Perang Saudara
Salah satu titik kelemahan umat Islam adalah suka perang dengan saudara sendiri. Penjajahan di negeri kita bisa rada awet bertahan, salah satu faktornya karena kita mudah diadu-domba. Doyan perang meski musuhnya saudanya sendiri.
Pecah belah dan jajah, Devide at Impera. Cara keji macam ini sangat meringankan penjajah untuk bisa tetap terus bertahan mencengkram kan kekuasaannya.
Tentu penjajah sudah bisa membaca dengan baik, isu apa saja yang mudah menyulut perpecahan di tengah umat.
Karena penjajah sebelum berani datang menjajah, pasti sudah survey panjang kali lebar terkait perilaku bangsa yang mau dijajahnya.
Ibarat kawanan perampok bank, mereka pasti sudah lama mengamati, mempelajari dan survey sebelumnya, sebelum menjalankan aksi kriminal mereka.
Bangsa-bangsa muslim di dunia itu dipelajari karakternya. Ditelaah titik-titik lemahnya, dianalisa pula potensinya. Pakai otak juga untuk bisa menjajah, jangan dikira asal ngejajah.
Urusan memecah belah umat Islam, di berbagai lokasi bisa terbaca dengan mudah. Misalnya isu-isu yang sifatnya berbau identitas.
Dulu penjajah biasa angkat isu khilafiyah ritual ibadah, macam bid'ahnya qunut shubuh, jumlah rakaat tarawih, haramnya maulid, haramnya kuburan dekat masjid. Dan sederet daftar panjang lainnya.
Memang di kalangan umat Islam sendiri para ulamanyq berbeda pendapat. Namun oleh penjajah, potensi khilafiyah ini dienginering alias direkayasa sedemikian rupa, sehingga bisa dijadikan mesiu dan amunisi perang saudara.
Kalau di zaman modern ini, isu yang mudah meletupkan perang saudara, khususnya di Timur Tengah, adalah isu syiah, khilafah, aliran sesat, kristenisasi, yang sering juga bercampur dengan kepentingan penguasaan atas ladang-ladang minyak dan kekayaan alam lain.
Perang saudara yang timbul bisa menelan beribu-ribu korban nyawa. Dan pastinya juga melibatkan uang dan dana yang amat besar. Sebab industri senjata pasti ikut terlibat di dalamnya.
Dan pastinya juga melibatkan secara langsung para cukong yang memodali peperangan, untuk bisa mengangguk keuntungan.
Nantinya para guru sejarah di masa depan akan sangat kebingungan bagaimana harus menjelaskan kepada muridnya tentang sebab-sebab terjadinya perang saudara itu.
Murid-murid dan mahasiswa jurusan sejarah di masa depan, dimana mereka tidak mengalami langsung situasinya, pasti akan panjang berdebat, kok cuma urusan kayak gitu saja bisa terjadi perang yang panjang dan lama?
Kita disini pun masih bingung kalau disuruh menjelaskan situasi perang di berbagai belahan dunia Islam. Sebutlah misalnya Suriah, kok sampai terjadi gelombang pengungsian besar-besaran, memangnya negara mereka dijajah oleh bangsa kafir yang mana?
Ternyata tidak ada negara kafir yang jadi penjajahnya. Perangnya perang sesama mereka sendiri. Islam Islam juga.
Mereka perang melawan saudara muslim mereka sendiri. Terus kita bingung, lah Napa sih pada perang, emangnya ngeributin apaan sih?
Tidak jelas, seperti tidak jelasnya tawuran pelajar antar sekolah di Jakarta. Saya beberapa kali terjebak di tengah tawuran pelajar. Mobil saya lewat di jalan yang lagi pecah tawuran.
Sebelah kiri lawan sebelah kanan, saling lempar batu dan segala benda tajam beterbangan. Mau maju gak bisa, mundur apalagi. Terjebak dan hanya bisa berdoa.
Emangnya pada ngeributin apaan sih? Cewek? Basket? Kok kita gagal paham ya.
Sumber FB : Ahmad Sarwat
7 Januari 2021 pada 06.22 ·