PEMIMPIN RABBANI
Abdul Wahid Alfaizin
Salah satu kepemimpinan yang diajarkan oleh Al-Qur'an adalah Kepemimpinan Rabbani seperti dijelaskan dalam QS. Ali 'Imran: 79
كُونُواْ رَبَّٰنِيِّـۧنَ بِمَا كُنتُمۡ تُعَلِّمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمۡ تَدۡرُسُونَ
“Jadilah kamu Rabbani (pengabdi-pengabdi Allah), karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!" (QS: Ali 'Imran, Ayat 79).
Ada dua karakteristik kepemimpinan Rabbani, yaitu:
Pertama, memiliki kapasitas ilmu agama dan keahlian mengatur serta mengorganisir manusia. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Al-Baghawi terkait arti Rabbani adalah
قَالَ عَلِيٌّ وَابْنُ عَبَّاسٍ وَالْحَسَنُ: كُونُوا فُقَهَاءَ عُلَمَاءَ -الى ان قال- وَقِيلَ: الرَّبَّانِيُّونَ فَوْقَ الْأَحْبَارِ، وَالْأَحْبَارُ: الْعُلَمَاءُ، وَالرَّبَّانِيُّونَ: الَّذِينَ جَمَعُوا مَعَ الْعِلْمِ الْبَصَارَةَ بِسِيَاسَةِ النَّاسِ.
[البغوي ، أبو محمد، تفسير البغوي - طيبة، ٦٠/٢]
"Menurut Ali, Ibn Abbas, dan Al-Hasan arti Rabbani adalah ulama' yang memahami hukum agama. Menurut sebagian pendapat adalah orang yang selain memiliki ilmu juga memiliki kemampuan mengatur manusia"
Kedua, selalu melakukan aktualisasi diri karena ciri utama Rabbani adalah mengajar dan belajar (تُعَلِّمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمۡ تَدۡرُسُونَ). Pemimpin Rabbani tidak boleh selalu puas dengan pengetahuan yang dia miliki. Tapi juga harus selalu meng-update kemampuan dan wawasannya. Selain itu, dia juga tidak hanya bisa memerintahkan namun juga siap mendengarkan. Wallahu A'lam
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahid Alfaizin
26 April 2021