NASEHAT INDAH IBNU MUBARAK RAHIMAHULLAH
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
رب عمل صغير تكثره النية، ورب عمل كثير تصغره النية
“Berapa banyak amal yang kecil menjadi besar dengan sebab (bagusnya) niat, dan berapa banyak amal yang besar menjadi bernilai kecil dengan (buruknya) niat.”
نحن إلى قليل من الْأدب أَحوجُ منَّا إلى كثير من العلم
“Kita lebih butuh kepada adab meskipun sedikit, dibanding ilmu yang banyak.”
لا ينبل الرّجل بنوع من العلم ما لم يزين علمه بالأدب
“Seseorang tak kan sempurna pada satu bidang ilmu selama dia tidak menghiasinya dengan adab.”
كاد الأدب يكون ثلثي الدين
“Hampir-hampir adab itu menempati porsi sepertiga dari agama.”
من بخل بالعلم، ابتلي بثلاث: إما موت يذهب علمه، وإما ينسى، وإما يلزم السلطان، فيذهب علمه
“Siapa yang kikir dengan ilmu akan ditimpa dengan salah satu dari tiga musibah : Dia mati dan hilang ilmunya, atau dia lupa akan ilmunya, atau ia akan hidup membersamai penguasa dan tak akan berguna ilmunya.”
عجبت لمن لم يطلب العلم، كيف تدعوه نفسه إلى مكرمة؟
“Aku sangat heran dengan orang yang tak mau menuntut ilmu, lalu bagaimana dia akan membawa dirinya kepada kemuliaan ?”
لا يزال المرء عالما ما طلب العلم، فإذا ظن أنه قد علم؛ فقد جهل
“Seseorang dikatakan berilmu selama ia masih mau belajar, maka ketika seseorang telah merasa berilmu (hingga berhenti belajar) maka saat itulah ia berubah menjadi orang bodoh.”
إن العلم ثلاثة أشبار : من دخل في الشبر الأول، تكبر ومن دخل في الشبر الثانى، تواضع ومن دخل في الشبر الثالث، علم أنه ما يعلم.
“Ilmu itu terdiri dari tiga tingkat. Jika seseorang baru menapaki tingkat pertama, maka dia menjadi tinggi hati.
Apabila dia telah menapaki tingkat kedua, maka dia pun menjadi rendah hati (tawadhu’).
Dan bilamana dia telah menapaki tingkat ketiga, maka dia akan merasa tidak tahu apa-apa."
إذا غلبت محاسن الرجل على مساوئه؛ لم تذكر المساوئ، وإذا غلبت المساوئ على المحاسن؛ لم تذكر المحاسن
“Jika seseorang kebaikannya lebih banyak dari keburukannya, maka tidak disebut keburukannya. Dan jika seseorang keburukannya mengalahkan kebaikannya, maka tidak disebut kebaikannya.”
الإسناد من الدين، ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء
“Riwayat dalam ilmu itu bagian dari agama, seandainya bukan karena adanya riwayat, maka siapapun akan berbicara (dalam masalah agama) semaunya.”
وسئل عبد الله بن المبارك رحمة الله عليه: من الناس ؟ فقال: العلماء، قيل له: فمن الملوك ؟ قال: الزهاد، قيل له: فمن الغوغاء ؟قيل: فمن السفلة ؟قال: الذين يعيشون بدينهم
“Abdullah bin Mubarak ditanya : ‘Siapakah manusia yang sebenarnya ?’ Ia menjawab : ‘Ulama’. Ditanyakan lagi : ‘Siapakah raja yang sebenarnya ?’ Ia menjawab : ‘Orang yang zuhud’. Ditanyakan lagi : ‘Siapakah orang yang hina ?’ Ia menjwab : ‘Orang yang hidup dari menjual agamanya.”
من أعظم المصائب للرجل أن يعلم من نفسه تقصيرا، ثمّ لا يبالي ولا يحزن عليه
“Termasuk musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah : Ia mengetahui sebuah kekurangan dan kesalahan yang ada pada dirinya, lalu ia tidak peduli dan tidak bersedih atasnya.”
لو كنت مغتابًا أحدًا لاغتبت والدَيّ لأنهما أحقُّ بحسناتي
“Seandainya aku boleh mengghibah seseorang, maka yang akan aku ghibahi adalah orang tuaku, karena keduanya yang paling berhak mendapatkan kebaikan dariku.”
الزاهد هو الذي إن اصاب الدنيا لم يفرح وإن فاتته لم يحزن
“Orang yang zuhud terhadap dunia itu adalah, ketika ia mendapatkannya tidak bergembira ria, sebagaimana saat kehilangannya tidak akan bersedih.”
اترك فضول الكلام توفق للحكمة. اترك فضول النظر توفق للخشوع
“Tinggalkan berlebihan dalam berbicara, maka engkau akan diberikan kebijaksanaan. Tinggalkan berlebihan dalam memandang, maka engkau akan diberikan kekhusyu’an.”
لا يقع موقع الكسب على العيال شيء، ولا الجهاد في سبيل الله
"Tidak ada satu amalan pun yang setara dengan amalan mencari nafkah untuk keluarga, walau dibandingkan dengan jihad fi sabilillah."
Wallahu a'lam.
_______
📜Hayat at Tabi’in hal. 2051-2056, Ihya Ulumuddin (2/186), Siyar A’lam an Nubala (7/370-380)
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
20 Oktober 2022 pada 10.03 ·