Wahhabi Memotong Fatwa Imam Assakhawi Mengenai Maulid Nabi Dan Merubah Isi Kitab Beliau

Wahhabi Memotong Fatwa Imam Assakhawi Mengenai Maulid Nabi dan Merubah Isi Kitab Beliau

🔰 WAHHABI MEMOTONG FATWA IMAM ASSAKHAWI MENGENAI MAULID NABI DAN MERUBAH ISI KITAB BELIAU.

Oleh: M. Rofiannur Al Hamaamuh, SN, DH.

Date: Serial Maulid Nabi Muhammad.

Note: Bantahan dalam gambar.

Sesi: Research ID Cyber aswaja.

Season: 03.

Tiada henti hentinya spesies makhluk wahhabi selalu menggunakan cara cara jahat untuk menjalankan ideologi mereka khususnya kepada para masyarakat awam. Oleh karenanya sangat penting bagi kami untuk mengambil bagian dalam meluruskan dan membongkar kebohongan mereka selama ini.

Ada dua pokok pembahasan penting yang akan kami sajikan kepada para sahabat sahabat sekalian pada kesempatan kali ini; Pertama bukti bahwa Wahhabi memotong fatwa Al Imam Assakhawi dan yang kedua adalah bukti serta membuktikan bahwa Wahhabi merubah isi kitab Al Imam Assakhawi yang merupakan salah satu murid kesayangan Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalani.

A. BUKTI WAHHABI MEMOTONG FATWA IMAM ASSAKHAWI (W 902 H).

Apa yang didakwakan oleh spesies makhluk wahhabi didalam gambar tersebut adalah tidak benar bahkan jauh sekali dari kebenaran yang ada malah menjatuhkan diri mereka sendiri kedalam jurang kedustaan. Sebab, faktanya adalah Imam Assakhawi mendukung adanya maulid dan tidak menganggap hal tersebut bagian bid'ah yang sesat.

Seperti biasa kami akan tunjukkan bukti secara full atas fatwa Imam Assakhawi dan lalu akan kita simpulkan bersama.

Al Imam Al Hafidz Syamsuddin bin Muhammad bin Abdurrahman Assakhawi Assyafii (W 902 H) mengatakan:

٣١٦ - سئلت عن أصل عمل المولد الشريف؟

فأجبت: لم ينقل عن أحد من السلف الصالح في القرون الثلاثة الفاضلة، وإنما حدث بعدها بالمقاصد الحسنة ، والنية التي للإخلاص شاملة، ثم ما زال أهل الإسلام في سائر الأقطار والمدن العظام يحتفلون في شهر مولده وشرف وكرم يعملون الولائم البديعة المشتملة على الأمور البهجة الرفيعة، ويتصدقون في لياليه بأنواع الصدقات ويظهرون السرور، ويزيدون في المبرات بل يعتنون بقراءة مولده الكريم وتظهر عليهم من بركاته كل فضل عميم بحيث كان مما جرب قاله الإمام شمس الدين ابن الجزري: ومن خواصه أنه أمان تام في ذلك العام ويسوى بعجل حنيئذ بما ينبغي ويرام وأكثرهم بذلك عناية أهل مصر والشام، ولسلطان مصر في تلك الليلة من العام أعظم عام قال: ولقد حضرت في سنة خمس وثمانين وسبعمائة ليلة مولد عند الملك الظاهر برقوق - رحمه الله - بقلعة الجبل فرأيت ما هالني فيه، حرزت ما أنفق في تلك الليلة على القراء والحاضرين من الوعاظ والمنشدين وغيرهم بنحو عشرة آلاف مثقال من الذهب ما بين خلع ومطعوم ومشروب ومشموم وشموع وغيرها ما يستقيم به الضلوع وعددت في ذلك المجلس خمساً وعشرين من القراء الصيتين المرجو كونهم مثبتين ولم ينزل واحد منهم إلا بنحو عشرين خلعة من السلطان ومن الأمراء الأعيان ثم لم يزل ملوك مصر خدام الحرمين الشريفين ممن وفقهم الله لهدم كثير من ونظروا في أمر رعيتهم كالوالد لولده وأشهروا أنفسهم بالعدل فأسعفهم الله بجنده ومدده كالملك السعيد الشهيد الظاهر المصدق أبي سعيد جقمق يعتنون به ويتوجهون الطريق نبيه بحيث ارتقت جوق القراء في أيامه بيقين للزيادة على الثلاثين فذكروا بكل جميل وكفوا من المهمات كل عريض وطويل.

وأما ملوك الأندلس والغرب فلهم فيه ليلة تسير بها الركبان يجتمع فيها أئمة العلماء الأعلام فمن يليهم من كل مكان وعلوا بين أهل الكفر كلمة الإيمان ، وأظن أهل الروم لا يتخلفون عن ذلك ، اقتفاء بغيرهم من الملوك فيما هنالك. وأما أهل مكة معدن الخير والبركة فيتوجهون إلى المكان المتواتر بين الناس أنه محل مولده وهو في سوق الليل رجاء بلوغ كل منهم بذلك لقصده ويزيد اهتمامهم به على يوم العيد حتى لم يتخلف عنه أحد من صالح ولا طالح ومقل وسعيد

Artinya: 316 - Aku pernah ditanyakan mengenai asal maulid nabi yang mulia?

Lalu aku jawab: Maulid nabi tak pernah dikutip dari satupun kalangan para salafus shalih di kurun ke tiga yang terbaik. Dan sesungguhnya (maulid nabi) baru ada setelahnya dengan maksud yang baik dan niatan yang ikhlas. Kemudian penduduk Islam diseluruh penjuru daerah dan di kota kota besar, mereka senantiasa merayakan di bulan kelahirannya nabi, memuliakan dan mengagungkan. Mereka melakukan jamuan yang luar biasa yang di isi atas perkara perkara yang menggembirakan yang mulia, mereka juga bersedekah pada malam harinya dengan berbagai macam sedekah, menampakkan kegembiraan, menambah kebaikan bahkan diramaikan dengan pembacaan maulidnya yang mulia dan terang sudah keberkahan atas mereka, semua keutamaannya yang merata sampai sampai terdapat hal hal yang mujarab. Al Imam Syamsuddin Ibnul Jaziri mengatakan tentang hal itu: diantara kekhususan nya maulid adalah nuansa tentram di tahun tersebut dan selalu bahagia dengan tercapainya impian serta tujuan, dan kebanyakan dari mereka yang mengadakan acara tersebut adalah sukarelawan Mesir, Syam dan para Sulthan Mesir di malam tersebut dari tahun ke tahun yang lebih besar.

Imam Assakhawi berkata: Sungguh pada tahun 785 aku pernah menghadiri malam maulid di kerajaannya Addzahir Barquq - semoga Allah merahmatinya -, di sebuah kastil yang tinggi, aku melihat sesuatu yang mengejutkan ku disitu, aku mulai mengumpulkan apa apa yang masih dapat aku berikan di malam itu kepada para Qurra' yang enak suaranya, juga kepada orang orang yang hadir baik dari para penceramah, orang orang yang bernasyid dan selain mereka yaitu dari mereka yang ikutan seperti anak anak kecil dan para pembantu yang malu malu dengan sekitar sepuluh ribu mitsqal emas murni, termasuk pakaian mewah, makanan, minuman, dupa, lilin dan alat pelurus tulang dada. Dan aku menghitung dalam majlis (maulid) itu ada dua puluh lima kalangan ahli Qurra' yang diharapkan keberadaan mereka adalah sebagai orang orang yang terpilih. Dan tidak ada satupun dari mereka yang turun terkecuali sekitar 20 saja yang diberi pakaian mewah oleh para sultan dan para pejabat yang gemar membantu. Kemudian para raja raja Mesir yang mengabdi pada dua kota suci yang mulia yakni dari kalangan orang orang yang Allah tetapkan untuk menumbangkan orang orang yang mengingkari (maulid) dan tukang membuat aib. Mereka memandangi perkara perkara rakyat mereka seperti perkara orang tua kepada anaknya, mereka memperkenalkan diri mereka dengan memberlakukan keadilan sehingga Allah membantu mereka (memeriahkan maulid) dengan tentaranya dan pendukungnya seperti raja Assa'id Assyahid Addzahir Al Musaddiq Abi Sa'id Jaqmaq. Mereka memeriahkan maulid dan bertawajjuh pada jalan nabinya sehingga jumlah ahli qurra' di setiap harinya pasti melebihi tiga puluh orang. Jadi, mereka menyebut dengan segala keindahan dan mereka menahan diri dari hal hal yang penting yakni segala yang bertentangan yang berkepanjangan.

