Kenapa Pembahasan Ribuaan Tahun Lalu Terus Didebatkan?
Seorang anak ketika kecil didoktrin bahwa tuhan itu maha besar, bayangan anak kecil tentang besar itu tidak mungkin terlepas dari materi, begitu juga dengan bayangan tuhan yang kuat dianggap kuat seperti difilm-film, akhirnya ketika besar bayangan tuhan dalam pikirannya adalah makhluq yang sangat besar yang mampu melakukan segalanya.
Nah jika kesalahpahaman itu tidak diperbaiki atau dibahas lebih lanjut, maka sampai besar dia akan terus membawa bayangan tuhan masa kecilnya. Keadaan inilah yang membuat pembahasan kalamiyah yang katanya "kuno" itu akan selalu perlu untuk dibahas, selama manusia masih terus mencari tuhan maka pembahasan ini selalu penting dan relevan
Dan masalah ini tidak hanya berlaku zaman sekarang atau zaman aristoteles, tidak juga terbatas di cina atau di arab, tidak pula dinegara maju atau terbelakang, tapi seluruh orang didunia yang berbicara tentang tuhan atau mencari jati diri pasti menghadapi masalah yang sama, karena selamanya manusia tetaplah manusia, makhluk spritualitas
Makanya sampai detik ini masalah ketuhanan masih terus dibahas, dan jadi perbincangan di seluruh dunia, dan menempati salah satu pembahasan paling penting dalam ilmu filsafat, bahkan dibidang hukum, sains, dll, baik bagi yang percaya dengan tuhan atau tidak, jadi bukan hanya umat islam yang menyibukkan diri pada pembahasan "ribuan tahun lalu dan itu-itu aja", dipusat peradaban dunia seperti eropa atau amerika perdebatan masalah ketuhanan masih terus berlanjut
Jadi pernyataan "amerika udah sampai ke mars dan kita masih membahas maslaah yang udah dibahas ratusan tahun lalu, udahlah jangan diperdebatkan lagi" itu agak konyol, karena negara yang naik kebulan itu juga masih mencari tuhan mana yang benar, dan bahkan punya organisasi dan lembaga khusus baik resmi seperti universitas atau diluar itu yang masih memperdebatkan masalah ketuhanan, karena pembahasan ini tidak akan pernah mati.
Negara sebesar rusia dan amerika sampai saat ini masih menempatkan tuhan sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan mereka, tak jarang "memanfaatkannya" sebagai isu kampanye, terlepas apapun tuhannya, terlepas dari mereka sebenarnya percaya atau tidak. Jadi masalah ini terus relevan, lintas zaman dan selalu berulang. Makanya para nabi terus di utus dari waktu ke waktu, karena apa? Memperbaiki dan mengarahkan manusia pada zamannya yang telah melenceng dari pemahaman mereka tentang ketuhanan.
Dan masalah yang dihadapin juga sama atau mirip lah, karena pada akhirnya manusia tetap manusia dan akal manusia tetap akal manusia, hanya saja penampilan luar berbeda, ada yang menganggap tuhan itu memiliki bentuk materi mulai dari level musyabihah, mujasimah, bahkan wasaniyun (penyembah berhala) dan dari dulu sampai sekarang ada, ada juga yang menganggap tuhan itu tidak ada dari dulu sampai sekarang ada, itu bukan sesuatu yang modern atau penemuan baru, dari dulu sudah ada
Begitu juga orang yang menganggap bahwa tuhan itu bisa menjadi makhluq tertentu dari dulu sampai sekarang ada. Ada yang mengatakan bahwa semesta ini adalah tuhan sendiri itu juga dari dulu ada. Ada yang mengatakan bahwa tuhan bersatu dengan kita dari dulu sampai sekarang juga ada, dst. Jadi masalah pengingkaran tuhan dan penuhanan sesuatu yang bukan tuhan, masih terus diperdebatkan, diyakini dan dibela. Dan akan terus seperti itu.
