Sahabat Nabi Tabarrukan

Sahabat Nabi Tabarrukan

SAHABAT NABI TABARRUKAN 

Tabarruk (التَبَرُّک) berasal dari kata barokah. Para ulama, mendefinisikan barokah atau berkah sbg Ziyadatul Khair yg artinya bertambah kebaikan dari Allah. Secara bahasa, Tabarruk adalah mencari berkah (ngalap berkah).

Menurut Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyiddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i atau Imam An-Nawawi rahimahullah (wafat 10 Desember 1277 M di Nawa, Suriah), asal makna berkah adalah kebaikan yg banyak dan abadi. Tabarruk merupakan bagian dari bab Wasilah. Para Nabi dan sahabat juga mencari keberkahan lewat dari Allah 'Azza wa Jalla. Tabarruk telah dipraktikkan di zaman para Nabi dan juga masa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Selain itu, pada masa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam. Para sahabat meyakini bahwa, rumah yg pernah dimasuki Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyimpan keberkahan, sehingga banyak yg bertabarruk dengannya.

Abu Abdullah Yazid bin 'Abdullah bin Qusaith atau Imam Ibnu Qusaith rahimahullah (wafat 738 M di Madinah) dan Al-'Utbi rahimahullah (wafat 869 M) dalam kitab Ath-Thabaqat al-Kabir yg disusun oleh Abu Abdullah Muhammad bin Sa'ad bin Mani' al-Basri al-Hasyimi Katib Al-Waqidi atau Imam Ibnu Sa'ad rahimahullah (wafat 16 Februari 845 M, usia 62 tahun di Bagdad, Irak) mengatakan, bahwa para sahabat Nabi pada saat memasuki Masjid Nabawi, mengusapkan tangan pada mimbar Rasulullah yg berdekatan dgn makam beliau dgn maksud bertabarruk dan bertawassul. Mereka kemudian menghadap kiblat lalu berdoa.

Dalam kitab Ath-Thabaqat al-Kabir Ibnu Sa’ad, Abdurrahman bin ‘Abdul Qadir juga mengatakan bahwa ia melihat ‘Abdullah bin Umar Ibnul Khattab bertabarruk dgn mengusapkan tangannya pada tempat duduk Rasulullah yg berada di mimbar beliau. Kemudian mengusapkan tangan itu pada wajahnya". Dalam riwayat lain, Abdurrahman mengatakan bahwa 'Abdullah bin Umar juga mengusapkan tangannya pada bagian mimbar yang dahulu sering dipegang oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah shalallahu alaihi r bersabda : “Barangsiapa yg bersumpah di atas mimbarku dan dia berbohong walaupun terhadap selainnya maka selayaknya ia bersiap2 mendapat tempat di neraka” (Kitab Musnad Ahmad bin Hambal 4/357 hadis ke-14606 dan kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, 5/210).

Ini semua membuktikan, bahwa betapa sakralnya mimbar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, menurut lisan Rasulullah sendiri, dan para sahabatpun meyakini hal itu. Terbukti bahwa an-Najjari al-Anshari Radhiyallahu Anhu (610 - 665 M, Madinah) takut untuk bersumpah di mimbar Rasul ketika menghukumi Marwan bin al-Hakam bin Abi'l Ash (28 Maret 623 M, Mekkah - 7 Mei 685 M, Damaskus, Suriah). (Kitab Kanzul Ummal Fi Sunan al-Aqwal wa al-Af'al, karya Alauddin‘ Ali ibn ‘Abdul Malik Husamuddin Al-Muttaqi Al-Hindi Al-Hanafi atau Imam al-Muttaqi al-Hindi rahimahullah, 1472 India - 1567 M Mekkah, 16/697 hadis ke - 46389).

Sahabat ‘Itban bin Malik Bin Amru Bin Al-Ajlan As-Salimi Al-Anshari Al-Badri Radhiyallahu Anhu (wafat 670 M di Madinah) bertabarruk dgn membuat musholla di rumahnya yg pernah digunakan shalat oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar Ash-Shiddiq atau Abdullah bin Abu Quhafah Radhiyallahu Anhu (27 Oktober 573 M, Mekkah - 23 Agustus 634 M, Madinah).

