Wahhabi Memotong Fatwa Imam Ibnu Hajar Al Asqalani

Wahhabi Memotong Fatwa Imam Ibnu Hajar Al Asqalani

🔰 WAHHABI MEMOTONG FATWA IMAM IBNU HAJAR AL ASQALANI

Oleh Ustadz : M. Rofiannur Al Hamaamuh, SN, DH.

Date: Serial Maulid Nabi Muhammad.

Note: Bantahan dalam gambar.

Season: 02.

Rela melakukan dosa dengan cara berdusta merupakan soal biasa dalam kelompok spesies wahhabiyyah guna untuk menarik simpati masyarakat agar masyarakat yang awam itu masuk semua dalam kelompok mereka dan salah satu kedustaan yang mereka buat hari ini adalah mengklaim bahwa Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalani Al Asy'ari (W 852 H) seolah olah sejalan dengan pemikiran sesat mereka mengenai maulid nabi sebagaimana dalam gambar dibawah tadi.

Padahal fatwa Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalani yang mereka bawa dalam poster tersebut merupakan fatwa yang tidak utuh alias yang di inginkan oleh Al Imam Ibnu Hajar dalam fatwa tersebut bukan seperti itu.

Dan izinkanlah kami membawakan fatwa full Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalani yang dipotong oleh spesies makhluk wahhabi tersebut dan kita akan simpulkan bersama.

Al Imam Jalaluddin Assuyuti (W 911 H) menuliskan:

وقد سئل شيخ الإسلام حافظ العصر أبو الفضل أحمد بن حجر عن عمل المولد فأجاب بما نصه : أصل عمل المولد بدعة لم تنقل عن أحد من السلف الصالح من القرون الثلاثة ولكنها مع ذلك قد اشتملت على محاسن وضدها، فمن تحرى في عملها المحاسن وتجنب ضدها كان بدعة حسنة وإلا فلا ، قال : وقد ظهر لي تخريجها على أصل ثابت وهو ما ثبت في الصحيحين من أن النبي ﷺ قدم المدينة فوجد اليهود يصومون يوم عاشوراء فسألهم فقالوا هو يوم أغرق الله فيه فرعون ونجى موسى فنحن نصومه شكراً الله تعالى، فيستفاد منه فعل الشكر الله على ما من به في يوم معين من إسداء نعمة أو دفع نقمة، ويعاد ذلك في نظير ذلك اليوم من كل سنة، والشكر الله يحصل بأنواع العبادة كالسجود والصيام والصدقة والتلاوة، وأي نعمة أعظم من النعمة ببروز هذا النبي نبي الرحمة في ذلك اليوم، وعلى هذا فينبغي أن يتحرى اليوم بعينه حتى يطابق قصة موسى في يوم عاشوراء، ومن لم يلاحظ ذلك لا يبالي بعمل المولد في أي يوم من الشهر، بل توسع قوم فنقلوه إلى يوم من السنة وفيه ما فيه، فهذا ما يتعلق بأصل عمله .

وأما ما يعمل فيه فينبغي أن يقتصر فيه على ما يفهم الشكر الله تعالى من نحو ما تقدم ذكره من التلاوة والإطعام والصدقة وإنشاد شيء من المدائح النبوية والزهدية المحركة للقلوب إلى فعل الخير والعمل للآخرة، وأما ما يتبع ذلك من السماع واللهو وغير ذلك فينبغي أن يقال ما كان من ذلك مباحاً بحيث يقتضي السرور بذلك اليوم لا بأس بإلحاقه به، وما كان حراماً أو مكروهاً فيمنع، وكذا ما كان خلاف الأولى انتهى .

Artinya: Sungguh telah ditanya Syaikhul Islam, hafiz zaman ini, Abu al-Fadhl Ahmad bin Hajar tentang peringatan maulid, lalu beliau menjawab yang muatannya sebagai berikut: dasar amalan maulid adalah bid’ah karena tidak pernah diberitakan oleh seorangpun dari kalangan salaf yang shaleh pada tiga abad pertama. Sekalipun demikian peringatan tersebut bisa saja mengandung kebaikan dan keburukan. Barang siapa yang bisa melaksanakan kebaikan padanya dan menjauhi amalan buruknya, ia akan menjadi bid’ah Hasanah. Jika tidak demikian maka tidak (menjadi bid’ah hasanah). Ia berkata: sungguh telah nyata bagiku pengeluaran hukumnya atas dasar dalil yang kokoh; yaitu apa yang terdapat dalam kitab Bukhari dan Muslim, di mana Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam tiba di Madinah dan mendapati kaum Yahudi melakukan puasa pada hari Asyura lalu ia bertanya kepada mereka. Mereka menjawab: hari ini adalah hari di mana Allah Subhanahu Wa Taala menenggelamkan Firaun dan menyelamatkan Musa AS, maka kami puasa padanya sebagai rasa syukur kepada Allah.

Dapat disimpulkan darinya (kisah di atas) perbuatan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Taala atas pemberian keamananNya pada hari tertentu baik berupa pemberian nikmat maupun pencegahan bencana. Dan hal itu diulang pada hari yang sama setiap tahunnya. Bersyukur kepada Allah dapat dilakukan dengan berbagai bentuk ibadah seperti: sujud, puasa, sedekah dan membaca al-Quran. Nikmat apa yang lebih besar dari kelahiran Nabi pembawa rahmat pada hari tersebut?

