3 ULAMA INDONESIA JADI IMAM MASJIDIL HARAM
Dalam sejarah, paling tidak ada tiga ulama Indonesia yang pernah menjadi imam besar di Masjidil Haram.
Mereka adalah para alim ulama dengan keluasan ilmu meliputi fiqih, syariah, tasawuf serta termasyhur karena perilaku mereka yang tawadhu'.
Berkat ketinggian ilmu tersebut, tiga tokoh ini dijadikan imam besar di Masjidil Haram. Sebuah amanah yang menunjukkan tingkatan ilmu, serta pengakuan kealiman dari para ulama di penjuru dunia.
1. Syeikh Junaid Al Batawi
Ulama ini lahir di Pekojan, Jakarta Barat. Beliau dikenal sebagai seorang pendidik yang tangguh. Hingga akhir hayatnya dihabiskan untuk mengajar.
Syeikh Junaid dikenal sebagai syeikhul masyayikh madzhab Syafii. Di antara muridnya yang kemudian masyhur adalah Iman Nawawi Al Bantani.
Syeikh Junaid Al-Batawi wafat di Mekah pada tahun 1840. Saat itu, beliau diperkirakan berusia 100-an tahun.
2. Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani.
ulama ini dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815. Namanya masyhur hingga sekarang dengan karyanya yang banyak.
Di Mekah, beliau kembali memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya selama kurang lebih 30 tahun. Semakin hari semakin masyurlah hasil pemikiran Syeikh Muhammad Nawawi. Beliau juga menulis banyak kitab berbahasa Arab dan jadi rujukan khususnya dalam ilmu fiqih, di seluruh dunia.
Ketika menetap di Syi’ib ‘Ali, Mekah, Syeikh Muhammad Nawawi memiliki murid yang banyak dan berasal dari berbagai bangsa. Namanya kemudian tersohor sebagai Syaikh Nawawi al-Jawi al-Bantani. Puncaknya, ketika beliau ditunjuk sebagai pengganti imam Masjidil Haram.
Syeikh Nawawi meninggal di Mekah pada 1897. Beliau adalah guru ulama-ulama pesantren di Indonesia. Salah satu keturunannya saat ini menjadi Wakil Presiden yakni KH Ma'ruf Amin yang juga pernah menjabat Rais Aam PBNU.
3. Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi
Ulama ini juga dikenal dengan nama Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Beliau lahir di Sumatera Barat, tepatnya di Koto Tuo, Agam pada 26 Juni 1860. Kecerdasan beliau sudah terlihat sejak kanak-kanak.
Ayahnya Syaikh Abdul Latif mengajaknya ke Mekah pada usia 11 tahun (1871) untuk menunaikan ibadah haji. Namun Ahmad tidak ikut pulang, ia tinggal di Mekah untuk menuntaskan hafalan Alqurannya.
Selain menghafal Alquran, Ahmad berguru dengan beberapa ulama di antaranya Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy.
Kealiman Syeikh Ahmad Khatib dibuktikan ketika ia diangkat menjadi imam dan khatib sekaligus staf pengajar di Masjidil Haram.
Syeikh Ahmad Khatib mempunyai banyak murid yang kemudian menjadi ulama-ulama besar, di antaranya Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) ayah dari Buya Hamka, ulama termasyhur Indonesia.
Lalu ada K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), dan K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), serta masih banyak lagi.
***
MasyaAllah.. Jangan sampai kita tidak mengetahui sejarah, bahwa negeri kita banyak Ulama-ulama mendunia...
Mari doakan beliau-beliau semoga Allah curah limpahkan Rahmat dan dalam Ridha Nya..
اَللُّهُمَّ اغْفِرْلَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَعَافِهِمْ وَاعْفُ عَنْهُمْ
Alfaatihah... Aaamiin.. 🤲
baca juga kajian tentang ulama berikut :
- Bukan Hal Mudah Berbeda Dengan Ijmak Ulama
- Ulama Hambali Mengajarkan Kesyirikan?
- Penggunaan Hadits Lemah Menurut Mayoritas Ulama
- Menanti Penjelasan Ulama Hanabilah Muta'akhirin Terkait Isu Tasybih
- Atsariyah Diperebutkan oleh Ulama Hanbali Tulen dan Salafi Wahabi
Sumber FB Ustadz : NU Teluk Pucung Bekasi
27 Agustus 2022 pada 08.24 ·