Wahhabi, Kapan Insafnya?
Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai
Kecurangan wahhabi sudah banyak dibongkar oleh para peneliti aswaja lintas Mazhab dan generasi, tetapi kenapa pengikut wahhabi tidak insaf dan kembali kepada pemahaman mayoritas ulama.
Mulai dari penukilan penjelasan ulama yang dipotong - potong sampai merubah kitab ulama agar sesuai dengan ajaran mereka, telah ditunjukkan dan dikembalikan para peneliti aswaja kepada asalnya, agar umat islam tidak tertipu, tetapi para pengikutnya tetap berpegang teguh walaupun sudah mengetahuinya, kenapa bisa demikian ?
Kalau seandainya pengikut wahhabi yang terpelajar mau sedikit membaca buku asli dari yang dinukil maka akan terlihat benang merahnya, bahwa pendapat yang diambil oleh guru mereka tidak mengambilnya secara utuh, apakah unsur sengaja atau memang tidak paham yang diinginkan oleh ulama tersebut, mungkin bisa jadi disebabkan tidak pernah mempelajari mazhabnya secara utuh dari yang paling kecil sampai yang besar.
Akibat mencukupkan diri hanya kepada buku gurunya tanpa mau tabayun ke kitab asli yang dinukil, maka akan sulit baginya untuk insaf karena doktrin kebenaran telah mendarah daging dalam tubuhnya, sehingga apapun hasil penelitian ulama aswaja terhadap kecurangan karya guru mereka akan dianggap angin lalu.
Kalau seandainya pengikut wahhabi yang cerdas mau membandingkan kitab ulama aswaja yang dicetak oleh penerbit wahhabi dengan penerbit non wahhabi maka mereka akan menjumpai ketidakamanahnya penerbit wahhabi karena telah merubah sebagian kalimat di dalam kitab tersebut, sebagai contoh hasil penelitian para peneliti ulama aswaja, kitab riyadhus sholihin bab ziarah kubur nabi, mereka ganti dengan bab ziarah masjid nabi, kenapa mereka rubah, agar sesuai manhaj wahhabi, karena ziarah kubur hukumnya haram dalam ajaran wahhabi.
Setelah dibongkar kecurangan mereka, lalu dipublikasikan di media sosial dan dicetak dalam sebuah buku, mungkin sebagian mereka membacanya, tetapi kebanyakan mereka tidak mau beralih dari pemahaman wahhabi, mungkin akibat doktrin yang membabi buta, sehingga melahirkan fanatik buta, apapun kecurangan guru mereka, dapat dimaklumi karena kebenaran mutlak ada pada kelompoknya.
Mungkin cetakan berikutnya telah mereka kembalikan kepada asalnya, tetapi jejak digital masih beredar dan kitab yang sudah direkam oleh para peneliti Aswaja masih tersimpan rapi di rak - rak mereka. Sedangkan buku guru mereka yang berisi nukilan sepotong - sepotong pendapat ulama aswaja sebagian masih diterbitkan dan beredar.
Kesadaran berilmu hanya dimiliki oleh mereka yang tidak puas dengan satu guru, sebagaimana para ulama dahulu, berkelana dari satu tempat ke tempat lain khusus mencari ilmu, karena penuntut ilmu sejati tidak akan berhenti di satu guru.
Keinsafan atas kecurangan ilmu tidak akan diperoleh bagi mereka yang belajar dengan metode doktrin dan klaim kebenaran, karena akalnya telah mati, apapun informasi yang disampaikan, tidak akan diterimanya, yang ada bahwa informasi itu salah. Jikapun mereka akui salah, akan tetap mencari pembenaran, akhir semuanya dimaklumi dan dianggap wajar, tetapi apabila berlaku untuk di luar kelompoknya maka tidak ada kata dimaklumi.
Jika ditanya kapan insafnya wahhabi, maka jawabannya tidak akan pernah, karena akalnya telah dibumbui dengan doktrin dan klaim pembenaran, bukan mencari kebenaran. Maka jadilah penuntut ilmu sejati bukan penuntut ilmu ala murid wahhabi.
Dalu - dalu, Jumat 5 Januari 2024
Yuk umroh yang minat hubungi kami AZKIA GROUP #PembimbingBersertifikat
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa