Perang vs Musyawarah
Setidaknya tiga kali Nabi SAW menggelar musyawarah dalam Perang Badar.
1. Musyawarah Pertama
ketika mendengar pasukan Mekkah siap menerjang dengan jumlah personil 1000 orang.
Padahal operasi yang disiapkan awalnya hanya sekedar mencegat kafilah dagang yang lewat. Kok tiba-tiba harus battle betulan di Medan laga.
Proposal tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan. Disitulah Nabi SAW merasa perlu mendengar opini para shahabat. Disitulah musyawarah digelar.
Padahal umumnya perang itu bersifat top-down. Yang dikenal hanya rantai komando. Apapun perintah komandan, harus dikerjakan, mati pun tidak jadi urusan.
2. Musyawarah Kedua
Sewaktu menetapkan posisi dan lokasi basecamp, Nabi SAW bermusyawarah lagi denfan shahabat.
Al-Hubab yang veteran lusian perang itu memberikan masukan amat berharga tentang dimana sebaiknya posisi yang paling menguntungkan.
Uniknya dialog diawali dengan minta kepastian, apakah posisi awal itu perintah Wahyu samawi ataukah hanya pemikiran, taktik dan tipu daya pribadi nabi sendiri?
Jawaban Nabi SAW tegas, ini hanya pemikiran pribadi saja. Bukan wahyu samawi. Silahkan dikritisi dan didiskusikan ulang.
3. Musyawah Ketiga
Ketika posisi pasukan muslim sudah di atas angin, ternyata muncul usulan untuk menghentikan perang dan menjadikan musuh sebagai tawanan.
Usulan ini agak menyimpang dari tujuan semula perang yaitu untuk menghabisi lawan hingga 1000 pasukan mati tak bersisa. Toh, lawan pun tidak menunjukkan tanda-tanda mau menyerah. Jadi SOP aslinya adalah bunuh semuanya sampai mati tak bersisa.
Namun tidak sampai hati rasanya membunuh keluarga sendiri. Sebab banyak sekali pihak musyrikin Mekkah yang sebenarnya masih bapak dan anaknya sendiri, atau paman dengan keponakan sendiri, atau mertua dan menantu sendiri.
Maka Nabi SAW pun menggelar musyawarah untuk ketiga kalinya. Beliau ingin dengar opini yang berkembang di benak para shahabat saat itu.
Dan rupanya mayoritas maunya perang dihentikan, lawan jangan dibunuh tapi cukup dijadikan tawanan perang.
Padahal seandainya Nabi SAW perintahkan bunuh semuanya, pastilah ditaati tanpa satu pun yang protes. Namanya juga komandan lapangan, apapun perintahnya wajib ditaati saat itu juga.
Tapi sosok seorang Muhammad SAW yang satu ini memang beda. Beliau terlalu menghargai opini anak buahnya. Padahal dirinya berada pada posisi tertinggi dari rantai komando.
Merah biru jalannya perang, seratus persen ada di tangannya. Tinggal perintahkan, semua pasti taat. Namun beliau SAW lebih suka bermusyawarah.
اللهم صلى وسلم على سيدنا محمد وعلى ٱله وأصحابه أجمعين
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
27 Desember 2021 ·