Mendudukkan Istilah Jauhar, Jisim dan Aradl
Istilah jauhar, jisim dan aradl sering jadi poin kritik pada Akidah Ahlussunah wal Jamaah (Asy'ariyah-Maturidiyyah). Sejak dulu, ulama yang antipati pada semua jenis ilmu kalam, sehingga otomatis bodoh tentang istilah ilmu kalam, menjadikan penggunaan istilah jauhar, jisim, aradl sebagai jurus andalan untuk membuktikan bahwa ilmu kalam mengambil akidahnya dari tokoh Filsafat Yunani semisal Aristoteles. Murid mereka yang sama bodohnya tentang ilmu kalam banyak yang mengiyakan dan mengulang kritik gurunya tersebut di karya mereka.
Akhirnya jadi semacam salah paham berjamaah. Muncullah ucapan semisal bahwa jauhar, jisim dan aradl bukan istilah akidah; Itu hanya ilmu Yunani yang dipakai ahli bid'ah; Salaf tidak kenal dan tidak menggunakan istilah tersebut, dan ungkapan semisal itu.
Begini guys, seperti dulu pernah saya tulis, banyak kitab ilmu kalam memulai penjelasan tentang alam semesta terlebih dulu sebagai penerapan perintah Allah dalam al-Quran yang memerintahkan melihat Ayat-ayat kauniyahnya dan menguatkan akidah dengan itu. Nah, dalam pembahasan tentang semesta inilah dipakai klasifikasi terhadap isi semesta. Yang paling umum, dipakailah klasifikasi jauhar, jisim dan aradl.
Maksudnya tidak lain hanyalah untuk menyebutkan bahwa seluruh makhluk Allah dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni jauhar, jisim dan aradl. Karena Allah itu laisa kamitslihi syaiun, maka artinya Allah sendiri bukan jauhar, bukan jisim dan bukan aradl.
Apa yang salah dari ini? Tidak ada, justru ini hakikat yang benar. Bila memakai klasifikasi lain yang ada di zaman ini, misalnya semesta dibagi menjadi materi dan energi, maka kesimpulannya Allah bukan materi dan bukan energi. Terserahlah anda mau memakai klasifikasi apa untuk isi semesta yang semuanya makhluk ini, pada akhirnya kesimpulannya adalah Allah bukan itu semua.
Jadi, yang ilmu akidah adalah pernyataan bahwa Allah bukan salah satu dari klasifikasi makhluk itu tadi. Soal apa klasifikasinya, itu bukan ilmu akidah tapi ilmu umum. Clear ya.
Ahli bid'ah semacam mujassimah maupun jahmiyah sangat keberatan dengan model pembahasan seperti ini sebab aibnya bisa ketahuan. Mujassimah menggolongkan Allah sebagai jisim yang merupakan salah satu jenis klasifikasi makhluk. Sedangkan jahmiyah menyerupakan Allah seperti udara yang ada di mana-mana meliputi makhluk. Clear lagi ya.
Semoga bermanfaat.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad