Menjelaskan Aqidah Salaf Allah Diatas Arasy

Menjelaskan Aqidah Salaf Allah Diatas Arasy

🔰 MENJELASKAN AQIDAH SALAF ALLAH DIATAS ARASY.

Oleh Ustadz : M. Rofiannur Al Hamaamuh, SN, DH.

Versi: Menyucikan aqidah Salaf dari aqidah kotor wahhabi.

Agar awam dan para pencari kebenaran tidak terbodohi oleh spesies wahhabiyyah yang selalu mengeluarkan kata kata ; Allah diatas arasy, Allah diatas langit dan sebagainya sambil membawakan ayat ayat suci Al Quran, hadist Rasulullah dan perkataan ulama salaf. Maka, disini akan kami beritahukan terlebih dahulu bahwa ungkapan Allah diatas arasy diatas langit harus diiringi dengan;

- Tanpa membagaimanakan.

- Tanpa mengumpamakan.

- Tanpa mencontohkan.

- Tanpa menyerupakan.

- Tanpa menjisimkan.

- Tanpa menafsirkan.

Sebab, sifat dan dzat Allah suci dari sifat kekurangan, sifat makhluk dan aib. Jika sudah begitu, maka ungkapan Allah diatas arasy diatas langit mengandung:

- Allah suci dari tempat.

- Allah suci dari berpindah.

- Allah suci dari bersentuhan dengan sesuatu.

- Allah suci dari bergabung dalam sesuatu.

- Allah suci dari menetapkan.

Karena, ungkapan Allah diatas arasy diatas langit hanya sekedar menetapkan apa yang Allah firmankan dan yang telah Rasul nya sabdakan.

Aqidah salaf beda dengan aqidah spesies wahhabi. Kalau aqidah spesies wahhabi dan para badut badut mereka, begini;

Syaikh Ibnu Utsaimin Al Wahhabi ini:

وفي حديث الجارية من صفة الله: ﺇثبات المكان لله وﺃنه في السماء

Artinya: Dan didalam hadist Jariyah: Merupakan penetapan tempat kepada Allah dan sesungguhnya Allah diatas langit.

[Majmu' Fatawa Libni Utsaimin: 4/287]

Jelas sekali bukan, bahwa spesies wahhabiyyah menggunakan Nash Nash sifat sebagai dalil Allah bertempat. Contohnya seperti hadist jariyah tersebut. Padahal sudah kami jelaskan mekanisme metode isbat ini diatas.

Aqidah yang seperti inilah yang akan kami jelaskan kepada para awam dan kepada para pencari kebenaran. Agar aqidah mereka tidak terkotori dan tercemari oleh aqidah spesies makhluk wahhabi.

1. Aqidah Salaf yang sebenarnya.

Karena wahhabi bermadzhab Hanbali. Maka, mari kita lihat bagaimana ulama madzhab Hanbali menyikapi hal ini.

Al Imam Ibnu Hamdan Al Hanbali (W 695 H) mengatakan:

الله على العرش لا بتحديد، وإنما التحديد للعرش وما دونه والله فوق ذلك لا مكان ولاحد ؛ لأنه كان ولا مكان، ثم خلق المكان وهو كما كان قبل خلق المكان. ... فصل ونجزم بأنه سبحانه وتعالى في السماء، وأنه استوى على العرش بلا كيف، بل على ما يليق به في ذلك كله، ولا نتأول ذلك، ولا نفسره، ولا نكيفه، ولا نتوهمه، ولا نعينه، ولا نعطله، ولا نكذبه، بل نكل علمه إلى الله تعالى . ونجزم بنفي التشبيه والتجسيم، وكل نقص، وكذا حكم جميع آيات الصفات وأخبارها الصحيحة الصريحة . وقال أحمد : نحن نؤمن بأن الله على العرش كيف شاء بلا حد، ولا صفة يبلغها واصف، أو يحده حاد. ومن قال : إنه بذاته في كل مكان، أو في مكان. فكافر، لأنه يلزم منه قدم المكان، وحلوله في الأماكن القذرة وغيرها تعالى الله عن ذلك علواً كبيراً.

Artinya: Allah taala diatas arasy tanpa batasan. Karena, sesungguhnya batasan hanya pada Arasy saja dan selainnya (Allah suci dari batasan) dan Allah diatas hal hal tersebut tanpa tempat dan tanpa batasan. Karena, sesungguhnya Allah ada dan tanpa tempat. Kemudian Allah menciptakan tempat dan Allah sama seperti sebelum menciptakan tempat (ada tanpa tempat).

Fasal: Keyakinan kami adalah sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Taala di langit dan ia beristawa diatas arasy tanpa Kaif melainkan atas apa apa yang layak padanya mengenai hal tersebut secara keseluruhan, kami tidak menta'wilnya, tidak menafsirkannya, tidak mengkaifnya, tidak menghayalkannya, tidak menentukannya, tidak menolaknya dan tidak mendustakannya. Melainkan, kami kembalikan pengetahuannya pada Allah taala. Dan keyakinan kami adalah menafikan penyerupaan, jisim dan segala kekurangan. Begitupun, semua ayat sifat yang muhkam dan hadist hadist yang sahih lagi jelas.

Imam Ahmad mengatakan: Kami mengimani sesungguhnya Allah diatas arasy sebagaimana kehendaknya tanpa batasan, tanpa sifat yang menjangkau nya atau batasan yang membatasinya. Dan barang siapa yang mengatakan; sesungguhnya Allah dengan dzatnya ada di setiap tempat atau pada suatu tempat. Maka dia sudah kafir. Karena, dia telah menyakini qadimnya Allah pada tempat, bersatunya Allah pada tempat tempat yang kotor dan selainnya. Maha tinggi Allah dari hal hal tersebut dengan ketinggian yang agung.

[Nihayatul Mubtadi'in Fii Ushuluddin: 31]

Al Imam Ibnu Hamdan Al Hanbali (W 695 H) mengatakan:

وقال التميمي في اعتقاد أحمد في حديث النزول : ولا يجوز عليه الانتقال، ولا الحلول في الأمكنة

وقال أبو نصر السجزي : ليس في قول الله على العرش تحديد، وإنما التحديد للعرش وما دونه، والله فوق ذلك حيث لا مكان ولا حد، لأنه كان ولا مكان، ثم خلق المكان وهو كما كان قبل خلق المكان.

وقال ابن عقيل : على العرش، لا كجالس على سرير، أو كراكب دابة .

وقال القاضي : ليس بقعود ولا مماسة» .

Artinya: Al Imam At-Tamimi mengatakan mengenai aqidah Imam Ahmad berkenaan hadist nuzul: Berpindah tidak boleh atas Allah dan tidak boleh juga bersatu pada tempat tempat.

Abu Nasr Assijzi mengatakan: Bukanlah dalam ucapan الله على العرش (Allah diatas arasy) adalah terbatasi. Karena, sesungguhnya keterbatasan hanya pada Arasy dan apa apa selainnya. Dan Allah diatas hal hal tersebut tanpa tempat dan batasan. Karena Allah ada dan tanpa tempat. Kemudian dia menciptakan tempat dan ia sama seperti sebelum menciptakan tempat.

Al Imam Ibnu 'Aqiil mengatakan: Diatas arasy, bukan seperti duduk diatas singgasana atau seperti duduk pada tunggangan.

Al Qadhi mengatakan: (Diatas arasy) bukanlah duduk dan bersentuhan.

[Nihayatul Mubtadi'in Fii Ushuluddin: 32]

Al Imam Ibnu Hamdan Al Hanbali (W 695 H) mengatakan:

وقال أبو محمد رزق الله بن عبد الوهاب التميمي شيخ بن : ولا نقول إن العرش مكانه، لأن الأمكنة صنعة الله، وهي بعده، ولا نقول إنه بذاته قاعد على العرش، أو قائم، أو مضطجع ، ولا نائم، ولا مماس، ولا ملاصق، بل نطلق الصفة كما نطق به القرآن، ونضرب عن الخوض فيما لا يبلغ حقيقته اللسان

Artinya: Abu Muhammad Razaqullah bin Abdul Wahhab At-Tamimi Al Hanbali (W 488 H) mengatakan: Kami tidak mengatakan sesungguhnya Arsy adalah tempatnya. Karena, tempat tempat merupakan ciptaan Allah dan tempat ada setelahnya. Dan kami tidak mengatakan sesungguhnya dengan dzatnya ia duduk diatas Arsy, atau berdiri, berbaring, tidur, bersentuhan dan berdampingan. Melainkan, kami hanya kemutlakan sifat seperti yang Allah katakan pada al Qur'an dan kami berdiam mendalami nya pada apa apa yang lisan tak sampai pada kehakikatannya.

