Mengapa Berat Menerima Perbedaan?Salah satunya karena terlanjur mengklaim sebagai satu-satunya pemilik kebenaran.
Dan saya pun pernah mengalami masa-masa itu. Dulu banget sih, tapi masih terngiang terus sampai hari ini.
Dulu saya ngotot bahwa Nabi SAW shalat malam tidak lebih dari 11 rakaat, baik di Ramadhan atau di luar Ramadhan. Maka tarawih 20 rokaat itu tidak sesuai sunnah menurut saya kala itu.
Bahwa Umar tarawih 20 rakaat, tidak bisa dijadikan rujukan. Umar kan bukan seorang nab yang maksum.Umar itu bisa salah karena dia manusia biasa. Lagian panutan kita bukan Umar.
Tapi waktu kuliah Fakultas Syariah saya dapat mata kuliah Fiqih, membahas bab Shalat Tarawih. Ternyata 4 mazhab semuanya berpendapat bahwa tarawih itu 20 rakaat.
Alasannya karena semua merujuk kepada praktek tarawihnya umat Islam di seluruh dunia, baik di masa Umar, Utsman, Ali dan juga di semua masa khilafah islamiyah sepanjang 14 abad hingga hari ini.
Malahan Mekkah dan Madinah pun masih 20 rakaat juga sampai hari ini.
Disitulah saya bingung, bingung sekali bahkan. Masak saya mau bilang bahwa seluruh umat Islam sedunia, termasuk para shahabat, tidak ada yang benar shalat tarawihnya? Masak cuma saya sendiri yang mengerti sunnah?
Memang sih di Jakarta beberapa masjid menerapkan 11 rakaat, konon ngakunya itu yang sesuai sunnah.
Tapi bagaimana dengan masjid Al-Haram Mekkah dan masjid Nabawi di Madinah? Apakah mereka tidak sesuai sunnah?
Baru saya mikir lama sekali disitu. Sebab sudah sejak SMP saya berhenti tarawih di masjid depan rumah yang 20 rakaat. Alasan saya karena tidak sesuai sunnah.
Tapi tahun 1997 saya umrah Ramadhan dan mengalami langsung tarawih 20 rakaat, plus tahajjud 8 rakaat plus witir 3 rakaat.
Wah kok saya balik lagi jadi 23 rakaat? Saya tidak habis fikir. Saya kira saya sudah sampai ke puncak ilmu agama, ternyata saya bukan siapa-siapa.
Dan sejak itu saya jadi lebih hati-hati dalam berpendapat. Tidak mentang-mentang saya meyakini kebenaran satu hal, berarti itulah satu-satunya kebenaran.
Dan di soal-soal ujian di LIPIA itu sudah benar : Sebutkan perbedaan pendapat para ulama dalam masalah rakaat tarawih dan sebutkan dalil masing-masing.
Tidak ada soal yang menanyakan : apa pendapatmu wahai anak semester satu. Yang ditanyakan itu pendapat ulama, bukan pendapat saya.
Baca juga kajian tentang ikhtilaf berikut :
-
Ucapan Selamat Tahun Baru Islam Bid'ah?
-
Shalat Jumat Tidak Di Masjid Sahkah?
-
Hadisnya Sama Tapi Penafsirannya Berbeda
-
Dalil Boleh Sama, Tapi Pemahaman Bisa Jadi Berbeda
-
Kemuliaan Nasab atau Kemuliaan Ilmu?
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
6 Oktober 2020·
beberapa komentar :
As Salaf Ash Shalih
Sangat mencerahkan tadz
Abdul Hamid Barun
Hehe,,saya semakin kesini mikirnya jadi anu ustadz, 'ngelakoni' yang kita yakini saja masih bolong2 tidak karuan, kok msh bisa punya waktu luang utk ngusilin yg beda..nggak tahu bener apa salah..😆🙏🏻
Ahmad Sarwat
Abdul Hamid Barun buat sebagian kalangan kajian perbedaan mazhab dianggap 'mengusili'. Tapi buat saya yang kuliah di Fakultas Syariah jurusan perbandingan mazhab, masalah ini bukan urusan usil atau tidak usil. Tapi ini adalah fenomena dan fakta nyata yang tidak bisa dinafikan atau kita pungkiri.
Bahwa kebenaran itu tidak hanya satu, tapi bisa banyak, khususnya dalam bab fiqih. Makanya ada jurusan perbandingan mazhab. Ini kajian ilmiyah, bukan usil
Ana Appona Petta Suherah
Makasih pencerahannya ustadz...
Didik DidikAkhmadi
Titik baliknya ketika Tarawih di Mekkah, Ustadz?😀🙏
Ahmad Sarwat
Didik DidikAkhmadi benar sekali
Sigit Abana Zaffan
Saya merasa adanya ajakan diskusi publik sangat perlu juga dilayangkan kepada pihak2 yg dicurigai pembuat gaduh karena merasa paling benar sendiri
Aisyah Aisyah
Masalah berat menerima perbedaan pendapat Sprti ini, banyak yg mengalaminya, banyak bgt tema² perbedaannya, ttg sholat terawih adalah salah satu tema perbedaan yg sampai skrg pun byk yg mengalaminya. Dengan bertambahnya usia dan ilmu akan membuat seseorang bertambah bijak bersikap atas perbedaan apapun
Tubagus Habiburrahman
Penting untuk kita semua
Muhammad Irhandy Dalimunthe
“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing”
Mereka pakai hadist ini ustad, mengira mereka orang benar karena asing/berbeda dari kebanyakan orang.
Ian Sudiana
Betul, ada juga yang ngaku2 meniru langsung Nabi. Tapi prakteknya berbanding terbalik, saya cuma senyum2 aja ngadepinnya
Muhammad Khadafi
Semua trgantung apa masalah perbedaannya mas...Kalo masalah furu' tentu saya spndapat sama mas sarwat....tp trkait aqidah...masa mau kita sepakati apa yg mnjadi argumentasi dan dalil yg dipakai oleh Syiah....??
Ahmad Sarwat
Muhammad Khadafi dalam kajian fiqih perbedaan pendapat, kita mengenal ada wilayah yang boleh kita berbeda dan ada yang tidak boleh berbeda. Kalau urusan yang fundamental, maka kita tidak boleh berbeda.
Dalam mengkaji Syiah itu ada wilayah yang fundamental dan kita tidak bisa menerima, karena dalam pandangan kita, itu bukan perbedaan pendapat tapi merupakan penyimpangan aqidah.
Tapi ada juga wilayah-wilayah yang hanya sebatas perbedaan pendapat, seperti urusan rakaat tarawih itu.
Elan Sajati
Saya kira masih banyak diantara kita yng masih rancu dlm memahami sunnah sbg salah satu hukum taklifi dg sunnah sbg salah satu sumber hukum dlm ilmu ushul fiqh 🖒🖒
Angling Surya Perdana
Kalau dari pengalaman saya yg sangat awam biasanya yg dipakai hadist "umat Islam akan pecah menjadi 73 golongan" jadi kalau beda berarti tidak masuk golongannya
Imra Ilyas
Karena kurangnya ke ilmuan di bidang yang ada perbedaan, makanya keliru dalam menyikapi perbedaan tersebut. Kurang ilmu berarti juga kurang referensi...
Omay Abdul Muchlis
Barakallahu fiikum jazakumullahu khairan katsiraan atas berbagi ilmunya semoga Allah menjaga-Nya dan melindungi-Nya ustadz dan keluarga.
Akhmad Kanzul Fikri
Terimakasih ilmu2 yg telah njenengan share, ust. Jazakumullah 🤲
Muhammad Zulfikar
Assalamualaikum Ustadz Ahmad Sarwat. Semoga Ustadz selalu diberkahi. Ustadz, barangkali berkenan mengupas tuntas masalah kawin kontrak... Terima kasih jazakumulloh
Azizah Damayanti Jauhari
Kehati-hatian njenengan sebagaimana dipraktekkan oleh ustadz Abdul Somad. "Bukan kata saya, tapi kata ulama ini, di dalam bukunya judulnya ini...."
Abdullah Muhammad
izin share dan terima kasih ilmunya Ustadz.🙏