Adapun bagi raja-raja Andalusia dan Maroko, mereka memiliki malam yang di dalamnya para pengendara dapat melakukan perjalanan (pawai akbar). Disitu para Imam imam ulama yang paling berilmu berkumpul sampai orang orang yang mengiringi mereka pun berkumpul dari berbagai tempat. Mereka meninggikan (acara maulid tersebut) ditengah tengah penduduk kafir dengan kalimat iman dan penduduk Romawi mengira mereka takkan menyarakan tentang hal tersebut (maulid nabi), para raja selain mereka yang ada disitu pun juga ikut. Adapun penduduk Makkah - yang merupakan sumber kebaikan dan keberkahan - mereka pergi ke sebuah tempat yang umum dikenal di kalangan masyarakat sebagai tempat kelahirannya nabi yaitu di sebuah pasar malam, dengan harapan agar masing-masing dari mereka bisa mencapai tujuannya, dan kesemangatan mereka dengan melakukan ini akan meningkat pada hari lebaran, sehingga menjadi sedikit perselisihan tentang maulid salah satu orang dari orang soleh dengan orang yang buruk dan orang yang bersedih dengan orang yang berbahagia.

[Al Ajwibatul Mardiyyah Fiimaa Su'ila Assakhawi Anhu Min Al Ahadist Annubuwiyyah: 1/1116-1118]

Kesimpulan dari uraian fatwa Al Imam Assakhawi diatas adalah sebagimana berikut;

1. Imam Assakhawi sama seperti ulama lainnya ketika menjelaskan soal maulid nabi, ia jujur menjawab bahwa maulid nabi yang ada saat ini tidak pernah ada yang melakukan di generasi salaf namun maulid ada di setelahnya dan beliau tidak menganggap maulid adalah perkara bid'ah yang sesat (seperti keyakinan wahhabi) justru beliau menganggap maulid sebagai bid'ah hasanah. Karena maulid mengandung maksud yang baik.

2. Beliau Imam Assakhawi pernah menghadiri acara maulid di era kerajaan Addzahir Barquq dan beliau turut ambil bagian dalam memeriahkan acara maulid disana dengan cara bersedekah kepada para Qurra', para hadirin, anak anak, pembantu dan lain sebagainya. Dan tercatat bahwa beliau menghabiskan emas yang banyak dikala itu yaitu 10.000 Misqal emas atau setara dengan 42.500 gram emas.

Oleh karena itu jika ada Wahhabi yang membid'ahkan maulid dengan membawakan fatwa imam Assakhawi. Tentunya sudah dapat dipastikan bahwasanya wahhabi itu telah melakukan kecurangan, kelicikan, kebohongan dan kedustaan atas fatwa Imam Assakhawi atau jika dia awam berarti dia sudah tertipu atau ditipu oleh hasil pemotongan fatwa imam Assakhawi yang dilakukan oleh wahhabi.

B. BUKTI MEREKA MERUBAH ISI KITAB ASSAKHAWI MENGENAI MAULID.

1. KITAB "المورد الروي في مولد النبوي".

Kitab yang menjadi rujukan makhluk wahhabi dalam gambar adalah المورد الروي في مولد النبوي - Al Mawrid Arrawi Fii Al Maulid Annabawi yang merupakan kitab hasil dari karya Al Imam Mulla Ali Al Qari Al Asy'ari Al Hanafi (W 1014 H). Supaya tidak terjadi fitnah saya akan jelaskan sedikit disini.

