Eforia Perang Uhud Dalam Tsunami India
By. Ahmad Sarwat, LC.MA
Januari 2021 India nyaris dinyatakan bebas covid. Jutaan rakyatnya beruntung telah divaksin dalam waktu singkat. India adalah negara penghasil dan pengekspor vaksin.
Mereka meyakini dengan pasti telah terjadi herd immunity dan pesta kemenangan melawan covid-19 pun dirayakan dimana-mana.
Ternyata hari ini negeri itu luluh lantak dihajar the Second Wave. Horor sekali melihat bagaimana korban keleleran di jalan di negeri yang terlanjur eforia kemenangan yang belum saatnya.
Saya membayangkan seperti kejadian Perang Uhud di tahun ketiga Hijriyah. Merasa sudah menang, barisan terdepan pun tidak sabaran pesta ghanimah.
Pasukan khusus pemanah yang ditugaskan Nabi SAW untuk jaga bagian belakang pun tergoda untuk larut dalam pesta kemenangan, lalu turun bukit meninggalkan pos masing-masing. Mau ikut memeriahkan pesta kemenangan yang semu.
Di saat itulah pasukan khusus dari pihak musyrikin Mekkah yang dipimpin Khalid bin Walid menusuk dari belakang. Mereka muncul dan menyerang tiba-tiba, dari arah belakang yang kosong tanpa penjagaan.
Lalu tanpa disadari oleh pasukan muslimin yang lagi eforia kemenangan semua, mulailah syuhada Uhud berguguran. Medan Uhud tercatat sebagai perang dengan jumlah korban paling banyak sepanjang sejarah.
Disitulah Nabi SAW kehilangan Hamzah, paman yang amat dicintainya.
Ternyata ini pil pahit yang harus ditelan. Rupanya eforia kemenangan telah melalaikan mereka. Merasa sudah menang dan sudah aman.
Padahal perang belum usia, musuh masih banyak jumlahnya. Mereka mengintai diam-diam, begitu ada kesempatan emas, gerakannya cepat sekali. Tiba-korban berbelimpangan disana sini.
Kita berdoa dan berharap Tsunami India jangan sampai terjadi di Indonesia. Namun harus ada upaya nyata, bukan doa-doa kosong tanpa makna. Harus dengan tindakan nyata. Tetap patuhi protokol kesehatan.
1. Jangan pernah lepas masker meski lagi shalat, ceramah atau bertemu orang. Gantilah masker tiap waktu. Jauhi orang yang tidak bermasker. Karena kita tidak tahu siapa menulari siapa ditulari.
2. Jagan keluar rumah kecuali sangat perlu. Dan tetap wajib harus musti jaga jarak dan selalu waspada terus menerus. Hindari kerumunan orang.
3. Jangan bikin acara kumpul, bukber, reunian, selamatan, kongkow, walimahan, makan-makan. Kalau pun diundang jangan mau datang. Cari 1001 alasan untuk tidak usah datang. Usahakan hanya ikut pertemuan online saja.
4. Tidak mudik lebaran bukan karena semata dilarang pemerintah, tapi karena kesadaran demi menjaga nyawa orang tua dan keluarga tersayang di kampung. Jangan sampai mereka dipanggil Allah SWT karena keteledoran dan eforia kita. Penyesalannya seumur hidup.
5. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir. Pulang ke rumah segeraandi pakai sabun dan ganti baju.
6. Rutinkan tes Swab PCR dan kalau positif segera isolasikan diri. Ikuti protokol yang tersedia.
7. Hapus, buang, blokir dan black-list semua kajian yang menafikan adanya bahaya covid. Termasuk yang bilang masker haram. Atau bilang covid bikinan Yahudi. Korban wabah ini mendunia, bukan hanya umat Islam. Itu fakta.
8. Jalani proses vaksinasi begitu tersedia peluang. Ajak semua anggota keluarga, teman, tetangga dan lingkungan.
9. Semoga Allah SWT selalu menjaga kita dan keluarga. Amin ya rabbal alamin.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
4 Mei 2021