TERLALU GE-'ER
Jika ada seorang profesor yang keilmuan dan karya-karyanya telah diakui oleh para ilmuan di kancah internasional berkata : “Jika dalam karya-karya saya ada kesalahan, mohon dikoreksi dan jangan diikuti, lempar saja ke tembok”, maka kalimat ini ditujukan untuk para akademisi yang memiliki keilmuan yang memadahi untuk melakukan analisa atau kritik. Ya, paling tidak sekelas profesor juga atau minimal doktor ‘rasa’ profesor. Bukan ditujukan untuk level anak TK atau SD. Konteks seperti ini telah dipahami dan dimaklumi, walaupun sang profesor tidak menjelaskannya secara rinci.
Ini sebagaimana ucapan para imam mujtahidin (ahli ijtihad), terkhusus mereka yang sampai kepada level mujtahid mutlak seperti Imam mazhab yang empat, yaitu : imam Abu Hanifah, Malik bin Anas, Asy-Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal : “Jika ada pendapatku yang bertentangan dengan hadis shahih, maka lempar pendapatku ke tembok dan beramalah dengan hadis shahih tersebut.”
Kita jangan terlalu “ge-'er” alias kepedean bahwa kalimat itu ditujukan untuk orang awam macam kita. Kalimat itu ditujukan kepada para ulama ahli ijtihad yang selevel atau minimal mendekati level mereka. Para ulama secara umum yang tidak sampai level mujtahid saja tidak masuk dalam kelompok ini, apalagi cuma kita.
Tradisi kritik yang terjadi di kalangan para ulama sejak dulu, berjalan di atas norma ini. Yang mengkritik imam Al-Bukhari (shahih Al-Bukhari), adalah semisal imam Ad-Daruquthni karena keduanya selevel. Demikian juga yang terjadi di kalangan para ulama ahli fiqh.
Amat sangat tidak elok seorang yang tidak memiliki kapasitas dan kapabilitas apapun, mengritik para imam ahli ijtihad dengan alasan ucapan para imam yang telah disebutkan di atas. Ini ibarat kambing menanduk gunung. Tidak berefek sama sekali. Kalau tanduk kambingnya yang patah, sangat mungkin. Andai nekat mengkritikpun, hanya akan jadi bahan olok-olokan di kalangan akademisi.
Sekitar tiga atau empat bulan yang lalu ada seorang yang pernah menyampaikan ke saya, bahwa banyak hadis-hadis dalam Shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Muslim) yang bertentangan dengan mazhab Syafi’i (sepertinya beliau aktivis anti mazhab). Saya pun hanya tersenyum, kemudian saya sampaikan kepadanya untuk mendata hadis apa saja dan penjelasan para ulama yang menunjukkan akan hal itu plus referensi kitab, jilid dan halamannya. Beliau pun menyanggupi. Tapi sampai hari ini tidak pernah nonggol sama sekali. Saya pun tersenyum untuk kedua kalinya.
•| Abdullah Al-Jirani
****
Baca juga kajian ulama tentang mazhab berikut :
- Mereka Bukan Bermazhab Syafi'i
- Perbedaan Ulama Mazhab Dengan Salafi Wahabi
- Alasan Tetap Bermadzhab
- Ada Apa Dengan Madzhab?
- Madzhab adalah The Real Salaf
Sumber FB : Abdullah Al Jirani
5 Oktober 2020·