Didalam kitab tersebut beliau membuat satu pembagian bab (Fasal) yang beliau tulis;

الاحتفال بالمولد النبوى لم ينقل عن أحد من السلف في القرون الثلاثة الأولى;

Artinya: Merayakan maulid nabi tidak pernah di kutip dari seorang pun dari kalangan salaf di generasi abad yang ke tiga pertama.

[Al Mawrid Arrawi Fii Al Maulid Annabawi: 71]

Apakah beliau sama pemikirannya Wahhabi? Jelas tidak. Ada dua bukti untuk menjawab pertanyaan tersebut;

1. Apa yang ditulis oleh beliau diatas ini (الاحتفال بالمولد النبوى لم ينقل عن أحد من السلف في القرون الثلاثة الأولى;) bukanlah hujjah beliau soal maulid nabi. Itu hanya nama babnya saja dan bukan pernyataan dari beliau. Nama bab bukan hujjah sebab hujjah itu pernyataan yang diiringi dengan penjelasan sebagai argumentasi.

2. Setelah beliau menulis nama bab tersebut. Beliau memulai penjabarannya dan penjelasan tentang bab tersebut dengan membawakan fatwa Al Imam Assakhawi secara utuh dan beliau tidak mencantumkan fatwa ulama lainnya didalam bab tersebut yang artinya pendapat beliau dapat diketahui dan dikenali dengan mengetahui dan mengenali fatwa Imam Assakhawi.

dan didalam kitab tersebut Al Imam Mulla Ali Al Qari telah memerinci dengan membagi menjadi beberapa bab tertentu mengenai fatwa Al Imam Assakhawi. Dan ajaibnya adalah ternyata yang beliau perinci itu tentang sejarah negara negara besar bagaimana mereka dahulu merayakan maulid nabi dan ini yang dikatakan oleh Imam Assakhawi. Negara tersebut adalah;

• Mesir

• Syam

• Andalusia

• India

• Ajami

• Makkah

• Dan Madinah

Jadi, sangat aneh jika wahhabi melarang maulid nabi tapi menggunakan kitab ulama yang sengaja ditulis untuk memperkuat argumentasi akan kebolehan merayakan maulid nabi. Aneh bin Ajaib bukan ?!

~ SESI TAHRIF KITAB IMAM ASSAKHAWI.

Disesi sebelumnya sudah pernah kita bahas soal tahrif kitab yang dilakukan oleh wahhabiyyah ini mulai sesi pertama sampai sesi ke tujuh. Dan hari ini akan kami tambahkan lagi agar kita tahu kebusukan Wahhabi ini dan awam sadar atas semua propaganda mereka.

B.1. Pada saat Al Imam Assakhawi menjelaskan asal usul maulid nabi, beliau mengatakan;

وإنما حدث بعدها

Artinya: Maulid ada di setelahnya (bukan masa salaf). Selesai - padahal setelah kalimat tersebut ada kelanjutannya dan inilah kelanjutannya;

وإنما حدث بعدها "بالمقاصد الحسنة والنية التي للإخلاص شاملة"

Artinya: Maulid ada di setelahnya "dengan tujuan/maksud yang baik dan niatan yang ikhlas. Selesai.

[Cek kitab B.1 : Al Mawrid Arrawi Fii Al Maulid Annabawi: 71 - Cetakan Zavia Publishers, Pakistan]

Alasan mereka membuangnya adalah agar kesannya perayaan maulid nabi memang bid'ah yang tanpa dasar dan maksud yang baik. Isinya bid'ah, bid'ah dan bid'ah.

B.2. Mereka merubah kalimat "الصيتين - yang bagus suaranya" menjadi "الصبيان - anak anak kecil/bocah" dan membuang kalimat "المرجو كونهم مثبتين".

Dalam fatwa Imam Assakhawi yang palsu dikatakan:

وعددت في ذلك المجلس خمساً وعشرين جوقة من القراء الصبيان

Artinya: Dan aku menghitung dalam majlis tersebut terdapat 25 paduan suara dari para Qurra' anak anak.

