Menjaga Taubat dengan Muhasabah dan Menjaga Tujuh Anggota
Setelah melakukan taubat dengan benar, kita berkewajiban untuk terus menjaga taubat dengan muhasabah (evaluasi atau koreksi diri sendiri) agar tidak jatuh pada perangkap kesalahan-kesalahan baru.
Dalam bait yang kesembilan belas, penadzam berkata:
وَقِهْ دَوَامًا بِاْلمُحَاسَبَةِ الَّتِيْ (19) تَنْهَاكَ تَقْصِيْرًا جَرَى وَتَسَاهُلَا
“Jagalah pertaubatan secara berkelanjutan dengan muhasabah (koreksi diri) yang dapat mencegahmu dari kelengahan dan peremehan.”
Tatkala matahari telah terbenam, hendaknya kita teliti tindakan yang telah kita lakukan pada siang hari. Demikian pula, ketika matahari terbit, hendaknya kita teliti tindakan kita di malam hari. Begitulah seterusnya, yang jika kemudian ditemukan suatu kesalahan baru, maka hendaklah kita segera memperbaharui taubat, dan memohon ampunan.
Sayyidina Umar bin Khattab berkata: “Bermuhasabahlah kalian sebelum kalian dihisab, dan bersiap-siaplah menghadapi 'ardhul akbar' (pertunjukan atau pemeriksaan besar) dari Allah. Di hari itu kalian diperhadapkan di pengadilan Allah dan tidak ada rahasia yang tersembunyikan.”
Seseorang yang telah menyatakan taubat hendaknya memperbanyak tadharruk (merasa hina di hadapan Allah) dan untuk pembaharuan taubat, Syekh Nawawi Banten menganjurkan kita memperbanyak doa, "Rabbana atina fid dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina adzabannar."
Seseorang yang bertaubat juga berkewajiban menjaga anggota jasadnya dari kemaksiatan. Penadzam dalam bait yang keduapuluh berkata:
وَبِحِفْظِ عَيْنٍ وَالِّلسَانِ وَسَائِرِ اْل (20) أَعْضَا جَمِيْعًا فَاجْهَدَنْ لَا تَكْسَلَا
“Demikian juga harus menjaga mata, lisan, dan keseluruhan anggota badan (dari kemaksiatan). Bersungguh-sungguhlah dan jangan malas.”
Di samping kewajiban menjaga pertaubatan dengan muhasabah, kita juga harus menjaga pertaubatan dengan menjaga tujuh anggota badan dari perbuatan kemaksiatan sebagai berikut:
1. Menjaga pandangan mata dari keharaman. Di antaranya adalah memandang sesama muslim dengan pandangan menghinakan, dan melihat aurat lawan jenis.
2. Menjaga lisan dari perkara haram, seperti perkataan dusta, menggunjing sesama muslim, adu domba, mengolok-olok, mengejek, dan menertawakan,
3. Menjaga telinga dari perkara haram seperti mendengarkan gunjingan, adu domba, dan semua ucapan yang diharamkan.
4. Menjaga perut dari perkara haram, syubhat, dan syahwat.
5. Menjaga kedua tangan agar tidak mengambil perkara haram, seperti mengambil harta orang lain, menulis sesuatu yang diharamkan, memukul orang tanpa alasan pembenar, dan seterusnya.
6. Menjaga kedua kaki dari perjalanan pada keharaman.
7. Menjaga kemaluan dari perzinaan dan hal-hal yang diharamkan agama.
Kajian Hidayatul Adzkiya, dengan syarah Kifayatul Atqiya dan Salalimul Fudhala.
Sumber FB Ustadz : Yusuf Suharto sedang bersama Yusuf Suharto.
30 Juni 2021 pada 08.04 ·