Seandainya kitab ini dipelajari di kampus2 Islam, niscaya pikiran liberal tak akan punya tempat di sana. Tumbuh suburnya pikiran mereka disebabkan oleh kelemahan kita sendiri, yang kurang akrab dengan khazanah keilmuan para ulama kita. Khususnya dalam bidang Ilmu Kalam.
Dengan akidah yang rapuh, dan logika yang belum sepenuhnya tertata, para pelajar di kampus-kampus kita seringkali disodori pikiran2 Hasan Hanafi, Arkoun, Nashr Hamid, Jabiri, Gamal al-Banna, Fazlur Rahman, dan yang sealiran dengan mereka. Sambil mencitrakan mereka sbg "para pemikir yang tercerahkan".
Apa yang terjadi? Persis ibarat orang yang sibuk menghiasi rumah tanpa memahat fondasi terlebih dulu. Rumah itu terlihat mewah dan mentereng. Tapi sekali angin puting beliung datang menghampiri, seisi rumah itu hancur tak tersisa sama sekali. Begitulah nasib orang yang belajar agama dari jalur yang salah.
Pintar ngomong, pandai mengutip, luas wawasan, tapi tak punya malakah 'ilmiyyah, mudah terjebak dengan "kulit", gampang terjatuh dalam pikiran sesat, yang kalau mau dibantah bisa diruntuhkan dalam hitungan baris. Kalau Anda tidak mau bernasib seperti itu, maka jalan terbaiknya adalah mendalami turats secara matang.
Terutama ilmu-ilmu yang bersifat fundamental. Seperti logika, ilmu kalam, ushul fikih, nahwu, balaghah, dan ilmu-ilmu alat lainnya. Pelajarilah ilmu-ilmu itu dengan mendalami rujukan-rujukan primernya. Dan simaklah penjelasan para ahlinya. Kalau itu sudah Anda lewati, bacalah buku sesesat apapun semau Anda.
Andai kata puting beliung datang dari segala penjuru, bangunan yang Anda pahat akan tetap terlihat kokoh. Dan begitulah ilmu yang dibangun di atas proses belajar yang tepat. Khusus dalam bidang Ilmu Kalam, saya sangat merekomendasikan kitab-kitabnya Imam Sanusi. Kenapa? Baca, dan Anda akan tahu sendiri jawabannya.
Sumber FB Ustadz : Muhammad Nuruddin