DATANGLAH DI MAJELIS ILMU LAKSANA MAJELISNYA PARA ANBIYA'
Al-Imam Abu Sa'id Al-Hasan ibn Abi Al-Hasan Yasar Al-Bashri atau masyhur dengan nama Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah (wafat 15 Oktober 728 M di Basrah Iraq dalam usia 86 tahun).
Beliau seorang ulama Tabi'in (generasi Salafus sholih setelah sahabat). Imam Hasan Al-Bashri pernah berguru kepada beberapa orang sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, sehingga dia muncul sebagai Ulama terkemuka dalam peradaban Islam, diantara guru²nya antara lain : Utsman bin Affan radhiyallahu anhu (wafat 656 M di Jannatul Baqi' Madinah), Abdullah bin Abbas radliyallahu anhu (wafat 687 M di Kota Thai), Ali bin Abi Talib karromallahu wajhah (wafat 661 M di Kufah Iraq), Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu anhu (wafat 665 M di Kufah Iraq), Anas bin Malik Al-Anshari radliyallahu anhu (wafat 709 M di Basrah Iraq), Jabir bin Abdullah Al-Anshari Radhiyallahu Anhu (wafat 697 M di Jannatul Baqi' Madinah) and Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu (wafat 693 M di Makkah).
Menurut Imam Ibnu Hibban Al-Busti rahimahullah (wafat 965 M di Afghanistan), guru²nya Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah dari golongan sahabat nabi adalah Abdullah bin Umar, Anas bin Malik, Abdullah bin Mughaffal Al-Muzani Radhiyallahu Anhu (wafat 667 M di Basrah Iraq), ‘Amru bin Taghlib radhiyallahu anhu, Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu anhu (wafat 685 M, Marw, Turkmenistan) dan masih banyak lagi. Imam Hasan Al-Bashri telah menimba ilmu kepada 120 tokoh dari golongan sahabat. (Kitab Ats-Tsiqqat; Beirut : Dar Fikr, 1996, volume IV : 123).
Sebagai salah satu tokoh hadits dan sufi penting dalam dunia Islam, nasehat²nya yg bijaksana, banyak dinukil para generasi ulama setelahnya. Bila dirunut dari latar belakang keluarganya, Imam Hasan Al-Bashri bukanlah anak seorang raja ataupun kalangan tokoh terpandang melainkan hanya seorang anak dari hamba sahaya milik Zaid bin Tsabit. Ayah Hasan Al-Bashri bernama Yasar berasal dari daerah Maisan, pinggiran kota Bashrah di negara Irak. Dahulu daerah Maisan ditaklukkan umat Islam pada tahun 12 H / 633 M, di bawah kepemimpinan Panglima Abu Sulaiman Khalid bin Walid Al-Makhzumi radhiyallahu anhu (wafat 642 M di Homs Suriah umur 57 tahun).
Sedangkan, ibunya adalah hamba sahaya milik Ummu Salamah, istri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Sejak kecil, Hasan Al-Bashri telah mendapatkan berkah doa dan kasih sayang dari para kekasih Allah subhanahu wa ta'ala.
Imam Adz-Dzahabi Al-Fariqi Asy-Syafi'i rahimahullah (wafat 4 Februari 1348 M, Damaskus, Suriah) meriwayatkan :
"Pernah suatu ketika di masa balita, ia ditinggal bekerja oleh ibunya. Iba melihat Hasan Al-Bashri kecil menangis, maka istri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, Ummul Mukminin Sayyidah Ummu Salamah radhiyallahu anha (wafat 680 M di Jannatul Baqi' Madinah) menimangnya serta menyusuinya. Begitu juga, ketika ia masih kecil, Sayyidina Umar bin Khattab radliyallahu anhu (wafat 644 M di masjid Madinah) mendoakannya : “Ya Allah, ajarkanlah ilmu agama kepada anak kecil ini dan buatlah umat mencintainya”. (Kitab Siyar A’lam An-Nubala’, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah 2007, volume IV : 565).
Pesan
Dalam Kitab Mawai’zh Lil Imam Al-Hasan Al-Bashri, halaman 185), Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah menyampaikan pesan :
"Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, bukan berarti aku orang yg terbaik diantara kalian, bukan pula orang yg paling shalih di antara kalian.Sungguh, akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya.
Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yg sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat. Akan menjadi sedikit jumlah orang yg mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang² yg berdakwah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada yg mengajak untuk mentaati-Nya, tidak pula melarang dari bermaksiat kepada-Nya.
Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin, sebagian memperingatkan kepada sebagian yg lain, niscaya hati² orang² yg bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta rasa aman dari lupa dan kekhilafan.
Maka terus meneruslah -semoga Allah mengampuni kalian- engkau berada pada majelis² dzikir (majelis ilmu), bisa jadi satu kata yang terdengar merendahkan diri kita sangat bermanfaat bagi kita. Bertaqwalah kalian semua kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar²nya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.”
