Dakwah dan Taklim
Banyak kalangan yang kesulitan membedakan antara dakwah dan taklim. Pokoknya semua ceramah agama dibilang dakwah sekaligus taklim. Padahal antara dakwah dan taklim itu beda jauh.
Dakwah itu artinya mengajak. Taklim itu artinya mendalami ilmu. Beda jauh sejak dari makna bahasa.
Dakwah itu mengajak dalam arti luas dan umum, tidak hanya lewat panggung ceramah dan orasi. Tapi memang lebih dikenal dengan ceramah agama.
Pelakunya bebas, boleh siapa saja. Tidak harus yang menguasai satu disiplin ilmu agama tertentu. Jadi bisa saja yang berdakwah itu muallaf yang umur keislamannya baru sebulan dua bulan.
Atau bisa juga nara sumbernya justru dari kalangan artis, penyanyi, badut, pedangdut, pesulap, pelawak, motivator bahkan politisi, pejabat, baik yang masih aktif atau pun mantan pejabat yang sudah post power syndrome.
Untuk permainan di level ini, beberapa gelar yang rada fake bisa dimainkan. Setidaknya buat menaikkan promosi dan nilai jual. Setidaknya bisa pakai istilah ustadz, GUS, habib atau sekedar da'i.
Karena bersifat ajakan, maka audience dakwah itu biasanya sangat umum, bisa siapa saja, tidak ada batasan.
Dan inti dari dakwah itu sekedar memberi semangat, gairah dan motivasi. Biasanya hanya sampai disitu.
TAKLIM
Lain dengan taklim yang dibatasi hanya dalam ruang lingkup ilmu-ilmu keislaman. Ilmu itu ada sumber aslinya, bukan hasil ngarang bebas, juga bukan kreatifitas personal.
Ilmu itu tidak bisa didapat secara sekilas lintas, tapi kudu lewat jalur pendidikan berjenjang. Mulai dari TK ke SD lalu ke SMP dan SMA hingga Perguruan Tinggi S1 S2 dan S3.
Tidak boleh ada guru ngajar TK kecuali sudah lulus sekolah guru TK. Tidak boleh guru ngajar murid di SD SMP SMA kecuali lulusan sekolah pendidikan guru.
Begitu juga dengan taklim, yang boleh jadi Nara sumber hanya dari kalangan yang sebelumnya sudah melewati semua jenjang pendidikan ilmu-ilmu keislaman.
Kalau pun ada gelar, sifatnya lebih akademik, dan bukan gelar yang sifatnya sosial. Gelar akademik tentu lebih spesifik, bukan sekedar disematkan oleh masyarakat. Gelarnya didapat lewat karya ilmiyah yang teruji oleh pakar di bidangnya.
Jadi jelas sekali beda antara dakwah yang intinya sekedar memberi motivasi dengan taklim ilmu keislaman.
Dalam hadits Nabawi, taklim itu sangat didewakan, hinga dapat fasilitas akan dimudahkan masuk surga.
من سلك طريقا يبتغي فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة
Orang yang menelusuri jalan demi untuk menuntut ilmu maka Allah mudahkan jalannya ke surga.
وإن الملائكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضا بما يصنع
Bahwa para malaikat memayungi dengan sayapnya kepada penuntut ilmu, karena Ridha atas apa yang mereka pelajari.
وإن العالم ليستغفر له من في السموات ومن في الأرض حتى الحيتان في الماء
Dan bahwa seorang yang ahli ilmu selalu dimintakan ampunan oleh segala makhluk di langit dan di bumi, bahkan makhluk di bawah air pun ikut juga.
وفضل العالم على العابد كفضل القمر على سائر الكواكب
Keunggulan seorang alim dibandingkan dengan tukang ibadah bagaikan bulan bulat besar di kelilingi bintang berkedip kecil-kecil.
وإن العلماء ورثة الأنبياء وإن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما وإنما ورثوا العلم فمن أخذه أخذ بحظ وافر
Para ahli ilmu keislaman adalah penerima harta warisan yang sah dari para nabi. Namun para nabi tidak mewariskan Dinar dirham, mereka mewariskan ilmu. Orang yang berhasil menyerap ilmu yang diwariskan, jelas dia untung besar sekali.
» (رواه أبو داود والترمذي).
Bagaimana dengan dakwah?
Dakwah adalah sebaik-baik perkataan sebagaimana firman Allah SWT :
ومن أحسن قولا ممن دعا إلى الله
Dan apakah yang lebih baik dari perkataan yang mengajak kepada Allah.
Sumber FB : Ahmad Sarwat
21 Januari 2021 pada 06.31 ·