Antara Tahlilan, Amalan Sunnah dan Meninggalkan Kewajiban
Dulu saya pernah diundang untuk memberi kajian keaswajaan di sebuah desa. Maunya, saya diminta memberikan dalil-dalil penguat tradisi di masyarakat semisal Tahlilan, tahlil fida' (bacaan tahlil 70.000x) mengurai tema bid'ah, syirik, dan sebagainya.
Dalam acara tersebut saya menerangkan bahwa tahlilan bid'ah meskipun hasanah dan menekankan bahwa tahlilan tidak dapat menebus satu pun dosa akibat meninggalkan salah satu shalat lima waktu. Meski mayit dibacakan kalimat tahlil ratusan ribu kali, disedekahi pada ribuan orang, dosa meninggalkan shalat dan puasa Ramadhan dengan sengaja tidak akan terbayar dan masih harus ditebus dengan azab. Saya jelaskan betapa besar dosa meninggalkan kewajiban dengan sengaja dan bahwa kewajiban tak dapat diganti dengan amalan sunnah.
Beberapa tokoh masyarakat yang hadir kelihatan agak merengut, termasuk yang mengundang. Setelah acara mereka bertanya kenapa saya malah menjelaskan hal itu? Padahal di kampung tersebut sering ditanamkan bahwa manfaat tahlilan sangat besar bagi mayit dan bahwa bacaan tahlil sekian puluh ribu kali dapat menggugurkan dosa-dosa, kata mereka. Mereka khawatir masyarakat justru meremehkan tradisi baik tersebut.
Saya bilang, ya saya memang sengaja sebab tadi di awal saya dengar di desa ini banyak warga yang meremehkan shalat dan kewajiban lain dan merasa kalau nanti mati dosanya cukup ditebus dengan tahlilan, tahlil fida' dan seperangkat sunnah yang menyertainya. Itu salah besar dan perlu diluruskan. Merawat tradisi baik itu perlu, tapi menjaga syariat itu jauh lebih penting dan tak bisa ditawar.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad