Jihad Muttafaqun-'alaih
Biasanya istilah muttafaqun alaihi itu buat status keshahihan hadits. Kalau dishahihkan oleh Bukhari dalam Shahih Bukhari dan sekaligus dishahihkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim, maka hadits itu dapat gelar : متفق عليه.
Maksudnya disepakati keshahihannya oleh dua maestro kritikus hadits, Bukhari dan Muslim.
Tapi kalau jihad kok berstatus muttafaqun alaihi, ini maksudnya apa?
Jadi gini ya, kan tidak semua hadits itu Shahih, ada juga yang melorot jadi Hasan bahkan dhaif. Malah ada juga yang palsu dan tidak kita akui sebagai perkataan atau perbuatan Nabi SAW.
Nah urusan jihad begitu juga. Tidak semua jihad itu syar'i dan dibenarkan. Kalau jihad di masa kenabian, pasti lah kebenaran dan kesyariahannya muttafaqun alaihi.
Misalnya Perang Badar tahun kedua, Perang Uhud tahun ketiga, Perang knandaq tahun kelima, Perang Hudaibiyah tahun keenam, Perang Khaibar tahun ketujuh, perang Fathu Mekkah tahun kedelapan dan seterusnya.
Semuanya jihad yang syar'i, karena meski tidak semuanya diikuti Nabi SAW, tapi setidaknya atas koordinasi Beliau SAW.
Sepeninggal Nabi SAW beberapa jihad masih sangat muttafaq alaihi. Walaupun ada sebagian kecil yang agak merepotkan. Misalnya Perang Jamal dan Perang Shiffin.
Karena walaupun melibatkan para shahabat, namun konteksnya agak lain. Perang ini adalah perang saudara yang memecah para shahabat mulia ke dalam dua kubu yang saling berbunuhan.
Siapa pun guru sejarah Islam, kalau menerangkan bab ini, pasti merasakan tantangan yang tidak mudah. Sulit menjelaskan duduk perkara yang sedang terjadi.
Lebih gampang menyalahkan dan memaki-maki salah satu pihak. Lantaran kita terbiasa dengan styrotipe hitam putih benar salah.
Muawiyah bin Abu Sufyan dalam hal ini yang paling sering dipersalahkan. Umumnya kita lebih membela Ali. Guru sejarah Islam biasanya rada sering terjebak di bagian ini.
Tapi bagaimana dengan ibunda mukminin Aisyah radhiyallahunha. Beliau itu naik unta ikut perang melawan . . . Ali bin Abi Thalib.
Wah ini gimana ya cara menjelaskannya dengan cara yang seadil-adilnya tanpa melukai sosok-sosok yang kita cintai. Kita cinta Ali sekaligus kita juga cinta Aisyah. Kan kita bukan Syiah yang cinta Ali tapi benci Aisyah.
Runyam lah urusannya. Mending cerita Perang Badar saja. Jagoannya 314 orang muslim dan lawannya 1000-an orang kafir. Menghabisi mereka itu sederhana logikanya.
Tapi jihad-jihad yang melibatkan dua kubu sama-sama muslim, sungguh bikin pusing kepala. Katakanlah kita mau bersikap adil posisi di tengha-tengah.
Tapi teman kita tidak suka. Dia pasti akan memprovokasi kita untuk membela salah satu pihak sambil ngotot ingin menjelekkan yang lain.
Inilah masalahnya kalau bicara jihad yang tidak muttafaqun alaihi. Makanya dalam teks sejarah, sekelas Perang Jamal dan Shiffin itu lebih sering disebut dengan istilah : Fitnah. فتنة بين الصحابة
Sumber FB : Ahmad Sarwat
29 Januari 2021 pada 09.01 ·