Gak ada yang berbeda karena manusia tetap lah manusia. Sifatnya sama, masalahnya, akalnya sama, nafsunya, cuma bentuk saja yang berbeda, inti masalahnya sama. Makanya kisah para nabi dalam alquran dan hadis itu sudah lebih dari cukup untuk menjadi teladan manusia dalam menghadapi masalah dalam hidupnya, karena itu-itu saja, yang terulang itu sepanjang masa, setiap nabi menghadapi suatu masalah yang pasti akan kita hadapi dimasa depan, termasuk masalah pengingkaran tuhan, salah paham tentang sifat ketuhanan atau salah menuhankan, dll. Masalah lama dengan baju baru saja
Sebagai penerus tugas kenabian yang salah satu tugasnya adalah mengingatkan dan memperbaiki manusia yang salah paham tentang tuhan yang sebenarnya dan menunjukan kearah itu, maka para ulama islam dibebankan untuk meneruskan tugas nabi untuk menunjukan jalan yang mengenal tuhan yang haq. Jika ada kesalahan pada seorang dalam memahami tuhan maka akan diperbaiki dengan cara yang diwariskan para nabi, dalam proses perbaikan itu maka jika ada perdebatan itu hal yang wajar
Jadi, kenapa harus sensi kepada sebuah proses berfikir? Apalagi dihubungkan dengan naik ke mars, ga nyambung!! Bahkan jika manusia naik ke mars sekalipun maka pembahasan ini akan terus berlanjut dengan orang yang berbeda, karena setiap manusia dalam hidupnya mesti memutuskan akan bertuhan atau tidak, atau menemukan tuhan yang sebenarnya atau tuhan yang salah yang cuma ada dalam bayangannya.
Makanya jika melihat debat ketuhanan ya gak perlu baper, ambil pelajaran kalau memang ingin nambah ilmu atau tinggalkan kalau memang menurut anda tidak penting, ya karena manusia memang butuh pada masalah ini, tapi nyinyir pada yang berdiskusi dalam masalah ini sampai bawa-bawa planet mars ya itu konyol, silahkan saja anda jadi astronot ke planet mars bahkan planet namec sekalipun.
Siapa tau diplanet namec kita mendapatkan picolo dan dende lagi diskusi juga masalah siapa yang menciptakan planet namec, haha. Disana bisa jadi juga ada paham mujasimah, hulul, dll. Karena manusia selamanya manusia tetap manusia. Mereka selalu ingin tahu tentang hakikat kehidupan, jika hakikat alam ini memang benar tuhan itu ada apa yang harus dilakukan, dan jika tidak ada apa yang harus dilakukan, jika tuhan ada bagaimana kalau aku salah dalam mengenal tuhan. Atau jika tuhan tidak ada aku ngapain?
Karena ketiga hal itu merupakan pertanyaan besar filsafat, manusia selalu menanyakan hakikat tiga hal ini. Dan fitrahnya, mereka gak akan puas jika gak menemukan jawabannya, bahkan jika menemukan jawabannya tapi bukan jawaban yang benar, maka dia akan selalu bingung karena ada yang mengganjal daalam pikiran dan hatinya. 3 pertanyaan itu adalah:
Asalku itu darimana?
Apa yang harus kulakukan selama hidupku?
Kemana aku setelah mati nanti?
Pada akhirnya manusia tetap manusia, mereka adalah makhluk spritual. Selama mereka manusia perdebatan tentang eksistensinya ini adalah sebuah keniscayaan. Dan pengingkaran pada tuhan, pengakuan pada tuhan, kesalahan dalam memahami tuhan, kebenaran dalam memahami tuhan, salah dalam menuhankan, benar dalam menuhankan, keraguan pada tuhan, dst, merupakan bagian pembahasan penting dari 3 pertanyaan besar itu. Manusia selalu memperdebatkannya, lalu mereka terbagi pada masing-masing jawaban. Dan itu akan selalu relevan dan penting untuk dibahas, karena mereka makhluk spritual
#repost
Sumber FB Ustadz : Fauzan Inzaghi