أَنَّ عِتْبَانَ بْنَ مَالِكٍ وَهو مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا مِنْ الْأَنْصَارِ أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَنْكَرْتُ بَصَرِي، وَأَنَا أُصَلِّي لِقَوْمِي فَإِذَا كَانَتْ الْأَمْطَارُ سَالَ الْوَادِي الَّذِي بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ لَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ آتِيَ مَسْجِدَهُمْ فَأُصَلِّيَ لَهُمْ، فَوَدِدْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَّكَ تَأْتِي فَتُصَلِّي فِي بَيْتِي فَأَتَّخِذُهُ مُصَلًّى، فَقَالَ: سَأَفْعَلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ. قَالَ عِتْبَانُ: فَغَدَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ حِينَ ارْتَفَعَ النَّهَارُ فَاسْتَأْذَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَذِنْتُ لَهُ، فَلَمْ يَجْلِسْ حَتَّى دَخَلَ الْبَيْتَ. ثُمَّ قَالَ لِي: أَيْنَ تُحِبُّ أَنْ أُصَلِّيَ مِنْ بَيْتِكَ؟ فَأَشَرْتُ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنْ الْبَيْتِ. فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَبَّرَ فَصَفَفْنَا فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ

Bahwa ‘Itban bin Malik seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yg pernah ikut perang Badar dari kalangan Anshar, dia pernah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, pandanganku sudah buruk sedang aku sering memimpin shalat kaumku. Apabila turun hujan maka air menggenangi lembah yg ada antara aku dan mereka sehingga aku tidak bisa pergi ke masjid untuk memimpin shalat. Aku menginginkan Anda wahai Rasulullah agar dapat mengunjungiku lalu shalat di rumahku yg akan aku jadikan sebagai musholla”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku akan lakukan insya Allah”. ‘Itban berkata: “Maka berangkatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakar ketika siang hari, beliau lalu meminta izin dan aku mengizinkannya, beliau tidak duduk hingga beliau masuk ke dalam rumah. Kemudian beliau bersabda: “Mana tempat di rumahmu yg kau sukai untuk aku shalat?” Maka aku tunjukkan tempat di satu sisi rumah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri lalu takbir. Sementara kami berdiri membuat shaf, beliau shalat dua rakaat kemudian salam”. (Kitab Shahih al Bukhari juz 1 hal. 92 no. 425).

Juga sahabat Salim bin Abdullah rahimahullah (wafat 728 M, Madinah) dan Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu (610 - 693 M, Mekkah) mereka berhenti untuk shalat di beberapa tempat di tepi jalan, karena Rasulullah pernah shalat di tempat tsb.

عَنْ مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ قَالَ: رَأَيْتُ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَتَحَرَّى أَمَاكِنَ مِنْ الطَّرِيقِ فَيُصَلِّي فِيهَا، وَيُحَدِّثُ أَنَّ أَبَاهُ كَانَ يُصَلِّي فِيهَا، وَأَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي تِلْكَ الْأَمْكِنَةِ. وَحَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ يُصَلِّي فِي تِلْكَ الامْكِنَة

Dari Abu Muhammad Musa bin 'Uqbah bin Abi 'Ayyasy rahimahullah (wafat 728 M Madinah) ia berkata: “Aku melihat Salim bin Abdullah selalu menuju beberapa tempat di jalan, lalu shalat di sana. Ia bercerita bahwa ayahnya shalat di sana, dan ia melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di tempat2 tsb. Nafi’ bercerita kepadaku dari Ibnu Umar bahwa ia shalat di tempat2 tsb”. (Shahih al Bukhari juz 1 hal. 104 no. 483).

Dan pada keterangan hadits tsb, Al Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah (18 Februari 1372 M - 2 Februari 1449 M Kairo, Mesir) menjelaskan bahwa hadits tsb, merupakan hujjah kebolehan bertabarruk dgn atsar (bekas) atau tempat yg pernah disinggahi orang2 shalih. 

Dan masih banyak lagi kisah2 para sahabat nabi, yg gemar bertabarruk. 

Wallahu a’lam

Written from various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama'ah Sarinyala Kabupaten Gresik

YouTube : Majelis Ngaji Sarinyala

Twitter : sarinyala.id

Facebook : Jama'ah Sarinyala

Facebook : sarinyala.id

Website : www.sarinyala.id

Instagram : ahmadzainialawi

Sumber FB : Sarinyala.id sedang di Jamaah Sarinyala Gresik.

2 Desember 2021· Gresik, Jawa Timur  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Sahabat Nabi Tabarrukan - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®