Al-Quran dan Penemuan Ilmiyah
Oleh Ustadz : Ahmad Sarwat, Lc.MA
Dulu zaman SMA saya sering dibikin bangga oleh kakak-kakak mentor. Dalam acara Rohis seringkali kita diberi motivasi seputar keilmiyahan Al-Quran.
Konon berbagai penemuan teknologi di Barat saat ini, punya akar sejarah dari dunia Islam.
Ada sederet nama ilmuwan muslim disebut-sebut, seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Farabi, dan sederet lainnya.
Uniknya, penemuan ilmiyah di zaman keemasan Islam itu dikait-kaitkan dengan Al-Quran. Konon karena mereka hafal Qur'an dan memeriksa dengan teliti ayat-ayatnya, dapatlah mereka ilmu pengetahuan.
Sehingga saat itu disimpulkan bahwa Al-Quran ini selain berisi hukum agama, juga merupakan rujukan dan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lalu kenapa hari ini umat Islam mundur secara ilmu pengetahuan, dikait-kaitkanlah dengan kurangnya umat Islam berinteraksi dengan Al-Quran.
Sampai disitu kita yang masih anak SMA merasa bangga dengan Al-Quran. Dan semakin pede jadi pemeluk Islam.
oOo
Namun di masa sekarang ini, saya justru belajar Ilmu Al-Quran di jenjang pasca sarjana, baik S2 maupun S3. Apa-apa yang dulu pernah didoktrinkan ke otak saya oleh para senior kembali menyeruak bikin penasaran.
Misalnya kalau dibilang Al-Quran turun di zaman Nabi SAW dan para shahabat. Sudah pasti mereka itu generasi yang paling paham dan mengerti Al-Quran, bukan?
Bahkan saking interaktifnya, sampai Al-Quran turun dengan banyak dialek, lahjah dan qira'at yang beragam, untuk bisa nyambung dengan bahasa bangsa Arab yang ternyata juga beragam.
Pertanyaannya : kenapa Nabi SAW dan para shahabat tidak pernah tercatat sebagai para penemu ilmu pengetahuan dan teknologi di zamannya?
Kenapa kehidupan di masa mereka tidak maju secara teknologi?
Apakah cara memahami Al-Qurannya keliru selama ini?
Logikanya, mereka kan justru generasi terbaik yang seharusnya paling mengerti isi Al-Quran. Dan Al-Quran didaulat sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tapi kenapa kita tidak mendapatkan berbagai penemuan ilmiyah di masa kenabian?
Abad pertengahan yang disebut sebagai zaman kemajuan Islam itu bukan zaman kenabian. Nabi SAW lahir tahun 571 masehi. Sedangkan era peradaban Islam itu munculnya beberapa abad kemudian.
Ibnu Sina lahir 980, Al-Farabi 872, Ibnu Rusyd 1126. Jarak mereka ke zaman kenabian itu jauh sekali, berabad-abad lamanya.
Pertanyaannya balik lagi lagi : Bagaimana mungkin Al-Quran lebih dipahami oleh generasi yang datang ratusan tahun setelah generasi yang menerima Al-Quran secara langsung?
Apa benar Nabi SAW dan para shahabat itu mengalami missing the Qur'an?
Logiskah kita bilang : ternyata generasi terbaik umat Islam malah melewatkan begitu saja isi Al-Quran. Mereka tidak sadar dan tidak ngeh bahwa ayat-ayat itu menyimpan berbagai informasi sains dan teknologi?
Masuk akal kah kalau kita klaim bahwa ternyata Nabi SAW tidak terlalu paham juga isi Al-Quran. Buktinya, meski tiap hari dihujani dengan ayat yang turun dari langit, tapi Madinah tidak pernah ada listrik, komputer, mobil, pesawat terbang, sinyal WiFi atau pun jaringan 5G.
oOo
Satu-satunya jawaban adalah : meluruskan kembali cara pandang kita terhadap Al-Quran dan hubungannya dengan Sains.
Jangan lagi bilang bahwa di dalam Al-Quran ada informasi sains dan teknologi. Jangan sebut Al-Quran itu kitab sains.
Kenapa?
Karena itu sifatnya majaz saja. Seperti kita bilang bahwa Nabi SAW itu profesor. Tentu Nabi SAW bukan profesor, cuma pujian bersifat majaz. Saking cerdasnya kalau diibaratkan Nabi SAW dengan zaman kita, kira-kira kayak profesor. Pujian seperti ini sah-sah saja.
Bukankah dulu para pujangga juga memuji Nabi SAW dengan berbahai majaz?
أنت شمس أنت بدر أنت نور فوق نور
Engkaulah sang mentari. Engkaulah sang purnama. Engkaulah cahaya di atas cahaya.
Jelas keliru besar kalau kita sekarang menunjuk matahari dan bulan, lalu kita bilang : Itu Rasulullah lagi di atas langit. Ya jelas keliru.
Bagaimana nanti kalau terjadi gerhana? Masak mau disebut gerhana Rasulullah? Ya jelas bukan.
Begitu juga dengan Al-Quran. Kalau pun kita bilang Qur'an itu buku sains, ya cuma pujian saja sifatnya. Pada hakikatnya Al-Quran tidak berisi rumus matematika, kimia, fisika apalagi algoritma.
Kurang tepat lah itu. Tapi katakan saja bahwa Al-Quran ini banyak memotivasi orang, sehingga bisa sedemikian produktif dalam bidangnya masing-masing.
Salah satunya merangsang para ilmuwan muslim di abad pertengahan dalam melakukan berbagai penelitian di bidang sains. Dan berhasil menorehkan sejarah.
NOTE
Mari kita adjusting ulang berbagai informasi seputar Ulumul Quran, biar pemahaman kita tambah presisi.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
Kajian · 31 Mei 2021·