Semua akan hancur kecuali wajah Allah, apakah surga dan neraka akan hancur juga?
Dalam surat Qossos 88 disebutkan :
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَۘ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهٗۗ لَهُ الْحُكْمُ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَࣖ
Jangan kau sembah bersama Allah Tuhan yang lain, Tidak ada tuhan selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Dzat-Nya. Segala putusan menjadi wewenang-Nya dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan..
1. Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, dimana dalam penggalan ayat ini terdapat kalimat wajah Allah, kalimat ini adalah kalimat majazi, kalau dalam bahasa indonesia masuk dalam majaz pas prototo, artinya menyebut sebagian tetapi untuk mewakili semuanya..
Dalam hal ini ulama memberi takwil bahwa wajah disini adalah DzatNya secara keseluruhan, bukan pula wajah fisikly seperti wajah wajah yg kita bayangkan, apalagi sampai membayangkan seperti wajah makhluk, karena jika wajah disini difahami fisik maka tangan Allah, tubuh Allah, kaki Allah juga akan ikut hancur, tinggal wajah saja dan itu adalah sesuatu yang mustahil..
2. Maksud dari semua akan hancur ini adalah semua selain dari Allah itu menerima sifat kehancuran, tidak kekal abadi secara dzati, adapun jika dikekalkan maka bersifat taqdiri, hanya kekekalan yang kira2 saja, dan kekekalan yang dikehendaki oleh Allah..
3. Di hari kiamat kelak, tidak semua makhluk akan hancur, tetap berlaku kaidah kullu syaiin mustasnayat, segala sesuatu ada pengecualiannya, dan dalam hal ini ada 8 makhluk yang tidak dihancurkan oleh Allah, yaitu :
- Surga
- Neraka
- lauhul mahfudz
- Ruh
- Qolam
- Arsy
- Kursi
- Tulang ekor manusia
4. Bahasa semua akan hancur illa wajhah itu adalah bahasa hakikat, tetapi dalam islam ini bukan hanya hakikat saja, tetapi Allah juga memiliki adat syariat yang menjadi Qudroh irodah Allah..
5. Dalam kitab ini, tafsir showi cetakan darul fikr ada kesalahan cetak, seharusnya tidak ada fi sebelum kalimat wajhah..
6. Surga dan neraka itu ada kalanya lughowi dan istilahi, setiap kenikmatan di dunia yang merupakan percikan kenikmatan surgawi itu adalah surgawi lughowi, begitu juga dengan neraka..
7. Mencampur adukkan lughowi dan istilahi, juga mencampur adukkan hakikat dan adat syariat adalah salah satu kecatatan dan kerancuan berfikir..
8. Dalam memahami alQuran tentu kita mengedepankan tafsir ulama muktabar, bukan tafsir asal2an serampangan dari orang kemarin sore yang tidak jelas asal usulnya..
____
Wallahu a'lam wa ahkam..
Sumber FB Ustadz : Tsabit Abi Fadhil II