Tuduhan Wahhabi Atas Akidah Asyari
Oleh Ustadz: Rahmat Taufik Tambusai
Diantara tuduhanan wahhabi yang selalu terbaca di media sosial, sebagaimana yang dibawah ini.
Entah unsur sengaja atau hanya ikut - ikutan, karena fanatik kepada gurunya tanpa melihat ke buku asli asyari.
Tetapi bagaimana pula untuk melihat ke buku aslinya, sedangkan dari awal sudah didoktrin tidak boleh membaca buku selain dari guru - guru mereka.
1. Mu'athilah meniadakan sifat Allah karena menggunakan metode takwil.
Padahal bagaimana untuk menakwilkan suatu sifat, jika tidak ditetapkan dulu sifat tersebut, kemudian mencari makna yang layak bagi Allah, agar tidak terjerumus kepada penjisiman Allah.
Sedangkan hakikat muathilah adalah membuang dan menafikan sifat tersebut dari Allah.
Tidak ada satu pun ulama asyari yang menafikan sifat Allah, karena metode tafwidh dan takwil jelas mengkonter paham muktazilah, ta'thil, mujassimah, musyabbihah dll
Metode tafwidh dan takwil juga mengkonter metode isbat makna hakiki yang diasuh oleh salafi wahhabi, karena pada hakikatnya mereka mengadopsi konsep aliran karramiyah.
Ungkapan aliran karramiyah yang terkenal الله جسم لا كالاجسام Allah itu jisim tetapi tidak seperti jisim jisim yang lain.
Kalau wahhabi, Allah punya wajah tetapi tidak seperti wajah makhluk. Yang parah lagi mengatakan Allah duduk di atas arsy.
2. Al quran itu makhluk karena dianggap pengaruh dari muktazilah sebab Abu hasan asyari mantan muktazilah.
Jika mau membaca sedikit saja buku yang paling tipis dari kitab ulama Asyari, maka akan terbantahkan tuduhan diatas.
Asyari berdiri tegak untuk membantah konsep muktazilah termasuk yang mengatakan Al Quran itu makhluk bukan qodim.
3. Mendahulukan akal dari pada nash, karena asyari menggunakan akal dalam memahami nash, jadi seolah - olah akal lebih dominan serta menyampingkan nash.
Allah sendiri memerintahkan kita menggunakan akal untuk memikirkan alam ciptaannya.
Ayat makkiyah ayat yang mengajak mengenal Allah, diantaranya melalui pendekatan penciptaan alam dan fenomena yang terjadi pada alam.
4. Membuat syariat baru, karena belum ada contoh langsung dari nabi, padahal nabi telah memberi contoh, jika ada perbuatan yang baru dibuat sahabat tidak serta merta disalahkan nabi, malahan diakui oleh nabi, ini pelajaran bagi umat islam, apabila tidak bertentangan dengan syariat maka boleh diamalkan.
Diantara yang dianggap membuat syariat baru, menetapkan sifat wajib bagi Allah dan nabi, padahal penetapan tersebut bersumber dari Al Quran dan hadits, kemudian disusun secara sistematis agar mudah dipelajari.
5. Akidah asyari adopsi dari filsafat yunani, karena menggunakan logika, dan dianggap setiap metode yang didasari logika berasal dari filsafat yunani.
Seandainya dasar akidah asyari bersumber dari filsafat yunani, maka seharusnya banyak orang yunani masuk islam karena sejalan dengan filsafat mereka, tetapi nyatanya tidak demikian.
6. Menyamakan akidah asyari dengan aliran jahmiyah, karena jahmiyah meniadakan sifat Allah, dan dianggap asyari sama dengan jahmiyah karena menggunakan metode tafwid dan takwil yang dianggap meniadakan sifat Allah.
Mereka menuduh tanpa dasar, karena asyari berdiri tegak membantah aliran jahmiyah, bagaimana pula disamakan.
7. Menuduh akidah asyari sesat, karena dianggap tidak didasari Al Quran dan hadits, seandainya akidah asyari sesat, maka tidak mungkin ulama hadits, ulama tafsir, fiqih, ushul fiqih, bahasa dll mengikuti metodenya, tetapi nyatanya semua ulama lintas keahlian mengikuti dan menisbatkan dirinya kepada akidah asyari.
Jika tuduhan tidak sesuai dengan kenyataan, maka tuduhan tersebut kembali kepada sipenuduh, di akhirat akan dimasukkan ke barisan kelompok sesat, walaupun di dunia ibadahnya bagus.
Ulah lidah tak bertulang, akal yang dangkal, mata dan telinga yang sudah menutup diri dari keluasan ilmu, sehingga digolongkan ke kelompok yang dituduhkan di dunia yang tidak tepat sasaran.
Pekan baru, Sabtu 27 Agustus 2022
Yuk umroh yang minat hubungi kami.
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa
27 Agustus 2022 pada 20.54 ·