[Nihayatul Mubtadi'in Fii Ushuluddin: 32]

2. Aqidah Imam Assyafii.

Ketika spesies wahhabiyyah tidak menemukan fatwa ulama lagi dalam madzhab mereka yaitu Hanbali. Kini mereka menggunakan nama imam Assyafii sebagai senjata untuk melindungi eksistensi mujassimah mereka.  Namun, kami akan selalu jawab soal ini.

Al Imam Al Murtadza Azzabidi (W 1205 H) menuliskan:

قال الشافعي رحمه الله تعالى : والدليل عليه هو أنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه المكان

Artinya: Imam Assyafii (W 204 H) Rahimahullah Taala mengatakan: Dan dalil atas itu (Allah suci dari tempat) adalah bahwasanya Allah telah ada dan tanpa tempat, lalu ia menciptakan tempat dan ia diatas sifat azaliyahnya yakni sebagimana sebelum ia menciptakan tempat.

[Ithafus Saadatil Muttaqin Syarah Ihya' Ulumuddin: 2/36]

Al Imam Al Ghazali Assyafii (W 505 H) mengatakan:

وأنه مستو على العرش على الوجه الذي قاله ، وبالمعنى الذي أراده استواء منزهاً عن المماسة والاستقرار والتمكن والحلول والانتقال.

Artinya: Bahwasanya Allah beristawa diatas arasy atas segi yang telah ia katakan dengan arti yang Allah maksudkan adalah istawa yang suci dari bersentuhan, menetap, bertempat, bersatu dan berpindah.

[Ithafus Saadatil Muttaqin Syarah Ihya' Ulumuddin: 2/36]

Kesimpulannya adalah;

1. Ulama dalam madzhab Hanbali memang menggunakan metode isbat (Allah diatas arasy, diatas langit ke tujuh dan lain sebagainya) namun mereka tidak pernah sedikitpun bermaksud menggunakan ucapan itu sebagai dalil Allah bertempat.

2. Madzhab Hanbali menyucikan Allah taala dari tempat.

3. Imam Assyafii menggunakan metode isbat dan Tanzih (menetapkan sifat Allah dan menyucikannya dari sifat makhluk) jadi mustahil beliau memaksudkan peng-isbatannya sebagai bertempat seperti spesies wahhabiyyah.

4. Aqidah wahhabi bukan aqidah Salaf melainkan aqidah mujassimah.

5. Apakah yang dikatakan oleh Syaikh Soleh Ibnu Utsaimin diatas adalah salah dan itu bukan aqidah salaf tapi aqidah orang sesat.

Al Imam Taajuddiin Assubki (W 771 H) berkata:

ورأيته بخط الشيخ تقي الدين ابن الصلاح : إمامان ابتلاهما الله بأصحابهما وهما بريئان منهم ، أحمد بن حنبل ابتلي بالمجسمة ، وجعفر الصادق ابتلي بالرافضة

Artinya: Dan Aku melihat catatan Syaikh Taqiyuddin Ibnu Sollah (W 643 H) ; Dua Imam yang allah uji dengan orang orang yang (mengaku) mengikutinya, sedangkan keduanya terlepas dari mereka. Yaitu: Imam Ahmad Bin Hanbal (W 241 H) yang diuji dengan adanya pengikut Mujassimah dan juga Imam Ja'far Ash-shadiq yang diuji dengan adanya syiah rafidhah.

[Qaa'idah Fil Jahri Wa Atta'diil: 43]

Selesai

© ID Cyber aswaja.

Sumber FB : ID Cyber Aswaja

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Menjelaskan Aqidah Salaf Allah Diatas Arasy - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®