Menuju Allah dengan Syariat, Tarekat dan Hakikat
Hidup ini adalah perjalanan dalam meraih ridha Allah. Agar ketaqwaan, juga ikhtiar penjauhan dari hawa nafsu terus terjaga dengan mudah, maka manusia pejalan memerlukan metode-metode suluk (perjalanan).
Jalan menuju Allah agar manusia berbahagia di akhirat itu ada tiga jenis, dimulai dengan syariat, kemudian thariqah, dan buahnya, yaitu haqiqah. Ketiganya saling terkait dan tidak boleh dinegasikan salah satu di antara ketiganya.
Mengapa demikian? Karena (1) hakikat tanpa syariat itu batal, dan (2) syariat tanpa hakikat itu kosong.
Contoh penyimpangan pertama, seumpama seseorang yang enggan shalat dengan alasan bahwa ia tak lagi membutuhkan shalat (karena sudah merasa dlm taraf hakikat). Ia mengatakan, "Sesungguhnya seorang yang berbahagia itu adalah sesiapa yang ditakdirkan menjadi orang yang berbahagia pada azali. Jika memang saya sebagai orang yang berbahagia, maka pasti saya akan masuk surga, walaupun saya tidak mendirikan shalat. Dan seandainya ditakdirkan celaka, toh saya akan tetap masuk neraka, walaupun saya shalat.
Contoh penyimpangan kedua adalah seseorang yang amal ibadahnya karena semata-mata ingin masuk surga. Karena itulah ia mengatakan, "Kalau bukan karena amal ibadahku, tentu aku tak akan bisa masuk surga."
Ini adalah kategori syariat yang kosong. Karena seolah syariat itu seperti tidak ada (wujuduha ka'adamiha). Padahal manusia masuk surga itu bukan karena amal ibadahnya, melainkan karena mendapatkan anugerah Allah Ta'ala.
Syariat adalah perintah-perintah Allah, dan larangan-larangan-Nya. Thariqah adalah perjalanan dan aplikasi syariat. Sedangkan haqiqat adalah melihat dengan dimensi dalam.
إن الطريق شريعة وطريقة* وحقيقة فاسمع لها ما مثلا
#2 Kajian Hidayatul Adzkiya',
Sumber FB Ustadz : Yusuf Suharto sedang bersama Yusuf Suharto.
3 Juni 2021 pada 21.11 ·