Paket Lengkap
Dalam kajian ilmu fiqih, yang paling saya suka yang modelnya adalah paket lengkap, yaitu kajian yang lengkap dengan membedah masalah khilafiyah.
Dalam satu masalah, ada beragam pendapat. Ada yang bilang begini dan ada yang bilang begitu. Masing-masing lengkap dalilnya.
Kalau dalam dunia pers, istilahnya cover both-side alias mengkover dua sisi. Tidak hanya membela satu pihak saja, tapi pihak lain pun diberi juga ruang agar narasinya berimbang.
Dan uniknya, hampir semua masalah hukum syariah itu pasti ada masalah khilafiyahnya. Maka bagi saya, ngomongin hukum syariah, kalau tidak ada khilafiyahnya berarti bukan kajian.
Tapi buat sebagian kalangan, justru terbalik. Materi kajian model paket lengkap gitu justru jadi masalah buat mereka. Suka pada bingung sendiri. Bingung mau ikut yang mana, kok ada banyak pilihan.
Ya saya sih maklum juga, karena dari kecil saya kan sudah belajar fiqih bolak-balik. Lalu pas kuliah, jurusannya perbandingan mazhab pula. Jadi sudah tidak asing lagi dan terbiasa dengan khilafiyah.
Dan saya bisa bayangkan mereka yang dari kecil tidak pernah belajar fiqih. Seumur-umur tidak pernah belajar materi itu. Pas ketemu, kok langsung paket lengkap dengan segala khilafiyahnya. Pusing lah pastinya.
Bumi jadi terasa gonjang-ganjing. Apalagi belajar ngajinya juga kepada tokoh-tokoh yang sama sekali belum pernah mencicipi ilmu fiqih.
Jadi ngisi kajian itu model galak gitu. Ini halal itu haram. Hitam putih dan kaku. Kalau haram ya haram, tidak bisa dicampur-campur. Kira-kira begitu doktrinnya.
Kelamaan ngaji sama yang model beginian, memang jadi kaku Islamnya. Semua orang jadi salah melulu bawaannya. Cekoknya mantab.
Nara sumbernya memang rada-rada juga sih. Ngajar ilmu agama kok pakai emosi kayak mau perang. Hasilnya punya murid yang senggol bacok.
Awalnya saya curiga, kenapa suasan kajiannya harus kayak gitu. Betul-netul suasana gawat darurat.
Ternyata lama-lama saya tahu, kayak gitu tuh sebenarnya cuma aksi panggung. Disitulah kekuatan panggungnya. Kajian itu harus dibikin tegang, seolah banyak musuh, bahwa kita kaum muslimin lagi terancam oleh ini itu dan sebagainya.
Semua orang harus dicurigai. Kita selalu pasang mode waspada.
Maka pas dengerin materi fiqih khilafiyah yang memang isinya khilafiyah semua, langsung pada tegang dan pasang kuda-kuda.
Pertanyaannya jadi lucu kayak gini nih. Ustadz, berarti pendapat yang berbeda itu siapa yang jadi biang keladinya? Kenapa tidak dibunuh saja?
Biang keladi? Bunuh? Maksud Lo?
Woy ini materi khilafiyah fiqih Masbro, kagak ada urusan siapa jadi biang keladi. Dan tidak ada urusan dengan bunuh-bunuhan.
Ah dasar Luh. Jangan-jangan kebanyakan makan sate kambing. Bawaannya mau nyeruduk melulu. Ampun dah. . .
Sumber FB : Ahmad Sarwat menambahkan foto 3D.
5 Februari 2021 pada 19.18 ·