قال النبي : «كل بدعة ضلالة.
Artinya: Soalan ke 60: Apa hukumnya mencium Al Quran setelah membacanya?
Jawaban ke 60: Sebagian ahli ilmu mengatakan: Sesungguhnya tidak masalah mencium mushaf setelah membacanya. Dikarenakan ini merupakan bentuk dari pengagungan terhadap Kalam Allah. Tapi, yang sahih (pendapat yang benar) adalah sesungguhnya mencium mushaf adalah bid'ah dan ia harus dicegah dari melakukannya. Karena, mencium tanpa ada Nash (Rasulullah) yang tertera atas segi peribadahan itu adalah bid'ah yang dicegah dari melakukannya. Sungguh nabi telah bersabda: Setiap bid'ah itu sesat.
[Tanbih Al Lahi Syarah Kitab Al Manahi: 245]
Syaikh Abdul Aziz bin Baz Al Wahhabi mengatakan:
التقبيل للقرآن ليس له أصل معتمد، وليس بمشروع، يروى أن عكرمة بن أبي جهل أحد الصحابة "كان يقبله ويقول: هذا كتاب ربي" لكن لا أعلم له سندًا صحيحًا ثابتًا عنه وأرضاه، وبكل حال فتقبيله لا حرج فيه، لكن ليس بمشروع، ولو قبله إنسان لا حرج عليه، لكن ليس هذا بمشروع، ولم ينقل عن أصحاب النبي ﷺ بأسانيد ثابتة، فالأولى ترك ذلك.
Artinya: Mencium Al Quran tidak ada asalnya yang kuat dan ia tidak disyariatkan. Diriwayatkan bahwasanya Ikrimah bin Abi Jahal yang merupakan salah satu sahabat pernah melakukannya dan ia mengatakan: Ini kitab Tuhanku. Tetapi, aki tidak mengetahui sanad yang sahih lagi tsabit tentangnya. Jadi, segala kondisi menciumnya tidak ada masalah tapi tidak disyariatkan. Seandainya manusia menciumnya maka tidak ada masalah tetapi tidak disyariatkan dan tak pernah dikutip dari para sahabat nabi dengan sanad yang stabit. Maka, yang lebih utama adalah meninggalkan hal tersebut.
[https://binbaz.org.sa/.../%D8%AD%D9%83%D9%85-%D8%AA%D9%82....]
Syaikh Soleh Ibnu Utsaimin Al Wahhabi mengatakan:
أما نيته تعظيم كلام الله فلاشك أنه مأجور عليها، لكن التقبيل بدعة، لم يكن في عهد الرسول عليه الصلاة والسلام ولم يكن في عهد الصحابة رضي الله عنهم.
Artinya: Adapun niatan mengagungkan Kalam Allah (Al Quran) maka tidak diragukan bahwasanya ia dipahalai atas melakukannya. Akan tetapi menciumnya (Al Quran) adalah bid'ah yang tidak ada dizaman Rasulullah Asshalatu Wa Assalamu dan tidak ada dizaman sahabat Radiyallahu Anhum.
[https://www.islamweb.net/.../%D8%A3%D9%82%D9%88%D8%A7%D9...]
Jadi, dalam kacamata wahhabi orang yang mencium mushaf itu sudah melakukan dosa karena ia telah melakukan kesesatan yaitu berbuat bid'ah dan setiap bid'ah itu adalah sesat dikarenakan tidak ada contohnya dari Rasulullah dan para sahabatnya alias tidak ada dalilnya.
Selesai.
© ID Cyber aswaja.
Sumber FB : ID Cyber Aswaja