SAAT SEMUA IBADAH SIRNA
Dalam I’anah al-Thalibin, Syaikh Abu Bakar Syatha memberikan suatu pelajaran berharga. Beliau menjelaskan:
وَرُوِيَ أَنَّ الجُنَيْدَ رُؤِيَ فِي النَّوْمِ، فَقِيْلَ لَهُ: مَا فَعَلَ اللهُ بِكَ فَقَالَ: طَاحَتْ تِلْكَ الإِشَارَاتُ وَغَابَتْ تِلْكَ العِبَارَاتُ، وَفَنِيَتْ تِلْكَ العُلُوْمُ وَنَفِدَتْ تِلْكَ الرُّسُوْمُ، وَمَا نَفَعَنَا إَلاَّ رُكَيْعَاتٌ كُنَّا نَرْكَعُهَا عِنْدَ السَّحَرِ.
“Dirawikan, seseorang bermimpi melihat al-Junaid al-Baghdadi - setelah kewafatan penghulu kaum Sufi itu. Orang itu bertanya, Apa yang telah dilakukan Allah kepadamu? Al-Junaid menjawab, Aku tak mendapatkan pahala dari nasihat-nasihat yang aku berikan pada orang. Aku juga tak mendapatkan pahala dari kalimat-kalimat yang aku sampaikan pada murid-muridku. Aku tak mendapatkan pahala dari ilmu-ilmu yang aku ajarkan kepada orang lain. Aku tak mendapatkan pahala dari tulisan-tulisan yang aku ajarkan. Yang tersisa hanyalah dua rakaat-dua rakaat ringan yang aku lakukan di waktu sahur (sebelum Subuh, penj).”
Mengomentari kisah ini, Syaikh Abu Bakar Syatha menjelaskan:
وَالمَقْصُوْدُ مِنْ ذَلِكَ أَنَّ هَذِهِ الأُمُوْرُ لَمْ يَجِدْ لَهَا ثَوَاباً لِاْقتِرَانِهَا فِي الغَالِبِ بِالرِّيَاءِ وَنَحْوِهِ، إِلاَّ الرُّكَيْعَات المَذْكُوْرَة لِلإِخْلاَصِ فِيْهَا. وَإِنَّمَا قَالَ رَضِي اللهُ عَنْهُ ذَلِكَ حَثًّا عَلَى التَّهَجُّدِ وَبَيَاناً لِشَرَفِهِ، وَإِلاَّ فَيَبْعُدُ عَلَى مِثْلِهِ اقْتِرَانُ عَمَلِهِ بِرِيَاءٍ أَوْ نَحْوِهِ مَعَ كَوْنِهِ سَيَّدَ الصُّوْفِيَّةِ.
“Maksud ucapan al-Junaid itu adalah bahwa beliau tidak mendapatkan pahala perbuatan-perbuatan yang beliau sebutkan itu, karena pada umumnya kesemuanya disertai dengan riya atau pamer. Kecuali dua rakaat-dua rakaat ringan yang dilakukan secara ikhlas di malam hari. Al-Junaid mengatakan hal itu untuk mendorong orang melaksanakan shalat tahajjud dan menjelaskan tentang keutamaannya. Tidak mungkin orang seperti beliau melakukan amalan-amalan yang beliau sebutkan itu karena pamer atau lainnya, karena beliau adalah penghulu kaum Shufi.” (I’anah al-Thalibin ‘ala Hall Alfazh Fath al-Mu’in, jilid 1, hal 308)
Al-Junaid mengajarkan, kesemua perbuatan baik harus disertai dengan keikhlasan. Tanpa keihlasan, segala sesuatu termasuk tulisan-tulisan yang diproduksi oleh seseorang, akan sirna atau tak bakal membuahkan pahala di sisi Allah.
Sumber FB Ustadz : Faris Khoirul Anam
4 Mei 2021