Atas dasar ini setiap orang harus menjaga dengan tepat hari ini, sehingga sesuai dengan kisah Musa Alaihi Assalam pada hari Asyura. Barang siapa yang tidak memperhatikan hal itu, berarti ia tidak mengindahkan peringatan maulid pada hari yang tepat di bulan tersebut, bahkan ada kalangan yang melonggarkanya, sehingga mereka memindahkan harinya. Dan hal itu bermasalah. Ini adalah penjelasan yang berkaitan dengan dasar peringatannya.

Adapun yang berkaitan dengan amalan yang dilakukan padanya, selayaknya untuk fokus pada hal-hal yang merupakan bagian dari ekspresi rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Seperti yang telah disebutkan, baik berupa bacaan al-Quran, pemberian makan, sedekah, melantunkan puji-pujian kenabian maupun kezuhudan yang menggerakkan hati untuk melakukan perbuatan baik dan amal akhirat. Adapun yang menyertainya seperti pertunjukan dan permainan dan lain-lain, perlu disampaikan bahwa, hal-hal mubah (dibolehkan) yang layak dengan hari itu tidak ada masalah. Dan hal-hal yang haram, makruh dan khilaf al-aula (menyalahi yang yang lebih baik), adalah terlarang. Selesai.

[Al Hawi Lil Fatawi: 1/188]

Sungguh indah dan luar biasa sekali apa yang telah dijelaskan oleh Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalani diatas. Kesimpulan dari fatwa beliau diatas adalah;

1. Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalani mendukung adanya bid'ah Hasanah.

2. Maulid nabi memang bid'ah, namun tidak boleh secara mutlak dikategorikan sebagai bid'ah yang sesat dan harus dilihat dari segi isi acara tersebut. Jika diisi dengan hal hal yang baik, Sunnah, syar'i dan lainnya. Maka, maulid tadi dikategorikan sebagai bid'ah Hasanah. Akan tetapi jika tidak maka sebaliknya.

3. Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalani berpendapat bahwa pengambilan dasar/dalil maulid yang jelas bagi beliau adalah berpuasa nya orang yahudi atas terselamatkannya nabi Musa dari Fir'aun sebagai bentuk syukur kepada Allah.

4. Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalani mendukung acara maulid nabi jika isinya sesuai dengan syariat tidak menyelisihi syariat.

5. Apa yang disampaikan oleh makhluk wahhabi dalam poster tersebut adalah dusta, bohong dan pembodohan publik dan tidak sesuai dengan kenyataan asli dari fatwa Imam Ibnu Hajar Al Asqalani.

Dan nasehat kami kepada seluruh salafi Wahabi yang memiliki sifat gemar memotong motong fatwa ulama agar sesuai dengan ideologi mereka padahal ulama itu berlepas dari apa yang mereka sampaikan.

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

اِنَّمَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ 

Artinya: Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Mereka itulah para pembohong.

[Surah Annahl ayat 105]

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

Artinya: Wahai orang orang yang beriman. Bertaqwalah kalian kepada Allah dan tetaplah kalian bersama orang orang yang benar.

[Surah At-taubah ayat 119]

Rasulullah bersabda:

وإياكم والكذب فإنه مع الفجور وهما في النار

Artinya: Hindarilah oleh karena yang namanya kedustaan. Karena sesungguhnya kedustaan bersama dengan orang orang jahat dan keduanya didalam neraka.

[Sunan Ibnu Majah: 2/1265]

Al Imam Annawawi Assyafii (W 676 H) mengatakan:

أن لفظة الكذب هي الاخبار عن الشيء على خلاف ما هو عمدا كان أو سهوا سواء كان الاخبار عن ماض أو مستقبل

Artinya: Sesungguhnya lafadz Kadzbu (dusta) adalah menyampaikan tentang sesuatu namun tidak sesuai dengan kenyataannya ialah karena disengaja atau karena lupa sama saja menyampaikan tentang sesuatu yang telah terjadi atau yang akan terjadi.

[Syarah Sahih Muslim Linnawawi: 16/57]

Al Imam Ibnu 'Arafah (W 803 H) mengatakan:

الكذب هو الانصراف عن الحق

Artinya: Dusta adalah memalingkan kebenaran.

[Umdatul Qari Syarah Sahih Al Bukhari Lil Aini: 1/346]

Al Imam Tajuddin Al Manawi (W 1031 H) mengatakan:

أن الكذب من علامات النفاق

Artinya: Sesungguhnya dusta merupakan dari tanda kemunafikan.

[Faidhul Qadir: 4/344]

Semoga Allah binasa para pendusta, para kelompok yang gemar membawa opini pembodohan publik yang menipu ummat manusia.

Selesai

© ID Cyber aswaja.

Baca juga kajian tentang Maulid berikut :

  1. Wahhabi Memotong Fatwa Al Imam Abu Zur'ah Al 'Iraqi Mengenai Maulid Nabi
  2. Wahhabi Memotong Fatwa Imam Assakhawi Mengenai Maulid Nabi Dan Merubah Isi Kitab Beliau
  3. Wahhabi Memotong Fatwa Imam Ibnu Hajar Al Asqalani
  4. Maulid dan Kekonyolan Mufti Wahabi
  5. Tahlilan, Yasinan, Maulid dan Dzikir Bersama
  6. Memperingati Maulid Nabi Muhammad di Bid'ahkan Wahabi
  7. Motif-Motif Peringatan Maulid Nabi
  8. Mari Bergembira Merayakan Kelahiran Rasulullah

Sumber FB : ID Cyber Aswaja

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Wahhabi Memotong Fatwa Imam Ibnu Hajar Al Asqalani - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®