Kebiasaan Wahhabi yang Luar Biasa
Oleh : Rahmat Taufik Tambusai
Kebiasaan wahhabi yang tidak boleh ditiru :
1. Wahhabi biasa mengunakan pendapat ulama ahlus sunnah untuk menguatkan pendapat mereka dalam satu perkara, tetapi yang luar biasanya mereka tidak menyampaikan secara utuh.
Jika seandainya disampaikan secara utuh maka pendapat ulama tersebut pada hakikatnya tidak mendukung sedikit pun pendapat mereka.
Apakah ada unsur sengaja atau mereka tidak tau atau sengaja ditutupi untuk menarik simpati orang awam, bukankah ini penipuan namanya ?
Sebagai contoh azan di telinga bayi, mayoritas ulama mazhab mensunnahkanya berdasarkan hadits:
عَنْ أَبِي رَافِعٍ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِى أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِىٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالصَّلاَةِ.
“Dari Abi Rafi, ia berkata: Aku melihat Rasulullah mengadzani telinga Al-Hasan bin Ali ketika dilahirkan oleh Fatimah, dengan adzan shalat” (HR. Abu Daud, At-Tarmizi dan Al-Hakim )
2. Wahhabi biasa menyatakan dalam buku mereka untuk menguatkan pendapat mereka, bahwa ulama salaf telah ijma dan sepakat tentang suatu perkara, yang kebetulan sesuai dengan pendapat mereka, tetapi luar biasanya setelah dicek tidak sesuai kenyataannya.
Sebagai contoh, salah seorang penceramah wahhabi mengatakan bahwa ulama salaf Imam abu hanifah, Malik, Syafii dan Ahmad bin hanbal telah sepakat mengatakan Allah bersemayam di arsy, setelah ditelusuri dalam kitab mereka dan muridnya tidak mengatakan demikian.
Malahan mengatakan kafir bagi yang mengatakan Allah bertempat di arsy, sebagaimana yang disampaikan oleh imam syafii :
ومن كفرناه من أهل القبلة: كالقائلين بخلق القرآن، وبأنه لا يعلم المعدومات قبل وجودها، ومن لا يؤمن بالقدر، وكذا من يعتقد أن الله جالس على العرش؛ كما حكاه القاضي الحسين هنا عن نص الشافعي.
" Orang yang kami kafirkan dari kalangan orang yang shalat adalah:
Mereka yang berkata bahwa al-Qur’an adalah makhluk, bahwa Allah tak mengetahui sesuatu sebelum terjadinya, juga orang yang tak percaya takdir, demikian juga orang yang mengatakan bahwa Allah duduk di atas Arasy.
Seperti diriwayatkan oleh Qadli Husain dari penjelasan literal Imam Syafi’i.” (Ibnu ar-Rif’ah, Kifâyat al-Nabîh fî Syarh at-Tanbîh, juz IV, halaman 23).
3. Wahhabi biasa menyamakan pemahaman mereka dengan ulama salaf untuk menguatkan hujjah mereka, tetapi yang luar biasanya setelah dikaji dan diteliti ulang ternyata tidak sama.
Sebagai contoh pernyataan wahhabi dan ulama salaf bahwa Allah diatas arsy sepintas sama, tetapi dalam pemahamannya sangat jauh berbeda.
Wahhabi ketika mengatakan Allah diatas arsy, artinya Allah bertempat dan duduk diatas arsy, sedangkan ulama salaf tidak satu pun yang mengatakan Allah mengambil tempat, apa lagi mengatakan duduk diatas arsy.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : كان الله ولم يكن شيء غيره (رواه البخاري والبيهقي وابن الجارود)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (HR. Bukhari )
Allah maha suci dari tempat dan arah, karena Allah yang menciptakan tempat dan arah, dan Allah tidak butuh kepada tempat dan arah, karena tempat dan arah sifat makhluk, sedangkan Allah berbeda dengan makhluknya.
لیس كمثله شٸ و هو السمیع البصیر
4. Wahhabi biasa mengatakan bahwa kami mengikuti pemahaman ulama salaf dalam memahami Al Quran dan sunnah, dengan tujuan untuk meyakinkan pengikutnya, tetapi yang luar biasanya setelah dibandingkan antara pemahaman ulama salaf dengan konsep mereka sangat jauh sekali.
Ulama salaf mengatakan boleh ziarah kubur, mereka katakan haram, ulama salaf membolehkan tawassul mereka katakan orang yang bertawassul syirik, ulama salaf mengatakan boleh berdoa dan menghadiahkan pahala bacaan Al Quran kepada ahli kubur, wahhabi mengatakan tidak sampai, pelakunya dikatakan penyembah kubur dll.
5. Wahhabi biasa mengatakan bahwa yang mereka ikuti ulama salaf shalih, untuk meyakinkan pengikutnya, tetapi luar biasanya setelah dicek satu persatu ternyata yang mereka ikuti bukan ulama salaf, seperti ibnu Taimiyah, ibnu Qayyim, Muhammad bin Abdul wahhab, Al bani, Bin baz, Usaimin, shalih fauzan dll.
Ketika disodorkan ulama salaf yang sebenarnya, berbagai dalih mereka katakan, bahwa pendapat ulama tersebut tidak sesuai dengan sunnah.
Ulama salaf hafal jutaan hadits dianggap tidak paham sunnah, sedangkan ulama yang diikuti tidak ada satu pun yang hafal sejuta hadits, bukankah ini luar biasa doktrinnya ?
Ulama salaf berpendapat bahwa talqin mayit dikuburan boleh, sedangkan ulama wahhabi mengatakan bidah.
Oleh sebab itu, Pecinta sunnah nabi harus tahu kebiasaan wahhabi yang luar biasa ini, agar jangan sampai terjerumus ke kubang pembodohan umat.
Ketika wahhabi menukil pendapat ulama salaf untuk menguatkan pendapatnya, jangan mudah cepat percaya, biasakan diri kita untuk mencek ulang ke kitab ulama tersebut.
Kemudian lihat syarah para muridnya tentang pendapat tersebut, karena mereka yang lebih tahu perkataan gurunya.
Jika kita tak punya akses ke kitab ulama tersebut atau tak punya kemampuan, tanyakan ke ulama, guru dan orang terpelajar yang mengetahui dan menguasai Mazhab imam tersebut.
Dalu - dalu, 14 Agustus 2022
Yuk umroh yang minat hubungi kami.
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa
14 Agustus 2022 pukul 11.26 ·