Bagaimana cara manusia mendengar kalamullah an-nafsi yang bukan suara dan huruf?
Jawaban:
Yang bisa didengar bukan hanya kalam yang berupa suara dan huruf. Hape kita setiap saat mendengar kalam yang bukan suara dan huruf. Kita menyebut kalam yang didengar hape sebagai sinyal. Tapi hape kita hanya dapat menyampaikan kalam itu kepada kita dengan bentuk suara dan huruf yang dapat kita baca dan kita dengar.
Begitu pula organ kita dapat mendengar perintah dari otak meski perintah itu bukan suara dan huruf tapi berupa impuls. Hanya saja bila seorang dokter menceritakan perintah itu pada pasiennya, maka dia akan memakai suara dan huruf seolah otaknya berkata: "Hai jantung, berdenyutlah lebih keras sebab organ lain sedang butuh suplai oksigen lebih banyak saat manusia ini berlari".
Saat anda membaca ini, kemungkinan anda akan mendengar suara hati anda sendiri yang barangkali saja berisik sekali bagaikan beberapa orang yang sedang berdiskusi. Tapi tidak ada suara dan huruf yang keluar dari dalam bukan?
Seperti itu juga Nabi Musa dapat mendengar kalamullah yang bukan berupa suara dan huruf. Hanya saja kita tak punya istilah lain untuk menyebut kalam jenis ini selain istilah kalam sehingga banyak orang yang rancu dengan istilah kalam yang biasanya hanya berupa suara dan huruf. Kalau mau dipaksa-paksakan, istilah telepati dapat digunakan untuk memberi gambaran kasar.
Dan karena keterbatasannya, Nabi Musa hanya bisa menyampaikan kalamullah tersebut kepada orang lain dalam bentuk suara dan huruf. Lagi-lagi manusia tak punya istilah khusus untuk hal ini sehingga semua istilah yang ada di kamus tidak cocok; tidak bisa disebut dengan menerjemah, mengalihbahasakan atau mengungkapkan, tapi sekedar disebut menyampaikan kalamullah saja. Karena itu al-Qur’an tak bisa disebut sebagai terjemahan kalamullah, tidak juga dapat disebut sebagai ungkapan kalamullah atau semacamnya. Bisanya hanya disebut sebagai kalamullah juga, tapi kalamullah al-lafdzi atau kalamullah yang sudah berupa suara dan huruf.
Semoga bermanfaat.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad