DERMAWAN versus PELIT
Ustadz : Luthfi Bashori
Sifat dermawan maupun pelit itu, tidaklah secara otomatis identik dengan kekayaan atau kepemilikan harta seseorang, namun menjadi sifat dan sikap pribadi perorangan.
Terbukti di tengah masyarakat itu ada orang miskin namun bersifat dermawan, dan sebaliknya ada pula orang kaya yang bersifat pelit. Padahal, dapat dikatakan termasuk pada batas kewajaran, jika ada orang kaya yang dermawan, sedangkan orang miskin itu bersifat pelit karena enggan membantu sesamanya, sebab ia sendiri sangat membutuhkan harta untuk dapat menopang hidupnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Tiada suatu pagi hari pun yang dilewati oleh hamba-hamba Allah melainkan turun di waktu tersebut dua malaikat; salah satu di antaranya mengatakan, “Ya Allah, berikanlah pengganti kepada orang yang dermawan.” Sedangkan malaikat yang satunya lagi mengatakan, “Ya Allah, berikanlah kerusakan kepada orang yang memegang (orang kikir).” (HR. Imam Muslim dan Bukhari melalui Sayyidina Abu Hurairah RA).
Dalam memahami hadits ini, dapat disimpulkan jika ada orang yang bersifat dermawan, walaupun dia berasal dari keluarga miskin, maka ada kemungkinan suatu saat Allah akan merubah kehidupannya menjadi makmur karena berkecukupan.
Namun, jika ada orang yang bersifat pelit, walaupun dia semula berasal dari keluarga kaya, maka tidak menutup kemungkinan Allah akan merubah hidupnya menjadi rusak, hingga terlunta-lunta dan jatuh miskin.
Doa para Malaikat itu pasti dikabulkan oleh Allah. Orang kaya yang dermawan akan didoakan oleh dua malaikat agar hartanya bertambah. Orang miskin yang dermawan, maka akan didoakan oleh dua Malaikat agar kehidupannya berubah menjadi Makmur.
Namun terhadap orang kikir, baik dari kalangan orang kaya, apalagi orang dari kalangan miskin, maka kedua malaikat itu pun akan mendoakan agar hartanya rusak dan kehidupannya binasa.
Sumber FB Ustadz : Luthfi Bashori