Mungkinkah Seseorang Tidak Bertaqlid?
Taqlid adalah mengikuti ijtihad ulama' yang diyakini benar pemahamannya atas al-Qur'an dan as-Sunnah dengan tanpa mengetahui dalil atau methode dan wajah istidlalnya. Dengan pengertian ini, maka sewajarnya semua orang pasti bertaqlid, walaupun kemana-mana bilang anti taqlid. Bahkan ada sebagian yang mengelabuhi umat dengan embel-embel sesuai al-Qur'an dan as-Sunnah. Ya maklum namanya juga promosi. Uniknya, jika ketahuan taqlid mereka membela diri bahwa yang dilakukan adalah ittiba'. Tetapi ketika diminta untuk menjelaskan perbedaan keduanya melalui dalil dan analisis bahasa mereka gak mampu jawab. Angel angel...!!!
Majlis Tafsir Al-Qur'an (MTA) bertaqlid secara ghuluw kepada pemahaman ustadznya (Alm) Ahmad Sukina. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) bertaqlid secara membabi buta dan berlebihan kepada amirnya, (alm) Nur Hasan al-Ubaidah Lubis. Salafi Wahabi bertaqlid kepada Ibn Taimiyah, Shalih al-Fauzan, Bin Baz, al-Utsaimin dan lain-lain (sesekali ngaku ikut Hanbali). Ahlussunnah wal Jama'ah bertaqlid kepada Abu Hanifah, Malik, asy-Syafi'i, dan Ahmad bin Hanbal. Umat Liberal mengikuti atau bertaqlid kepada tokoh-tokoh liberalnya seperti Luthfi Asysyaukanie dan para pendahulunya. Pengikut madzhab tarjih bertaqlid kepada ulama' atau ustadz ahli tarjihnya.
Jadi sesama pentaqlid dilarang saling mencaci maki apalagi sok melarang taqlid. 😃
Sumber FB Ustadz : Hidayat Nur
24 Juni 2021