Kita tidak patut meremehkan majelis ilmu, hendaknya menghargai atau menghormati bahkan hadir langsung di majelis² ilmu, tempat berkumpul orang² yg menuntut Ilmu, disitulah yg mereka bahas adalah ilmu, disampaikan pelajaran kitab² misalnya atau disitu ada nasihat berarti itu adalah majalisul ilmi tempat² duduk atau tempat berkumpul mempelajari ilmu agama ini.
Maka termasuk pengagungan terhadap ilmu kalau memang majelis tersebut ada sesuatu yang berkaitan dengan ilmu maka harus kita hargai majelis tersebut
وإجلال أوعيته
"demikian pula mengagungkan wadah² dari ilmu".
Jika ada tempat² menuntut ilmu, berarti disana ada wadah mulia untuk menyimpan dan mengkaji ilmu, contoh misalnya kitab²nya para ulama, kitab² yg dikaji ini adalah wadah untuk menyimpan dan melestarikan ilmu, yg harus didukung oleh kaum muslimin. Agar ilmu sebagai bentuk warisan nabi terus lestari menghiasi amal dan peradaban Islam.
فمجالس العلماء كمجالس الأنبياء
"Maka, majelis² para ulama kata beliau adalah seperti majelis² para nabi, di situ disebutkan hukum² Allah subhanahu wa ta'ala".
قال سهل بن عبد الله: من أراد أن ينظر إلى مجالس الأنبياء فلينظر إلى مجالس العلماء
"Barang siapa yg ingin melihat majelisnya para nabi, dan kita tidak pernah kita melihat majelisnya para nabi, silakan melihat majelisnya para ulama. kurang lebih demikian majelisnya para nabi dahulu, qalallahu qala rasul ikhtilaf ulama yg rajih (kuat) dan seterusnya. Demikianlah majelisnya para Anbiya dipenuhi dengan keberkahan.
Itulah gambaran dari majelis ilmu, ada yg datang bertanya bagaimana hukumnya ini, bagaimana yg kuat diantara pendapat² tersebut. Al-Imam Sahl bin 'Abdillah At-Tustari rahimahullah (wafat 896 M, Basrah Irak) mengatakan :
وليس هٰذا إلا لنبيٍّ أو لعالمٍ
"Yang demikian tidaklah ada kecuali bagi seorang nabi atau seorang yg alim".
Majelis seperti ini terjadi dialog seperti itu hanya terjadi pada majelis seorang nabi atau majelisnya orang² yg mewarisi nabi yaitu para ulama, para ulama itu adalah pewaris para nabi, keadaan seperti ini suasana seperti ini hanya pada majelisnya seorang nabi atau majelisnya seorang ulama.
فاعرفوا لهم ذلك
"maka hendaklah kalian mengetahui keutamaan mereka".
Karena majelis seperti ini hanya ada dua kemungkinan, mungkin itu adalah seperti majelisnya seorang nabi atau majelisnya seorang ulama (‘alim), kalau kita mengetahui yg demikian bahwasannya majelis ulama ini seperti majelis para anbiya, maka hendaklah kita mengetahui dan menghargai serta menghadiri majelis² ilmu.
Kalau kita memang ingin mendapatkan ilmu, maka hendaklah kita menghargai dan menghormati majelis tersebut, jangan kita samakan majelis ilmu tersebut dengan kalau kita sedang bermajelis ngobrol dengan teman kita atau dengan keluarga kita, harus kita bedakan kalau memang kita ingin mendapatkan ilmu agama.
Para ulama salaf kita adalah orang-orang yang sangat bersemangat dalam mendatangi pengajian. Mereka berlomba² menjadi orang yg pertama kali mendatangi majelis ilmu dan tidak ingin terlambat sedetik pun. Di antara mereka bahkan rela menunggu sehari sebelumnya agar tidak terlambat dalam menuntut ilmu.
Kita perlu untuk mengambil ilmu dari seorang penyeru kebenaran. Dari seorang yg hari²nya dihiasi dengan kebijaksanaan. Sebab, ilmu yg seharusnya kita peroleh, haruslah dari sebuah pengajian atau majelis nya orang² 'Alim yg pada dasarnya, ia mempunyai sanad keilmuan yg bersambung dengan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam; bukan diperoleh dari internet yg belum pasti kevaliditasannya dan tiada keberkahan mujalasah bil 'ilmi.
Seorang ulama salaf berkata : “Andaikan pahala hadir di majlis ilmu diperlihatkan oleh Allah subhanallahu wa ta’ala, maka pastilah manusia akan meninggalkan kepentingan dunianya, dan berbondong² untuk menghadiri majelis ilmu.”
Wallahu A'lam. Semoga bermanfaat !!
Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jamaah Sarinyala Kabupaten Gresik
#sarinyala #ngajirutin #mujalasah #sufi #majelisilmu #nu #santrinjoso #tebuireng #aswaja #fiqih #ngajionline #live #santri #ayongaji #pbnu #lembagadakwahnu #pwnujatim #pcnugresik #nugres #viral #pondokpesantren #kyai #nuonline #hadits #nuonlinejatim #nahdlatululama #santrionline #kontendakwah
Sumber FB : Sarinyala.id