⭐TULISAN KOQ BEGITU ?
Ragam komentar kadang menghiasi beranda setiap saya memposting tulisan, khususnya bahasan fiqih baik di group kajian WA, telegram, wabil khusus lagi majelis facebook.
Sebagian besar mengapresiasi dan mengaku mudah memahaminya, karena bahasa yang saya gunakan katanya cenderung ringan.
Tapi ada juga mengomentari dengan nada mempertanyakan, kenapa begini dan begitu misalnya :
1. Kenapa dalil Qur'an dan haditsnya sedikit ? Banyak perkataan ulamanya.
2. Koq tidak menyertakan versi arabnya secara lengkap ? Jadi kayak baca koran.
3. Bahasannya kenapa harus empat madzab segala, ikut yang shahih saja.
Dan sebenarnya masih banyak lagi ragam pertanyaan lainnya. Namun saya merasa, ketiga jenis diatas sudah cukup mewakili untuk dijawab distatus kali ini.
Untuk pertanyaan pertama, mengapa tidak pakai Qur'an hadits saja, perlu kita ketahui bahwa Qur'an dan Hadits itu barang baku untuk memproduksi hukum fiqih. Untuk mengolahnya, juga tak sembarangan ulama bisa melakukannya. Apalagi saya.
Saya ini hanya mencontek dari kitab ulama. Menukil dari bahasa kitab ke bahasa indonesia dengan kalimat-kalimat yang diupayakan mudah untuk dipahami. Katanya, orang pinter itu kalau ngomong kadang susah dipahami kan ? Nah, ini para ulama yang menyusun kitab itu rata-rata bukan hanya pinter, tapi jenius.
Pencantuman dalil Qur'an dan al Hadits, khususnya di bahasan yang saya tulis, itu sekedar informasi kecil dari fatwa ulama tentang masalah yang sedang diangkat. Supaya orang-orang lugu yang suka membenturkan fatwa dengan Quran hadits
tahu bahwa ulama itu yang digunakan al Quran dan hadits juga. Bikin injil, tripitaka apalagi primpon jawa.
Orang awam mengira, semakin banyak ayat dan hadits dicantumkan di sebuah tulisan, otomatis bahasan itu dianggap paling shahih dan kuat secara dalil. Padahal tidak selalu seperti itu...
Yang kedua, kenapa saya tidak banyak menyertakan tulisan versi arabnya ? Ada beberapa pertimbangan, diantaranya (1) Tidak banyak yang bisa membaca kitab dan menelahnya dengan baik (2) Tulisan akan menjadi lebih panjang, dan akan lebih banyak lagi yang skip-skip tulisan saya.
La wong yang sekarang menurut saya sudah sangat pendek, melalui kompres sana kompres sini, masih ada yang tega nanya : Kesimpulannya apa ?
Ingat, masyarakat kita ini sedang darurat baca. Terus mau disuruh membaca yang banyak arab-arabnya ? Yang bener aja...
Untuk mensiasati ini, saya menyertakan catatan kaki. Agar yang serius mau membaca dan mengkaji lebih jauh, tinggal merujuk saja ke kitab yang saya sertakan bahkan berikut nomor jilid dan halamannya.
Tapi kan tidak semua punya kitab ? Benar. Kalau tidak punya kitab bisa dibuka versi online atau maktabah syamilahnya. Mungkin masalah selanjutnya halamannya yang kebanyakan tidak sama. Repot dikitlah, baca kanan kiri sebentar supaya menemukan titik yang dicari.
Kalau sudah terbiasa baca kitab, mencari halaman yang berbeda itu bukan hal yang terlalu sulit. Yang sulit bin rumit bin berat bin akut itu kalau modal bahasa arabnya hanya google translite...
Selanjutnya mengapa harus empat madzhab ? Ya karena yang paling bisa memahami dalil-dalil agama itu empat madzhab. Kumpulan ribuan ulama sepanjang zaman yang menjadi rujukan dunia Islam dulu hingga hari ini. Emang ada yang bisa menandingi ? Guru dan kelompok anda ?
Dan saya mengangkat bukan hanya satu pendapat, tapi dari pendapat yang berbeda-beda, karena arus informasi hari ini sudah sangat deras. Jika kita hanya menyodorkan pendapat yang hanya satu, orang akan protes. Kata ustadz yang itu bukan begini tapi begitu.
Maka perlu umat diberikan wawasan pendapat yang berbeda, agar bisa dewasa menyikapi khilafiyah, namun juga tidak kebablasan bebas sebebas-bebasnya memilih semua pendapat-pendapat meskinaneh bin nyeleneh.
Maka perlu adanya pagar yang membatasi, dan saya memilih untuk itu empat madzab fiqih yang telah diakui.
Selanjutnya saya juga perlu juga menjawab tentang mengapa nama saya cantumkan di tulisan khususnya bahasan fiqih. Supaya tidak dikira yang bukan-bukan. Seperti pengen eksis dll.
Tujuan saya adalah supaya bisa mempertanggung jawabkan dengan baik, apa-apa yang telah saya tulis tersebut. Siapapun yang ingin mengkoreksi bahkan membantah tahu harus kemana harus mengarahkan anak panahnya.
Karena saya sangat yakin, karya tulis apapun tidak mungkin bisa sepenuhnya benar. Apalagi bahasan agama. Saya sangat membutuhkan teguran atas banyaknya kekurangan dari apa yang saya sampaikan dalam tulisan. Dan ini bukan basa basi.
Tujuan selanjutnya, begitu juga siapapun yang mendapati tulisan saya diplagiat atau diubah sedemikian rupa, hingga menyeleweng dari tujuan penulisan, akan bisa turut menegur kejahatan tersebut. Karena sudah mengenal, ini tulisan saya.
Saya pengen nulis lebih panjang lagi, tapi takut kalau panjang-panjang nggak dibaca juga. Jadi, ya udah aja. Kita lanjut di kolom komentar aja ya..
Wallahu a'lam
•┈┈•••○○❁༺αѕт༻❁○○•••┈┈•
⤵️https://t.me/subulana
🌐 www.konsultasislam.com
📱facebook.com/AhmadSyahrinThoriq
Sumber WAG : SUBULANA I
4 April 2022