Sedangkan fatwa aslinya adalah:

وعددت في ذلك خمسا وعشرين من القراء الصيتين المرجو كونهم مثبتين

Artinya: Dan aku menghitung dalam majlis tersebut terdapat 25 para Qurra' yang bagus bagus suaranya (Shaitin) yang mana keberadaan mereka diharapkan menjadi orang orang yang ditetapkan (Ahli Qurra' Asli).

[Cek kitab B.2 : Al Mawrid Arrawi Fii Al Maulid Annabawi: 73 - Cetakan Zavia Publishers, Pakistan]

Sehingga memberikan kesan bahwa sedekah yang diberikan oleh Imam Assakhawi kepada para Qurra' itu dan 25 orang para Qurra' yang mengisi acara maulid di kerajaannya Addzahir Barquq ternyata anak anak kecil bukan ahlinya.

B.3. Coba sahabat perhatikan gambar B.3 itu, ada yang dihapus bukan?! Anda tahu apa yang mereka hapus? yang mereka hapus didalam kitab itu adalah kalimat adalah kalimat ini: "المناكير والشين - orang orang yang mengingkari dan tukang membuat aib"

Dalam fatwa asli Imam Assakhawi, beliau mengatakan:

ولم يزل ملوك مصر خدام الحرمين الشريفين ممن وفقهم الله لهدم كثير من المناكير والشين

Artinya: Senantiasa para raja Mesir yang mengabdi pada dua kota suci yang mulia (Makkah Madinah) yaitu dari kalangan orang orang yang memang Allah tetapkan untuk menumbangkan kebanyakan orang orang yang mengingkari dan tukang membuat aib.

[Cek kitab B.3 : Al Mawrid Arrawi Fii Al Maulid Annabawi: 73 - Cetakan Zavia Publishers, Pakistan]

Tujuannya adalah agar orang orang mengira bahwasanya banyak orang yang mengingkari maulid nabi dan memberikan kesan bahwa isi maulid hanyalah perayaan yang dipenuhi oleh aib aib. Padahal, Allah Subhanahu Wa Taala sudah menjadikan orang orang tertentu untuk membidas dan menumbangkan mereka.

B.4. Mereka menyembunyikan sejarah perayaan maulid nabi yang dulu pernah ada di kota Makkah. Perayaan maulid nabi yang ada di Andalusia dan Maroko mereka kaitkan kepada masyarakat Makkah. Sehingga narasi teksnya menjadi;

ويعلوا بها بين أهل الكفر به الإيمان وأهله بمكه

Artinya: Dan mereka meninggikan perayaannya di antara ahli kafir dengan keimanan dan (meninggikan meninggikan perayaannya di antara) masyarakatnya di Makkah.

Padahal teks aslinya:

وأما ملوك الأندلس والغرب فلهم فيه ليلة تسير بها الركبان يجتمع فيها أئمة العلماء الأعلام فمن يليهم من كل مكان وعلوا بين أهل الكفر كلمة الإيمان ، وأظن أهل الروم لا يتخلفون عن ذلك ، اقتفاء بغيرهم من الملوك فيما هنالك.

Artinya: Adapun bagi raja-raja Andalusia dan Maroko, mereka memiliki malam yang di dalamnya para pengendara dapat melakukan perjalanan (pawai akbar). Disitu para Imam imam ulama yang paling berilmu berkumpul sampai orang orang yang mengiringi mereka pun berkumpul dari berbagai tempat. Mereka meninggikan (acara maulid tersebut) ditengah tengah penduduk kafir dengan kalimat iman dan penduduk Romawi mengira mereka takkan menyarakan tentang hal tersebut (maulid nabi), para raja lainnya selain mereka turut ikut serta dalam perayaan disini.

[Cek kitab B.4 : Al Mawrid Arrawi Fii Al Maulid Annabawi: 75 - Cetakan Zavia Publishers, Pakistan]

Sehingga memberikan kesan bahwasanya penduduk Makkah tidak pernah merayakan maulid nabi.

Sekiranya sampai disini dulu dan sisanya akan kami cantumkan dalam gambar agar lebih mudah difahami dan dimengerti.

