Makna Sakinah, Mawaddah dan Rahmah
Kita sering mendengar istilah sakinah, mawadah dan rahmah dalam konteks pernikahan, tapi sepertinya sedikit orang yang betul-betul paham istilah tersebut. Biasanya, pemaknaannya memakai perkiraan dan bahkan banyak yang memberikan bumbu-bumbu dramatis yang panjang lebar dalam pemaknaannya seperti saat anda membaca makna kata ini dalam buku-buku konseling, motivasi atau mau'idhah. Tapi kalau kita baca kitab-kitab tafsir dan membuang bumbu-bumbu dramatis tersebut, maka maknanya sederhana seperti ini:
1. Sakinah
Sakinah secara bahasa berarti ketenangan. Dari sini sering disangka bahwa yang dimaksud adalah ketenangan batin. Akhirnya sakinah masuk dalam doa orang-orang pada pengantin baru. Padahal ketenangan yang dimaksud bukan itu, tapi ketenangan otot-otot tubuh setelah berhubungan badan atau dalam bahasa yang agak vulgar adalah hubungan seksual.
Al-Qur'an memakai bahasa yang halus sehingga kata seksual tidak pantas digunakan di sana, maka digunakanlah kata "ketenangan" sebagai gantinya. Perhatikan ayatnya:
وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَ ٰجࣰا لِّتَسۡكُنُوۤا۟ إِلَیۡهَا
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu tenang kepadanya" [Surat Ar-Rum: 21]
Kata "agar kamu tenang kepadanya" maknanya adalah agar kamu berhubungan badan secara halal kepadanya. Menikah agar berhubungan badan ini bukan makna yang aneh sebab ia adalah tujuan primer dari pernikahan. Saking pentingnya hal ini, sampai-sampai sumpah suami untuk tidak berhubungan badan dengan istrinya dijadikan dosa yang serius dalam al-Qur'an. Dalam konteks ini, tidak pas kalau sakinah dimasukkan sebagai doa sebab sakinah dalam makna ini sudah pasti terjadi ketika sepasang suami istri menikah. Sama seperti ucapan 'kamu harus makan agar kenyang', tidak perlu diubah menjadi doa semisal 'semoga kamu kenyang dalam makanmu.'
Keberadaan pasangan di sini didahului dengan kata khalaqa (menciptakan) yang biasanya digunakan untuk konteks mencipta dari tiada menjadi ada. Maksudnya, seperti halnya Allah menciptakan langit dan bumi dari tiada, Allah sudah menciptakan pasangan bagi masing-masing orang dari tiada menjadi ada. Tujuan penciptaan pasangan adalah agar keduanya bisa berhubungan badan secara halal dan bereproduksi. Dalam proses penciptaan ini, tidak ada campur tangan manusia sehingga benar bila orang berkata bahwa jodoh sudah ditentukan sebab memang diksi yang digunakan adalah 'diciptakan'.
2. Mawaddah
Kata mawaddah adalah perasaan simpatik saat melihat nilai plus dalam diri seseorang. Ketika suami melihat nilai plus dari istrinya, semisal karena cantik, pintar, kaya, dan sebagainya, maka itulah yang disebut mawaddah. Ketika istri melihat nilai plus dari suaminya, semisal kaya, berpengaruh, tampan, gagah, bertanggung-jawab dan sebagainya, maka itulah yang disebut mawaddah. Kata mawaddah bisa diterjemah sebagai cinta, tapi bukan cinta buta tentunya tapi cinta berdasarkan melihat nilai plus yang ada di pasangan.
Penyebutan kata mawaddah di awal menunjukkan bahwa pernikahan yang ideal harus berdasarkan nilai-nilai plus yang dilihat dari diri pasangan. Kalau tidak ada nilai plusnya, maka hubungan tersebut bermasalah.
3. Rahmah
Kata rahmah adalah perasaan simpatik saat melihat nilai minus dari seseorang. Ketika anda melihat pengemis di jalan lalu anda merasa simpatik padanya sehingga memberinya bantuan, maka itulah rahmah. Sama seperti itu ketika suami/istri melihat kekurangan di diri pasangannya, tapi tetap merasa simpatik, maka itulah rahmah. Kata rahmah paling akurat diterjemah sebagai "kasihan" daripada menggunakan "kasih sayang". Dari sini anda tahu bahwa Tuhan mempunyai sifat Rahman-Rahim artinya Tuhan sangat kasihan pada hambanya meski hambanya banyak salah dan kekurangannya.
Penyebutan rahmah di akhir menunjukkan bahwa rahmah lumrahnya ada di akhir pernikahan ketika pasangan sudah tua dan terlihat aneka kekurangannya. Setidaknya di tengah pernikahan ketika kekurangan-kekurangan itu sudah mulai terlihat. Kalau rahmah ada sejak awal pernikahan, maka hubungannya bermasalah sebab didasarkan semata pada kasihan.
Kemudian, kata mawaddah dan rahmah di al-Qur'an didahului dengan kata kerja ja'ala (menjadikan). Perhatikan ayatnya:
وَمِنۡ ءَایَـٰتِهِ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَ ٰجࣰا لِّتَسۡكُنُوۤا۟ إِلَیۡهَا وَجَعَلَ بَیۡنَكُم مَّوَدَّةࣰ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِی ذَ ٰلِكَ لَـَٔایَـٰتࣲ لِّقَوۡمࣲ یَتَفَكَّرُونَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia MENJADIKAN di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." [Surat Ar-Rum: 21]
Berbeda dengan kata sakinah yang memang menjadi tujuan primer pernikahan sehingga pasti terjadi, kata mawaddah dan rahmah diawali dengan ja'ala (menjadikan) yang biasanya digunakan dalam arti membuat sesuatu dari sesuatu yang lain. Misal anda menjadikan kayu berubah menjadi kursi dan menjadikan beras berubah menjadi nasi.
Penggunaan kata ja'ala ini menandakan bahwa mawaddah dan rahmah tercipta dari bahan lain yang sudah ada sebelumnya dalam diri pasangan yang menikah. Ia tidak ujug-ujug ada diciptakan oleh Allah seperti jodoh, tapi perlu bahan baku yang bisa dijadikan bahan baku untuk memproduksi mawaddah dan rahmah. Apa bahan baku tersebut? Bahan bakunya antara lain sikap dewasa, pengertian, komunikasi yang sehat, tidak egois dan seterusnya. Dari hal-hal tersebut, Allah menjadikan tumbuhnya mawaddah dan rahmah dalam diri pasangan suami-istri. Dengan kata lain, kalau pasangan suami-istri tidak menyediakan bahannya, lumrahnya Allah tidak menjadikan mawaddah dan rahmah dalam rumah tangga mereka. Dalam konteks ini, maka keberadaan mawaddah dan rahmah merupakan sesuatu yang layak didoakan sebab memang tidak semua pernikahan memilikinya.
Sampai sini anda pasti paham bahwa jodoh itu diciptakan dan keduanya pasti berhubungan badan (ber-sakinah pada pasangannya) sebagai kebutuhan biologis. Tapi belum tentu pasangan yang berjodoh itu akan hidup harmonis dalam mawaddah dan rahmah. Sebab itu jangan heran lagi ketika anda melihat rumah tangga yang hubungannya hancur dan tidak harmonis tapi terus punya anak lagi, lagi dan lagi. Sakinah itu hasil dari penciptaan jodoh, sedangkan mawaddah dan rahmah adalah hasil dari usaha kedua pasangan untuk saling bahagia dan membahagiakan.
Semoga bermanfaat, terutama bagi kawan-kawan yang sering ditodong buat ceramah di acara pernikahan dan bagi para pengantin baru maupun lama.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad