Salah seorang sahabat Nabi bernama Amr bin Al Ash (semoga Allah meridhoinya) berwasiat:
“Jika kalian telah menguburkan jasadku kelak, berdirilah kalian di sekitar kuburku selama kira-kira unta disembelih sampai dibagi-bagikan dagingnya, supaya aku bisa merasakan ketenangan bersama kalian dan aku tahu apa yang harus aku lakukan terhadap malaikat utusan tuhanku.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi (semoga Allah merahmatinya) berkata:
“Imam Syafi’i (semoga Allah merahmatinya) berkata: dianjurkan membaca Al Quran di dekat kuburan orang yang telah meninggal dunia. Kalau dibaca sampai khatam tentu lebih baik.” (Riyadhus Shalihin)
Begitulah ajaran para ulama Ahlussunnah wal Jamaah.
Kemudian, seorang Wahabi bernama Ibnul Utsaimin berkomentar:
“Ini hanyalah sebuah ijtihad yang dilakukan oleh Amr bin Al Ash. Tapi ini ijtihad yang tidak kami setujui (?!). Sebab, petunjuk Nabi lebih baik daripada petunjuknya (?!).
…
Adapun membaca Al Quran di kuburan, maka yang lebih sahih hukumnya adalah makruh (?!) dan termasuk bid’ah (?!), sedangkan Nabi bersabda, ‘Setiap bid’ah adalah sesat.’ Jadi, minimal hukumnya makruh.” (Syarh Riyadhus Shalihin, Ibnul Itsaimin)
Jadi, jelas ya perbedaan antara ajaran Ahlussunnah dan ajaran Wahabi.
Sumber FB Ustadz : Danang Kuncoro Wicaksono
Katanya kita mesti ikut al-Qur'an dan Sunnah dan pemahaman terbaik adalah pemahaman Salaf. Generasi Salaf terbaik itu adalah Sahabat Rasulullah shalallahu alayhi wa sallam. Ketika pemahaman Sahabat tidak sesuai dengan Wahabi, penyebar propaganda Wahabi tidak mau ikut Sahabat Rasulullah shalallahu alayhi wa sallam.
Narasi "ikut pemahaman Salaf" itu sebenarnya hanya cara Wahabi untuk mengeluarkan umat Rasulullah dari ajaran yang Sahih kepada ajaran sesat Wahabi.
Sumber FB Ustadz : Alnofiandri Dinar
Mau ikut Syd Amru bin Ash atau ikut Ibn Utsaimin?
by Ustadz : Fakhry Emil Habib