Kesimpulannya secara keseluruhan adalah;

1. Apa yang dikatakan oleh wahhabiyyah dalam poster tersebut merupakan fatwa yang tidak utuh dari Al Imam Assakhawi.

2. Imam Assakhawi mendukung adanya maulid nabi dan tidak menganggapnya sebagai bid'ah dolalah terkecuali didalamnya mengandung unsur maksiat, kebatilan, kemungkaran dan sebagainya.

3. Dalam kitabnya Imam Assakhawi Al Ajwibatul Mardiyyah tekah banyak yang dirubah oleh wahhabiyyah dan saran saya adalah baca saja kitabnya Al Imam Mulla Ali Al Qari yaitu Al Mauridurrawi ketika beliau membawa fatwa Imam Assakhawi inshaa Allah lengkap tanpa adanya pembuangan atau pemotongan.

Dan nasehat kami kepada seluruh salafi Wahabi yang memiliki sifat gemar memotong motong fatwa ulama agar sesuai dengan ideologi mereka padahal ulama itu berlepas dari apa yang mereka sampaikan.

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

اِنَّمَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ 

Artinya: Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Mereka itulah para pembohong.

[Surah Annahl ayat 105]

Allah Subhanahu Wa Taala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

Artinya: Wahai orang orang yang beriman. Bertaqwalah kalian kepada Allah dan tetaplah kalian bersama orang orang yang benar.

[Surah At-taubah ayat 119]

Rasulullah bersabda:

وإياكم والكذب فإنه مع الفجور وهما في النار

Artinya: Hindarilah oleh karena yang namanya kedustaan. Karena sesungguhnya kedustaan bersama dengan orang orang jahat dan keduanya didalam neraka.

[Sunan Ibnu Majah: 2/1265]

Al Imam Annawawi Assyafii (W 676 H) mengatakan:

أن لفظة الكذب هي الاخبار عن الشيء على خلاف ما هو عمدا كان أو سهوا سواء كان الاخبار عن ماض أو مستقبل

Artinya: Sesungguhnya lafadz Kadzbu (dusta) adalah menyampaikan tentang sesuatu namun tidak sesuai dengan kenyataannya ialah karena disengaja atau karena lupa sama saja menyampaikan tentang sesuatu yang telah terjadi atau yang akan terjadi.

[Syarah Sahih Muslim Linnawawi: 16/57]

Al Imam Ibnu 'Arafah (W 803 H) mengatakan:

الكذب هو الانصراف عن الحق

Artinya: Dusta adalah memalingkan kebenaran.

[Umdatul Qari Syarah Sahih Al Bukhari Lil Aini: 1/346]

Al Imam Tajuddin Al Manawi (W 1031 H) mengatakan:

أن الكذب من علامات النفاق

Artinya: Sesungguhnya dusta merupakan dari tanda kemunafikan.

[Faidhul Qadir: 4/344]

Semoga Allah binasa para pendusta, para kelompok yang gemar membawa opini pembodohan publik yang menipu ummat manusia.

Selesai

© ID Cyber aswaja.

NB: Dilarang untuk merubah sumber yang telah diterbitkan tanpa adanya izin resmi dari tim ID Cyber aswaja dan penulis tanpa terkecuali.

Baca juga kajian tentang Maulid berikut :

  1. Wahhabi Memotong Fatwa Al Imam Abu Zur'ah Al 'Iraqi Mengenai Maulid Nabi
  2. Wahhabi Memotong Fatwa Imam Assakhawi Mengenai Maulid Nabi Dan Merubah Isi Kitab Beliau
  3. Wahhabi Memotong Fatwa Imam Ibnu Hajar Al Asqalani
  4. Maulid dan Kekonyolan Mufti Wahabi
  5. Tahlilan, Yasinan, Maulid dan Dzikir Bersama
  6. Memperingati Maulid Nabi Muhammad di Bid'ahkan Wahabi
  7. Motif-Motif Peringatan Maulid Nabi
  8. Mari Bergembira Merayakan Kelahiran Rasulullah

Sumber FB : ID Cyber Aswaja

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Wahhabi Memotong Fatwa Imam Assakhawi Mengenai Maulid Nabi Dan Merubah Isi Kitab Beliau - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®